"Serius papamu bilang gitu? Heol!"
Eunseo menggelengkan kepalanya nggak percaya, begitu juga dengan Eunwoo. Si kembar yang notabene sahabat karibku itu nggak bisa berkata-kata lagi.
"Dan dia bakal ngeblokir ATM-ku kalau sampai guru privatku ini mengundurkan diri."
"Heol!" seru mereka.
Catat, papa akan memblokir kartu ATM-ku. Memblokir! Mau makan apa aku tiga bulan nanti?
"Yaudah, rayu aja dia. Panggil dia kakak cantik kek, ajak dia jalan-jalan kek, shopping kek. Sogok dikit-dikitlah," saran Eunwoo. Hm, boleh juga.
Semoga aja guruku tipe wanita matre yang bisa kubeli dengan uang. Haha!
"Terus kapan mau pindah?" tanya Eunseo.
"Minggu depan?" raguku. Kulihat lagi tanggal di ponselku. "Heol, ternyata besok."
Selamat datang di neraka, Kim Sera!
***
"Ingat Na, kalau sampai guru kamu yang satu ini ngundurin diri, papa blokir ATM kamu! Nggak ada lagi fasilitas-fasilitas yang papa kasih ke kamu," kata papa di depan apartemen besar yang aku yakini sebagai tempat tinggal calon guru baruku.
"Iya iya. Mana kuncinya," ujarku sambil mengulurkan tangan. Papa menyerngit.
"Kunci apa?"
"Mobillah. Papa bakal pulang naik taksi kan? Yaudah, mobilnya biar aku yang parkirin," jawabku.
Papa tertawa pelan sebelum akhirnya mencubit pipiku pelan. Astaga, papa random banget sih jadi orang?!
"Mobilnya papa yang bawa ya, sekarang kamu masuk aja. Apartemennya nomor 418, jangan sampai salah."
"Ha? Maksud papa?!"
"Nggak ada mobil sampai nilai rapor kamu minimal B. Oke?"
What?! Apa-apaan nih? Ah, sialan!
"Terus aku ke sekolah naik apa dong? Papa kok tega sih!"
Papa menghela nafas sebelum akhirnya menjawab. "Kan sekolah kamu deket, sayang. Jalan kaki nggak bikin kamu capek. Lagian bisa minta anter guru kamu. Ada bis juga. Kok repot sih?"
"Tapi paㅡ"
"Buktiin ke papa kalau kamu bisa dapet B. Kamu nggak malu apa sama temen-temen sebaya kamu? Mereka udah kuliah semester dua, nah kamu? Masih aja pakai seragam."
Aku mendesah. Dibahas lagi. Dibanding-bandingin lagi. Mereka ya mereka, aku ya aku! Sebal!
"Papa balikin mobil kamu tiga bulan lagi. Sekarang masuk sana."
"Hm."
Aku mengambil koperku yang ada di bagasi sebelum masuk menuju apartemen yang menurutku cukup bagus itu. Aku sangsi kalau calon guruku ini hanya sekedar guru. Dapat uang darimana dia untuk menyewa apartemen di kawasan elit ini? Jadi guru aja mana cukup.
Jangan-jangan dia punya pacar kaya? Atau jangan-jangan...dia simpenan om-om lagi? Huaaa!
Ting!
Lift yang membawaku menuju lantai empat terbuka. Semua pemikiran liar di otakku pun lenyap. Astaga, sepertinya imajinasiku mulai gila akhir-akhir ini.
Aku menggeret koperku sesantai mungkin sambil terus melihat angka-angka yang tertera di setiap pintu flat.
"Ketemu," ujarku pelan. Tanpa mau memencet bel, aku segera masuk ke flat tersebut.
Ah, papa udah kasih passwordnya kemarin. Jadi, aku bebas masuk kan?
Aku menelusuri flat guruku ini dengan santai. Kurasa dia sangat tomboi. Kenapa semua warna hitam? Belum lagi berbagai miniatur motor di sudut ruangan.
Apa aku salah masuk ya? Tapi passwordnya benㅡ
"Hei!"
"Sialan!"
Aku tersentak mendengar sentakan seseorang di belakangku. Jantungku hampir aja lepas dari tempatnya. Sial! Bisa mati muda aku!
"Siapa kau?!" tanyaku sambil menujuk seorang pria berkaos putih bercelana pendek selutut di hadapanku. Lebih tepatnya, menunjuk pelaku yang membuatku hampir mati terkejut beberapa detik yang lalu. "Kau...jangan bilang kau pacar guruku? Jadi guruku wanita mesum yang suka membawa pacarnya ke apartemen?!"
Aku menutup mulutku tak percaya, sedangkan dia hanya mengangkat alisnya santai.
"Pertama, aku bukan pacar gurumu. Kedua, gurumu bukan orang mesum. Ketiga, gurumu bukan wanita."
"Maksudmu?!"
Pria itu cuma menggelengkan kepala pelan sambil tertawa. "Kamarmu ada di sebelah sana. Anggap rumah sendiri, jangan sungkan," katanya sebelum memasuki ruangan yang kuyakini sebagai kamarnya.
"Kauㅡ"
"Oya, jam tujuh aku tunggu di ruang tengah. Bawa buku matematika dan fisikamu."
"Tapiㅡ"
"Kita belajar sambil makan ayam. Aku traktir," potongnya lagi, sambil tersenyum pula.
Belum sempat protes, pria itu udah menghilang aja. Heol. Jangan bilang dia guruku?
Guruku seorang pria?! Maksudku.... Aku tinggal bersama seorang pria? Selama tiga bulan kedepan?
Oh my God. Papa beneran gila kayaknya.
***
Yang nanya om hansolnya dimana, tenang masih ada di draft. Bakal aing lanjutin kalau waktunya telah tiba:")
Jangan bosen komen yaaaa, nulis lagi setelah sekian lama gak nulis itu cukup sulit wkwkwk.
Thankyouuu😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Soonyoung✔
Fanfiction"Tinggallah bersama guru privat sewaan papa. Tiga bulan, okay? Papa nggak mau tau, kalau sampai nilai kamu masih E terus, jangan pulang ke rumah!" 5th svt om series!