02

34K 4.8K 724
                                    

Aku mengutuk rencana papa yang kelewat nggak masuk akal ini. Ayolah, kenapa aku harus tinggal seatap dengan pria yang bahkan belum aku kenal? Tiga bulan lagi! Sial, aku aja nggak tau siapa nama pria tadi. Oh Tuhan!

"Halㅡ"

"Papa! Papa masih sehat kan? Papa nggak mabuk kan? Papa serius nyuruh aku tinggal sama pria dewasa yang nggak aku kenal?!" tanyaku bertubi-tubi.

Aku bisa mendengar papa menghela nafas di seberang sana.

"Dengar, Ser," papa mengambil nafas. "Kamu ingat apa yang terjadi pada guru-guru lesmu sebelumnya?"

Aku terdiam sebentar. "Ingat."

"Nah itu dia! Papa selalu kasih kamu guru perempuan, tapi apa? Ada yang frustasilah, ada yang tiap hari nangislah, ada yang hampir streslah, ada yang sampai opnamelah. Sejak saat itu papa sadar, kamu butuh guru cowok."

Aku mengacak rambutku kasar. Percayalah, kadang pemikiran papa emang nggak bisa dinalar pakai otak. Seperti sekarang ini.

"Papa nggak takut dia apa-apain aku? Gini-gini aku juga cewek, pa!"

"Nggak mungkin, sayang. Papa kenal banget sama Soonyoung."

Aku mengernyit. "Ha? Siapa namanya? Soonyoung? Maksud papa cowok sipit yang mau papa jadiin guru lesku itu?"

"Hus!"

"Papa tau dari mana kalau dia nggak bakal apa-apain aku?"

"Dia anak bos papa, Ser! Ah udahlah, kamu ini ngomel aja bisanya! Kalau nilai kamu B, baru deh kamu boleh ngomel sampai bibir kamu dower!"

"Tapi paㅡ"

Tut!

Astaga! Diputus lagi! "Jadi namanya Soonyoung? Dasar, aku yakin umurnya nggak beda jauh denganku. Tapi apa? Dia jadi guru lesku? Heol, papa sama si Soonyoung itu sama-sama gilanya!" gumamku.

Aku merapatkan tubuhku pada balkon flat ini, lalu menunduk dalam. Beberapa detik kemudian, tanganku udah merogoh saku celana untuk mendapatkan sebatang rokok. Setelah itu, aku menyumpalnya di mulutku.

"Hng? Mata koreknya?" gumamku. Tanganku terus meraba saku di baju, celana, jaket, dan sialnya nggak ada.

"Dilarang merokok di apartemenku, nona."

Aku tersentak mendengar suara di belakangku. Astaga! Kenapa hobinya ngagetin orang sih? Udah dua kali jantungku hampir copot gara-gara ulahnya!

"Kau mencari ini kan?" tanyanya setelah berada di sampingku. Tangannya yang membawa sebuah korek terangkat, tepat di depan mataku.

"Kenapa bisaㅡ"

"Kau menjatuhkannya, nona."

"Kembalikan!"

Si Soonyoung itu malah tertawa. Matanya yang sipit jadi makin tenggelam gara-gara ulahnya.

"Pertama, sudah kubilang kau tidak boleh merokok disini."

"Apㅡ"

"Kedua, papamu benar, aku tidak akan melakukan hal aneh padamu. Aku hanya memberimu izin untuk tidur di kamarku yang kosong sambil menjadi guru lesmu."

"Dengarㅡ"

"Dan yang ketiga, berapa usiamu, nona?"

"Kenapa bertanya?"

"Jawab saja," katanya sambil tersenyum.

Ck, kenapa dia hobi senyum sih? Emang ada yang lucu apa?

"Sembilan belas."

Lagi, dia tersenyum. "Beberapa bulan yang lalu aku menyelesaikan S3-ku di Inggris."

"Apa maksㅡ"

"Dan kita tidak seumuran, nona. Usiaku 30 tahun tiga bulan lagi. Jadi panggil aku kakak, atau mungkin guru karena aku guru lesmu."

Percayalah. Mataku hampir melebar. 30 tahun? Dengan wajah seperti ini?

Dia membohongiku!

"Sekarang cepat masuk kamar, ambil buku matematika dan fisikamu. Aku tunggu di ruang tengah," katanya lagi, sebelum meninggalkan aku sendiri di balkon yang anginnya mulai dingin menusuk tulang ini.

Heol. Jadi papa menyuruhku tinggal serumah dengan pria berkepala tiga? Dengan pria yang hampir jadi om?

Aku terkejut.

***


"Jadi, bagaimana caranya mendapatkan x?"

Aku mendesah agak kesal. "Nggak tau, dan selamanya nggak akan tau. Lagian, apa aku bakal jadi kaya kalau bisa sin cos tan? Apa aku bakal dapet jodoh seganteng Ji Chang Wook kalau ngerti fisika?" sewotku.

Aku lebih suka disuruh lari keliling lapangan sepak bola daripada belajar kayak gini.

Pria di depanku tertawa. Kupikir-pikir, om guru ini suka senyum dan tertawa, padahal nggak ada sesuatu yang lucu. Dia pikir marahku ini lelucon?!

"Kau mungkin tidak akan kaya jika bisa sin cos tan. Kau mungkin juga tidak akan dapat jodoh setampan Ji Chang Wook jika bisa fisika."

"Yaudah kalau gitㅡ"

"Tapi kau akan dapat mobil dan kepercayaan papamu lagi. Ah, kau juga bisa keluar dari apartemen ini. Bukannya itu yang kau mau?"

Ah, dan satu lagi.

"Apa hobimu memotong pembicaraan orang?" cecarku.

"Hm. Apalagi kalau orang itu tidak pernah berpikir sebelum bicara," jawabnya sambil tersenㅡSial! Apa dia bilang?!

"Maksudmu aku nggak pernah pakai otakku gitu?!"

"Tersindir? Maaf." Wah sialan. Dia masih bisa tersenyum bahkan disaat mengejekku seperti ini. "Jadi bagaimana masih tidak mau belajar?"

"Nggak!" kataku sebelum meninggalkannya sendiri di ruang tengah.

Katakan padaku, bagaimana caraku kabur dari rumah om guru itu?

Apapun, asal nggak dengar belajar sin cos tan sialan!

***


Gausa kabur elaaah, kapan lagi serumah ama cowo imut:"""

Om Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang