07

24.9K 4.2K 519
                                    

Sera

Pertama, Kwon Soonyoung itu muka dua. Di apartemen nyebelin, di sekolah sok dingin.

Kedua, Kwon Soonyoung itu sok ganteng, sok cool pula. Dan gilanya, kenapa masih banyak perempuan berteriak histeris saat si sipit itu berjalan di lorong sekolah?

Ketiga, Kwon Soonyoung itu kejam. Heol, bagaimana bisa aku satu kelompok sama guru? Terlebih gurunya dia!

"Jangan lupa, istirahat kedua datanglah ke ruanganku. Kerjakan tugas matematikamu."

Aku hanya menatap si sipit itu lewat ujung mataku lalu pergi meninggalkannya menuju kelas. Masa bodo. Aku nggak akan pergi ke ruangannya! Nggak akan!

Catat, TI-DAK A-KAN!

***


"Nggak ke ruangannya pak ganteng, Ser?"

Suara Eunseo menginterupsiku yang sedang asik menelungkupkan kepala di atas meja. Aku refleks menatapnya, sedikit kaget.

"Tau dari mana kalau aku..."

Suaraku mendadak melemah. Ini apa ya namanya? Kerja kelompok?

Heol, mana ada kerja kelompok bersama gurunya?

"Tadi nggak sengaja ketemu Pak Soonyoung. Dan yeah, dia minta tolong buat mengingatkanmu masalah kerja kelompok. Katanya takut lupa," sahut Eunwoo.

Aku mengerjap. Sialan, jadi si sipit muka dua itu mulai berani melibatkan teman-temanku?

"Ser," panggil Eunseo tiba-tiba.

"Hm?"

"Jawab jujur. Ada hubungan apa antara kau dengan Pak Soonyoung?"

Suara Eunseo mendadak serius. Eunwoo yang duduk di sebelahnya mengangguk antusias. Dari raut wajahnya, aku tau kalau si kembar sangat penasaran dengan jawabanku.

"Aku dan si sipit itu? Murid dan guru, bukan?"

"Bukan!" Mereka berseru. "Jangan bohong, Ser. Aku sering melihat Pak Soonyoung menatapmu saat mengajar. Dan lagi, aku pernah memergoki kalian berangkat dan pulang sekolah bersama. Kau pindah haluan? Suka om-om?"

"Mulutmu, Woo!" ketusku. Eunwoo refleks menggigit bibirnya agak takut. "Aku pergi dulu kalau begitu. Dan ingat, kita nggak punya hubungan apapun. Jangan menyebarkan gosip!"

"O-Oh, oke. Hati-hati."

Aku berdecak kesal sebelum akhirnya meninggalkan kelas. Eunwoo dan Eunseo memang sahabatku, namun jangan terlalu berekspetasi. Mereka takut melihatku marah.

Aku berjalan dengan muka sangar menuju ruangan si sipitㅡsialan, aku sampai bosan menyebutnya sipit. Beberapa orangㅡterutama perempuanㅡyang berpapasan denganku sampai menunduk takut. Siapa peduli? Aku memang preman di mata mereㅡ

Dak!

"AW, SIALAN!" umpatku saat sebuah benda keras menampol jidatku. Aish, kepalaku mendadak pusing. Gila, bola basket baru aja mendarat di jidatku.

Apa kabar otakku? Aku harap masih bisa menggunakannya untuk berpikir.

"Astaga, maaf maaf. Aku nggak sengaja."

Seorang cowok menghampiriku dengan langkah cepat. Mataku mendadak memburam, padahal dia hanya berjarak beberapa meter dari tubuhku.

Begitu mendekat, aku jadi sadar.

"Kau lagi? Astaga, matamu benar-benar ketinggalan di rumah ya?! Kemarin menabrakku, sekarang memukul kepalaku dengan bola basket! Kau pikir aku ring?!"

Om Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang