Never

783 79 12
                                    

2 tahun yang lalu

Hari itu, Kak Mingyu tiba-tiba mengajak Sohye untuk pergi ke kafe langganan di sekitar sekolah. Lagi gabut katanya. Memang sejak putus dari Woojin, Kak Mingyu jadi sering menghubunginya lagi. Sohye pikir, mungkin karena ia merasa bersalah, jadi dia berusaha untuk menghibur Sohye, tapi entahlah. Sohye iya-iya saja, karena terkadang menghabiskan waktu dengan orang lain membuatnya bisa melupakan Woojin untuk sementara.

Tapi hanya terkadang.

Tidak untuk saat ini.

"Kamu masih belum bisa ngelupain dia ya, Hye?" tanya Kak Mingyu begitu dia melihat Sohye duduk terdiam sambil menatap kosong gelas plastik berisi cafe latte di hadapannya.

Pikiran Sohye menari ke saat itu, dimana Woojin selalu mengajaknya kesini setiap kali dia ingin mencoba varian rasa baru. Woojin tidak punya minuman favorit, Sohye juga biasa saja, jadi mereka selalu memesan hal yang berbeda setiap kali datang, lalu saling mencicipi minuman satu sama lain sambil bersenda gurau.

Tidak ada yang spesial dengan minumannya, ataupun tempatnya. Yang spesial adalah dengan siapa dia menghabiskan waktu bersama.

Tanpa sadar, Sohye tersenyum sendiri mengingat kenangan manis itu.

Woojin ga suka duduk berhadap-hadapan. Dia lebih memilih duduk bersebelahan supaya bisa lebih dekat dengan Sohye. Iya Woojin memang jago modus. Dia suka banget curi-curi kesempatan untuk sekedar menggenggam tangan atau merangkul pundak Sohye. Semakin hari tindakannya pun semakin berani. Pada masa itu, Woojin sengaja banget bicara sambil bisik-bisik di telinga Sohye, membuatnya geli dan berdebar-debar sendiri. Bahkan mereka sudah sering saling bertukar minuman dan 'ciuman tidak langsung'. Tapi untuk direct kiss, jujur, mereka belum berani.

Lamunan Sohye buyar ketika tiba-tiba Kak Mingyu menggenggam kedua tangannya di atas meja. Sohye pun tersentak. Saat ini, dia bisa melihat tatapan Kak Mingyu yang berubah menjadi sendu.

"Hye... kamu... benar-benar ga ada perasaan apa-apa sama aku? Walaupun sedikit...?"

Kedua manik mata Sohye membulat.

Ini bahkan belum genap 3 bulan sejak dia putus dari Woojin...

Dengan suara serak, Sohye memaksakan diri untuk menjawab, "Kak... maaf ya... Sohye ga bisa..."

Kak Mingyu dengan lembut menggenggam kedua tangan Sohye di atas meja sambil tersenyum sedih. Kedua ibu jarinya mengusap punggung tangan Sohye dengan membentuk lingkaran-lingkaran kecil, mungkin dia berharap itu bisa menenangkan gadis mungil dihadapannya dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

Tapi bukannya merasa nyaman, Sohye malah merasa semakin tidak enak. Gerakan itu malah membuatnya semakin merindukan genggaman tangan dari seorang Park Woojin.

Sohye merasa jahat.

Air matanya pun tumpah.

Kak Mingyu mungkin mengira kalau dia menangis karena merasa bersalah telah menolaknya. Padahal tidak. Sohye sebenarnya malah menangisi lelaki lain yang saat ini sudah tidak ada di sampingnya lagi. Dia menangis karena orang yang menggenggam tangannya kini bukanlah Woojin.

Tangisnya semakin pecah. Sohye dengan paksa melepaskan tangannya dari Kak Mingyu untuk menutupi wajahnya. Dia ga bisa. Dia benar-benar ga bisa. Cuma Woojin yang bisa bikin dia tenang. Cuma Woojin yang bisa membuatnya nyaman. Cuma Woojin yang bisa membuatnya yakin kalau semua akan baik-baik saja.

Tapi sekarang ga ada yang baik-baik saja.

"Hey... Sohye... aduh... jangan nangis dong..."

Kak Mingyu berusaha meraih tangannya lagi, tapi kali ini Sohye menghindar. Dia takut semakin Kak Mingyu mendekatinya, semakin dia merindukan sosok mantan kekasihnya itu.

Smultronstalle | Woojin x Sohye (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang