04

27.2K 4.2K 371
                                    

"Bagaimana?"

Soonyoung meneguk air dari botol sembari menatap pintu kamar Sera intens. Hingga botol di tangannya sisa setengah, pria itu masih diam tak membuka suara.

"Nak, kau masih disana?"

Soonyoung bergeming, masih sambil menatap pintu kamar Sera.

"Ayah."

"Kenapa? Dia merepotkanmu? Hah, harusnya aku menolak tawaran Raewon untuk menitipkan anakㅡ"

"Dia sangat lucu. Mirip Eunbin."

"Ha? Ya, bagaimana bisa kau menyamakan Sera dengan Eunbin? Eunbin penurut, sedangkan diaㅡ"

Kret. Pintu yang tengah ia pandangi terbuka. Mata merah Sera bertemu dengan mata teduh Soonyoung.

"Nanti aku telepon lagi."

Soonyoung segera menutup sambungan teleponnya bersama sang ayah, tanpa mau mengalihkan pandangannya dari Sera.

"Apa?" ketus Sera. Hingga beberapa detik, Soonyoung hanya diam sambil menatap Sera dalam. "Ck, jangan lihat aku kayak gitu, om sipit!"

"Kenapa? Grogi?"

"Dalam mimpimu!"

Jawaban Sera yang terdengar seperti umpatan itu justru membuat Soonyoung tertawa pelan. Mata sipitnya tinggal segaris, tulang pipinya yang terangkat membuatnya terlihat sangat menawan.

"Mau ramyeon?"

***


Setelah Soonyoung teliti lebih jauh, Sera memang mirip dengan Eunbin. Bahkan cara makan pun terlihat sama. Copy paste.

"Kenapa ketawa?" sewot Sera. Soonyoung menggeleng sambil menyantap ramyeonnya. "Ck, jangan dihabisin semua dong, om! Aku dikasih kuah doang gitu?"

Lagi-lagi, Soonyoung tersenyun di tengah-tengah kegiatan makannya.

"Aku heran," Sera buka suara. Pria di hadapannya menatapnya penuh minat. "Om sipit sebenarnya siapa?"

Soonyoung diam sedetik. "Kwon Soonyoung."

"Emang ya, orang jenius sama orang bodoh beda tipis."

"Apa?"

Sera meletakkan sumpitnya di atas ramyeonnya yang hampir mendingin. "Alter ego? Di sekolah dingin kayak pak Wonwoo, disini hobi senyum-senyum sendiri kayak si Seungkwan."

Soonyoung mengangkat salah satu alisnya. "Lalu kenapa?"

"Ck," Sera berdecih lalu kembali menyantap ramyeonnya yang benar-benar sudah mendingin. "Yaya, bukan urusanku. Urusanku hanya belajar, dapat nilai B dan keluar dari tempat ini."

Soonyoung mengangguk menyetujui pernyataan Sera. Sampai ramyeon di panci habis, mereka hanya mampu diam ditemani suara denting sendok dan sumpit.

"Mau kemana?" tanya Soonyoung begitu melihat Sera beranjak dari tempat duduknya.

"Tidur."

"Lagi? Bukannya kau baru bangun tidur?"

Sera menatap jam dinding di atas tv. "Tadi tidur siang. Sekarang tidur sore."

Demi ketampanan Jaemin si kapten basket sekolah, Soonyoung hampir saja tertohok mendengar jawaban Sera.

"Tidak bisa."

"Ha? Maksudmuㅡ"

"Mandi lalu datang ke ruang tengah. Kita belajar."

"Tapiㅡ"

"Kau mau keluar dari rumah ini, kan? Ikuti perintahku."

Ck, sial! Sera hampir saja mengumpat kalau Soonyoung tidak dengan kurang ajarnya mengacak rambutnya pelan.

"Semangat ya. Ini baru empat hari. Masih ada 86 hari lagi," kata Soonyoung sambil tersenyum.

Sialan!

***


Seminggu. Sera tidak salah hitung. Dia yakin sudah seminggu menetap di apartemen mewah Soonyoung. Lebih tepatnya, ini hari keenam seorang Kwon Soonyoung menggantikan Bu Sejeong.

Tapi gila.

Sangat gila.

"Emang gila Pak Soonyoung. Baru seminggu udah ada dua puluh cewek nembak dia. Lima belas murid, sisanya guru," celoteh Eunseo.

Diam-diam Sera menyimak, walau wajahnya terlihat sangat tidak tertarik.

Padahal om sipit sok-sok galak kalau di sekolah. Coba lihat dia senyum, penjaga kantin juga pasti bakal jatuh cinta sama dia.

Sera menggerutu dalam hati.

Tunggu. Aku bilang apa?

"Pak Soonyoung mau nggak ya sama abg kayak kita?" Sera sontak menatap Eunwoo.

"Kau gila? Buat apa pria kaya, dewasa dan jenius setengah bodoh seperti dia memacari abg?"

"Ck, kenapa sewot sih Ser? Aku kan cuma tanya! Lagian kalau itu aku, mana mungkin aku tolak!"

Eunseo mengangguk menyetujui pendapat saudara kembarnya.

"Aku juga."

Sera bergidik ngeri. "Gila aja pacaran sama om-om."

"Siapa yang kau panggil om-om?"

"Ya si Soonyounglah! Siapa la..."

Suara Sera mendadak lenyap saat tubuhnya berbalik menatap si empunya suara.

Kenapa dia...disini?

"Sera. Ikut ke ruangan saya."


Sera

Sepuluh menit. Sepuluh menit sejak aku duduk di kursi ini. Dan sialnya si om sipit itu nggak mau membuka suara barang sedetikpun. Dia bahkan dengan kurang ajarnyaㅡsokㅡsibuk mengoreksi tugas matematika kelas sebelah, kelas 11 IPA 3 yang notabene diisi murid-murid berotak encer.

"Buat apa kau memanggilku kalau ujung-ujungnya aku hanya duduk manis disini?" tanyaku.

Om sipit mengabaikanku. Dia masih aja sibuk mengoreksi tugas sialan itu.

Ck!

"Aku perㅡ"

"Berikan ini pada murid kelas IPA 3."

Kwon Soonyoung yang terhormat memotong pembicaraanku sambil merapikan tumpukan buku di depannya. Mataku dan matanya bertemu untuk beberapa saat sebelum dia memberikanku kode agar segera mengambil tumpukan buku tersebut.

"Kau menyuruhku? Kau pikir aku pembantu?!"

Dia mengangkat kedua bahunya santai. "Yah, anggap saja hukuman untukmu."

Aku berdecak. Sialan! Kapan selesainya sih penderitaanku ini?!

***

Yhaaa aku tau ff ini masih gj, konfliknya ngambang, alurnya aja masih galau wkwkw

Om Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang