Thankyou so muchhhh, dengan kekuatan kalian aku bisa menulis kembali ff tidak jelas ini. Semoga bisa sampe kelaar dan gak unpub tengah jalan😭😭
"Ke luar negeri? T-Tapi...paman yakin?" tanyaku tidak percaya.
Tolong jawab tidak. Kumohon janganㅡ
"Aku nggak begitu yakin," jawabnya. Ada sedikit rasa lega dalam hatiku. "Tapi dia harus pergi."
"Kenapa? Bukannya bagus dia ada disini? Teman-temannya ada disini, paman. Kau juga disini kan?"
Aku pun juga ada disini...
"Kenapa harus memisahkan mereka?" protesku lagi. Paman Kim sontak menatapku datar.
"Kenapa jadi kau yang bingung? Sera saja belum tentu keberatan. Kenapa? Nggak mau pisah dengan dia?"
Skakmat. Pertanyaannya menohok.
"I-itu..bukan.."
"Kwon," paman Kim memanggilku dengan nada seriusnya. Aku mengangkat kepala, mata kami bertemu. "Aku nggak tau apa yang terjadi pada kalian selama kalian tinggal berdua, tapi..."
Paman Kim menggantungkan ucapannya. Setelah menghela nafas sekali, beliau kembali melanjutkan kalimatnya.
"Jika pada akhirnya kau punya perasaan pada Sera, aku mohon berhentilah."
"Maksud paman?"
Tanpa kusadari mataku menatap paman Kim penuh tuntutan. Sedikit tajam dan tidak sabaran. Paman Kim terdiam untuk beberapa saat.
"Kau pikir Sera dan segala masa lalunya itu pantas denganmu? Kau pria baik-baik, Kwon. Jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk Sera. Kau terlalu baik untuk dia," jawabnya.
Aku hampir tertohok. Bagaimana bisa seorang ayah merendahkan anaknya sendiri? Pantaskah?
Seburuk-buruknya Sera, perempuan itu tetap anaknya, bukan? Astaga.
"Dan lagi," paman Kim kembali bersuara. "Aku nggak mau kalau pada akhirnya Sera hanya dijadikan pelarian atas mantan calon istrimu itu."
"Maksud paman?"
"Ya siapa tau kau belum bisa move on dari...siapa namanya? Jihyo? Ah, benar Jihyo. Kau belum bisa move on kan? Maka dari itu kau melihat Sera sebagai pelarianmu."
"Paman!"
"Kenapa? Aku benar, kan?"
Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat, berusaha menahan amarah yang siap naik kapan saja ke ubun-ubun.
"Pertama, jangan sebut nama itu," lirihku. "Kedua, aku sudah melupakan dia dan yang ketiga,"
Aku menatap paman Kim tajam. Persetan dengan statusnya yang lebih tua, terlebih dia teman ayah. Aku tidak peduli.
"aku tidak pernah melihat Sera sebagai pelarian. Aku melihatnya sebagai Kim Sera, wanita kasar yang rapuh. Wanita kasar yang terkadang bertingkah seperti bocah. Wanita kasar yang butuh kasih sayang."
"Kau..."
"Ya, telah terjadi sesuatu selama kami tinggal bersama. Dan aku tidak akan berhenti."
"Kwon!"
"Aku permisi paman," pamitku. Sebelum tanganku membuka pintu rumah keluarga Kim yang teramat besar, aku pun kembali menatap paman Kim intens.
"Akan aku tanyakan lagi pada Sera. Jika dia bersedia, aku akan membiarkannya pergi kemanapun kau mau. Kalau tidak, jangan harap aku akan melepaskannya. Jangan paksa Sera."
***
"Ih om Soonyoung sipit kenapa sih? Dari tadi diajak ngomong juga!"Sera menggerutu bahkan sampai kami menginjakkan kaki di apartemen. Aku hanya diam sambil menuangkan jus jeruk ke dalam gelas.
"Om marah sama aku? Atau papa bilang macam-macam ya? Astaga om, cerita dong!"
Aku menunduk setelah meneguk jus di tanganku hingga habis. Sera yang berdiri di sampingku masih setia bertanya sambil sesekali menepuk pundakku lembut.
"Ser."
Aku memanggilnya, namun dia hanya diam. Aku mengangkat kepala dan mata kami bertemu.
"Jangan pasang wajah itu. Selain nggak pantas, aku juga takut," akunya.
"Wanita yang meninggalkanku di hari pernikahanku namanya Jihyo. Dia pergi entah kemana dan kamipun tidak pernah berhubungan lagi sejak saat itu."
Sera mengernyit. "Kenapa om cerita ini ke aku?"
"Supaya kau tahu. Jadi jangan salah paham. Aku sudah tidak ada perasaan lagi padanya."
Perempuan itu mengerjap berkali-kali, sepertinya masih bingung. "Kenapa juga aku harus tau?" tanyanya sedikit ragu.
Aku terdiam untuk beberapa saat. Masih sambil menatapnya, aku bertanya, "kalau papamu menyuruhmu kuliah di luar negeri, kau mau?"
"Haha, jangan bercanda om."
"Aku serius."
Sera langsung menghentikan tawanya. Perempun itu sengaja batuk beberapa kali untuk menutupi rasa gugupnya. Aku bisa merasakannya.
"Yah...sepertinya asik juga kuliah di luar negeri. Walau yeah, nilaiku nggak bisa dibilang bagus sih," jawabnya.
Aku mengangguk paham. Baiklah jika dia bersedia. Aku akan merelakan dia pergi beberapa tahun untuk melanjutkan studinya.
"Om belum jawab pertanyaanku."
"Apa?"
"Kenapa juga aku harus tau? Itu, masalah cewek yang namanya Jihyo," tanyanya.
Kali ini aku benar-benar terdiam beberapa saat, hampir sepuluh detik sambil masih menatapnya. Rasanya sangat aneh menatap Sera seperti ini.
Bukan sebagai anak ingusan nakal yang paman Kim kirim, tapi sebagai wanita. Yeah, Sera adalah wanita.
"Omㅡ"
"Karena wanita yang aku sukai berhak tahu tentang masa laluku."
"Oh iㅡAPA?!"
***
welkam jihyo bias aq di tuais
dulu pernah baca sih katanya si tipe idealnya si uyong itu mba jihyo, makanya pake cast dia ajaa
btw ini dicepetin aja biar cepet kelar wkkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Soonyoung✔
Fanfiction"Tinggallah bersama guru privat sewaan papa. Tiga bulan, okay? Papa nggak mau tau, kalau sampai nilai kamu masih E terus, jangan pulang ke rumah!" 5th svt om series!