10

22.6K 3.7K 260
                                    

Sera bukan benci papanya. Dia hanya kecewa. Kenapa dia harus tumbuh di keluarga yang hampir hancur seperti keluarganya? Ditinggal ibunya pergi dari dunia, diacuhkan selama lebih dari separuh umurnya oleh sang ayah, ditambah dia anak tunggal. Sera benci fakta itu.

Bahkan permintaan maaf Raewon yang Sera dengar masih membuatnya kesal. Kenapa baru sekarang? Kemana aja dia selama ini?

Dalam hati Sera menyesal karena memaksa Soonyoung untuk menurunkannya di rumah. Lebih baik merasakan jantungnya berdetak nggak karuan saat di dekat Soonyoung daripada mengingat kenangan pahit dan sok drama dalam hidupnya.

"Tugasmu sudah selesai?"

Soonyoung datang dengan dua cangkir coklat di tangannya. Sera yang awalnya sibuk menatap tv hanya bisa menghela nafas.

"Papa bilang nilaiku harus B supaya aku bisa pulang."

"Kalau begitu belajarlah. Buka bukumu, mana yang belum paham? Biar aku ajari."

Sera menatap Soonyoung yang tengah sibuk meletakkan coklat di meja lalu membuka buku matematikanya, berusaha mencari halaman yang menjadi 'tugas kelompoknya' bersama Sera.

Sera akui, berada di tempat ini sangat menyebalkan. Tiap hari bertemu Soonyoung yang selalu memaksanya belajar, belum lagi aturan-aturan aneh yang melarangnya merokok dan minum, ditambah perasaan aneh sejak kejadian kencan tempo hari. Semua terdengar konyol di telinganya.

Namun, berada di rumah bersama sang papa benar-benar membuat Sera muak. Seribu kali lebih muak daripada disini bersama Soonyoung dan segala aturan-aturan anehnya.

"Aku nggak mau belajar."

Soonyoung tertawa mendengar pernyataan Sera. "Lakukan saja, nona. Kau tidak akan dapat B."

"Memang itu mauku." Benar aja, Soonyoung langsung mengalihkan pandangannya pada Sera. "Om bilang papa ngelarang aku pacaran, kan?"

"Ya. Laluㅡ"

"Kalau gitu aku mau pacaran. Nggak. Aku harus pacaran."

Salah satu alis Soonyoung terangkat. Kenapa lagi bocah ini? Pria itu membatin.

🔸🔸🔸


Nah masalahnya, memangnya ada yang mau pacaran dengan perempuan seperti Sera? Sera sih nggak jelek-jelek amat walau nggak bisa dikategorikan cantik. Tubuhnya juga nggak gendut-gendut amat walau nggak bisa dibilang ideal. Cuma satu.

Siapa mau pacaran dengan preman yang bodoh dan suka merokok?

Sera yang tengah berada di rooftop sekolahnya pun memejamkan matanya sambil merasakan desiran angin yang menggelitik lehernya.

Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini dia jarang merokok. Tentu saja sejak dia tinggal di apartemen Soonyoung yang anti rokok tersebut. Dan sialnya, kali ini dia sangat ingin menyesap benda panjang iㅡ

"Sialan!"

Sera memekik saat matanya bertubrukan dengan mata seorang lelaki di sampingnya. Masalahnya, kenapa wajahnya begitu dekat dengan wajahnya? Dan sejak kapan dia ada disini? Menatap Sera lagi!

"Kau kapten basket sialan itu bukan?"

"Aku Jaemin, bukan si-kapten-basket-sialan, Sera."

"Siapapun, ngapain disini? Penguntit?" tanya Sera tajam. Biasanya orang-orang akan takut dengan tatapannya, namun Jaemin beda. Laki-laki membuat tinggi Sera hanya sebatas jakunnya itu tertawa.

"Bukan penguntit, Ser. Pengagum."

"Gila."

"Aku serius."

"Aku merinding."

Jaemin yang gemas sontak melipat tangannya di depan dada sambil menatap Sera. Senyum manisnya nggak luntur sedetikpun.

"Percaya atau nggak, aku sudah memperhatikanmu sejak aku masih kelas sepuluh."

"Lalu?"

Pertanyaan Sera membuat Jaemin mengangkat bahu acuh. "Terimakasih sudah nggak lulus. Dengan begitu aku bisa lebih lama ketemu kamu."

"Sialan!"

"Serius. Kalau waktu itu kamu lulus, sekarang kita nggak akan berada dalam posisi ini."

Sera benar-benar ingin menyumpahi bocah tinggi di depannya. Bagaimana bisa dia mensyukuri ketidaklulusannya? Padahal papanyaㅡaish, Sera berdecak saat papanya muncul tiba-tiba dalam otaknyaㅡmarah besar bahkan berniat akan membunuhnya kala itu.

"Udah udah, nggak usah dilanjutin. Kalau mau ngedrama, jangan denganku!" kesal Sera.

Belum sempat tubuhnya beranjak, sebuah tangan besar sudah lebih dulu menahannya untuk tetap tinggal. Sedetik kemudianㅡentah bagaimana caranya, Sera nggak ingatㅡtubuhnya sudah berhimpit dengan tubuh si pemilik tangan besar tersebut.

Sera tersentak. Yah, hanya sesaat.

"Apa-apaㅡ"

"Sayangnya aku maunya sama kamu."

"Apanya, bodoh?!"

Jaemin menyeringai lalu sedikit mencondongkan wajahnya. Sera refleks menjauhkan lagi kepalanya dari wajah tampan Jaemin. Hidung mereka nyaris bertubrukan gara-gara aksi Jaemin tersebut.

"Pacaran sama aku deh, Ser. Nanti kita bisa buat adegan di drama-drama jadi kenyataan."

Ouh, shit!


🔸🔸🔸

Yayayaa part yang sangat tidak berfaedah:")

Om Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang