18

20.1K 3.7K 141
                                    

ada yang nungguin? wkwwk



"Sera!"

Suara berat Jaemin menginterupsi langkah kakiku. Laki-laki itu segera menghampiriku lalu mencengkram pergelangan tanganku posesif.

"Kemana aja kamu? Kok nggak kelihatan dua hari ini? Aku telfonin nggak diangkat, aku line nggak dibales. Aku khawatir, Sera," ujarnya dengan nada penuh keputusasaan.

Aku menatapnya intens, sedangkan dia melihatku sedikit khawatir. Oh ayolah, aku dilema.

"Ser."

"Jaem."

Dia terdiam sebentar. "Apa?"

Aku menelan salivaku kasar sambil menatapnya setenang mungkin.

"Kita putus aja."

***

"Aku pulang," kataku sedikit lantang. Soonyoung pasti ada di kamar, jadi aku harus mengencangkan suaraku agar dia tau aku udah kembali dari sekolah.

Tunggu. Kenapa juga dia harus tau?

Hhhh.

Aku melempar tasku asal di atas sofa lalu mendudukkan diriku persis di sebelahnya. Aku mengusap wajahku kasar. Entahlah, sejak insiden tadi di lapangan, moodku mendadak hancur.

Apa iya efek memutuskan Jaemin sebesar ini? Padahal aku menerimanya menjadi pacar bukan karena suka.

Astaga, jangan bilang aku menyukai bocah itu?

"Sudah pulang?"

Suara berat menyentakku. Soonyoung, dengan wajah pucatnya keluar dari kamar. Pria itu duduk di hadapanku lalu menatapku lekat.

"Kalau belum pulang, terus aku siapa?" sarkasku. Dia tertawa pelan sebelum akhirnya memutus kontak mata kami.

"Bagaimana? Sekarang sudah single lagi?" tanyanya, kali ini tanpa menatapku. Matanya sibuk menatap meja di hadapannya, tangannya terlipat di depan dada.

"Boleh aku tanya?"

"Hm."

"Om."

"Apa?"

Aku mengetuk meja beberapa kali. "Mejanya bisa ngomong? Kok natepnya kesini?"

Haha, padahal dia sendiri yang bilang, "tatap lawan bicaramu" beberapa hari yang lalu. Pembodohan, dia melanggar ucapannya sendiri.

Soonyoung menghela nafas sekali lalu menatapku lekat. "Jadi bagaimana?"

"Apanya?"

"Jaemin."

Aku mengangkat bahuku acuh. "Putus."

Aku juga heran. Kenapa aku harus sepatuh ini pada ucapan Soonyoung? Langsung menyetujui dua permintaannya tanpa harus berpikir panjang.

Hhh, kayaknya aku emang benar-benar nggak mau pulang dan ketemu papa lagi.

"Maaf," ujarnya tiba-tiba. Aku mengangkat salah satu alisku.

"Untuk?"

"Memutus kebahagiaanmu. Bukannya aku tidak suka kau bersama Jaemin, hanya saja... Ada hal lain yang membuatku harus menyudahi hubungan kalian. Maaf, aku hanyaㅡ"

"Astaga." Aku tertawa pelan mendengar kalimatnya yang membuatnya terlihat polos. "Ini cuma masalah cowok, please."

"Ha?"

"Oh ayolah, nggak ada hal paling kekanak-kanakan selain cinta. Jaemin memang pacar pertamaku, tapi aku udah sering melakukan hal yang lebih dari sekedar gandengan dan pelukan sama cowok lain sebelumnya."

Aku mengambil nafas sebelum melanjutkan ucapanku, tak lupa sambil tertawa mengejek.

"Putus kayak gini bukan hal besar. Om juga, jangan mau jadi bucin. Cinta itu nggak ada. Mereka omong kosong."

"Lalu Jaemin? Kau menganggap perasaannya apa? Kenapa menerimanya dulu?"

Lagi, aku mengangkat bahuku acuh. "Aku kasian aja. Lagian belum pernah sama bocah, nyoba-nyoba."

"Astaga, aku tidak tau kau segila ini."

Haha, aku tertawa pelan. Ingat ya, Sera bukan wanita lemah yang akan galau terus nangis seharian di kamar karena seorang lelaki. Big no!

"Makanya om, move on. Aku nggak tau siapa cewek yang mama maksud, tapi kalau udah pergi yaudah, jangan ditangisin apalagi ditungguin. Om kan kaya, pinter, yeah nggak jelek-jelek amat. Banyak kok cewek yang mau."

Ucapanku membuat Soonyoung terdiam cukup lama.

Hm? Salah ngomong?

***

haii....

Om Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang