06

24.3K 4.2K 326
                                    

Soonyoung

"Kau yakin masih bisa, Kwon? Kalau berat yaudah, berhenti saja."

Aku menyesap kopiku santai sambil tersenyum tipis. Paman Kim menatapku agak lama, mungkin bertanya-tanya mengapa aku bisa sesantai ini menghadapi anaknya yang super bandel itu.

"Sera tidak semengerikan itu. Yah, walau dia memang bandel. Dia mirip Eunbin, jadi tidak masalah."

"Eunbin? Adikmu yang kuliah di luar negeri itu?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. "Mereka mirip, paman. Sera sudah kuanggap seperti adik walau yeah, dia selalu memanggilku om sipit. Mungkin aku terlihat tua di matanya. Haha."

Kini Paman Kim yang tertawa pelan. Aku memang mengenal ayah Sera sejak lama. Jadi yah, aku sama sekali tidak canggung dengan beliau.

"Syukurlah kalau begitu. Titip Sera ya, Kwon. Pokoknya aku mau dia naik kelas tahun ini. Nggak perlu nilai A, cukup B saja. Nggak susah kan?"

Lagi, aku mengangguk. "Sama sekali tidak sulit, Paman. Sera pintar kok, hanya malas saja."

Benar, bagiku tidak ada manusia bodoh. Mereka hanya malas untuk membuka buku dan belajar. Aku benar?

"Ah, satu lagi," Paman Kwon tiba-tiba menginterupsi. "Aku nggak mau Sera punya pacar. Dia benar-benar harus menyelesaikan SMA-nya dulu. Pokoknya jauhkan Sera dari pria-pria perusak masa depannya. Oke?"

Aku terdiam dua detik sebelum akhirnya mengangguk. "Pasti, Paman. Serahkan Sera padaku."

***

"Om sipit abis ketemu papa?"

Itulah kalimat pertama yang Sera lontarkan begitu aku sampai di apartemen.

"Baru bangun?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

Aku membuka kulkas, meraih sebotol air lalu meneguknya hingga tersisa setengah. Dari ujung mataku, aku bisa melihat Sera masih terpaku disana sambil menatapku.

"Hanya jogging bersama."

"Bohong! Papa ngomong apa aja?"

Aku mendekati Sera yang masih setia bersedekap sambil menatapku tak percaya. Sebelum bersuara, aku mengendus pelan bau tubuhnya yang terasa sedikit aneh.

"Astaga, kau minum?"

"Hm? Oh, cuma tiga kaleng bir semalam. Kenapa?"

Aku mendesah pelan sebelum akhirnya kembali menatapnya. "Aku pemilik apartemen ini, jadi kau harus menaati peraturan yang kubuat."

"Ck, malㅡ"

"Pertama, belajar tiap jam tujuh malam di ruang tengah."

"Hng, aku bisa belajar sendiri di kamar."

"Kedua, dilarang merokok," lanjutku.

"Aku nggak bisa kalau itu."

"Ketiga, dilarang minum," aku kembali bersuara.

"Aku nggak dengar."

"Keempat, jangan pacaran."

"What?!" Sera memekik keras. "Kok gitu sih?! Atas dasar apa om sipit ngelarang aku pacaran?"

Aku mengangkat bahu cuek. "Ayahmu yang minta begitu."

"Ha? Papa? Aish!" dia mengumpat.

"Oya, satu lagi."

Sera langsung menatapku tajam, tidak suka. "Ini rumah atau sekolah sih? Kenapa banyak peraturan? Astaga, bahkan di sekolah nggak ada larangan buat pacaran, tapi ini? Ck, sialㅡ"

Dia tersentak begitu aku menyampirkan jaketku hingga tubuh bagian depannya tertutup dengan sempurna.

"Apa-apaan?" tanyanya.

"Lain kali pakai kaos yang lebih tebal, nona. Kau mungkin menganggapku guru yang berwibawa, tapi aku tetaplah pria."

"Sialan! Apa maksudmu!"

Aku mengangkat bahu sebelum meninggalkan dia menuju kamar.

"Aku bisa melihatnya. Kau tidak pakai dalaman," kataku tanpa menatapnya.

Oh, maafkan matakuㅡ

"SIALAN KAU KWON SOONYOUNG!"

ㅡYa Tuhan.

***


"Kerjakan tugas dua secara berkelompok. Satu kelompok berisi dua orang. Pilihlah kelompok kalian sendiri."

"Pak, kalau sekelompok sama bapak gimana?"

Tawa seisi kelas langsung pecah begitu mendengar pertanyaan seorang siswiㅡaku lupa namanya karena yeah, aku tidak menghafalkan namany. Aku hanya diam sampai tawa mereka meledak.

"Oh benar juga. Murid disini ganjil, kan?"

"YA!" Para siswi menjawab pertanyaanku dengan lantang. Yeah, kecuali perempuan di pojok sana.

"Baiklah, satu orang akan mengerjakan tugasnya bersama saya."

Dan benar saja, seisi kelas langsung ribut. Dari kasak-kusuk yang terdengar indera pendengaranku, mereka ingin aku menjadi partnernya.

"Berarti nilainya bakalan bagus dong, pak? Nggak adil dong?" tanya seorang perempuan berambut panjang sedikit protes. Aku tersenyum super tipis.

"Baiklah. Aku minta siswi di pojok sana mengerjakan tugasnya bersama saya."

Suaraku berhasil membuat semua orang mengalihkan pandangan mereka dariku. Nada protes langsung memenuhi ruang kelas ini.

"Kim Sera?"

"Anjirlah, enak banget si Sera."

"Si manusia yang nggak pernah naik kelas dua kali itu?"

Dan masih banyak lagi. Suara mereka melebur jadi satu, membuatku pusing.

"Aku nggak mau!" Suara lantang Sera berhasil membuat seisi kelas diam, antara kaget dan takut. Aku mengangkat sebelah alisku sambil menatapnya datar.

"Silahkan kerjakan sendiri kalau begitu."

"Lah, mana adil? Yang lain berkelompok, kenapa hanya aku yang mengerjakan sendiri?"

"Maka dari itu, kerjakan dengan saya."

"Aish!"

Aku menyeringai setelah mendengar unpatan Sera. Dia sangat lucu, senang sekali menggodanya.

"Tenang saja, anak-anak, berkelompok dengan saya tidak semenyenangkan yang kalian kira. Jadi semuanya adil."

Dan dari tempatku berpijak, aku bisa menafsirkan umpatan yang Sera lontarkan, meskipun bibirnya tak mengeluarkan suara.

Sialan, kubunuh kau sipit! Begitu kira-kira.

***

Masih ada yang baca?😂😂

Om Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang