Deg! Deg!
Sepertinya jantung Sohye berhenti sesaat ketika Woojin menarik tangannya. Seperti yang sering dilakukannya dulu.
"Ngg, tapi hyung, Daehwi gimana--"
"Sssttt!" Somi langsung menyambar lengan Daehwi sebelum Sohye ataupun Woojin merespons, "Udah, Hwi, lo bareng gue aja. Sekarang mending lo bantuin gue dulu nih ngurusin Kak Ucup!"
Daehwi yang tadinya tampak ragu, mau ga mau akhirnya mengikuti perintah Somi. Sepeninggal mereka, Woojin, yang masih memegang tangan Sohye, sekali lagi bertanya padanya,
"Gimana, Hye?"
Sohye hanya mampu menatap mata Woojin sekilas, sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Baru berpegangan tangan seperti ini saja sudah membuat Sohye terharu.
Kangen.
Ngerti kangen ga, sih?
Woojin masih seperti yang dulu. Suka menarik tangannya dan membawanya kemanapun dia suka. Perlakuannya terhadap Sohye pun masih sama, penuh perhatian dan sangat hati-hati. Dari memakaikan mantelnya, hingga membukakan pintu mobil untuknya. Membuat berjuta kenangan menyeruak masuk ke hatinya secara bersamaan.
Apakah salah jika kini Sohye sedikit berharap?
15 menit dalam perjalanan, belum ada yang berani memulai percakapan. Dia bisa melihat Woojin tampak sangat gelisah selama menyetir, dan Sohye hanya bisa diam menunggunya untuk menemukan keberanian untuk bicara.
"Um... Hye..." ucap Woojin ragu-ragu.
Sohye langsung menoleh dan menyahut, "Hm?"
"Kamu... sejak kapan potong rambut?"
"Hah?"
Pertanyaan Woojin random banget, Sohye sampai harus loading dulu.
"Oh... ini... belum lama, kok... pas tahun baru. Kenapa? Ga cocok, ya?"
"Eh? Ga kok, cocok! Cocok banget malah... cuman pangling aja..."
"Oh..."
Lalu hening lagi.
.
.
.
"Um, Hye..."
Kali ini Sohye hanya menoleh.
"Kamu... udah gapapa kan ketemu aku gini?"
Sohye mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menatap wajah Woojin lebih lama sambil mencari jawabannya. Apakah hatinya masih terasa sakit?
Dia pun tersenyum sambil menahan air mata.
"Ga, kok, gapapa. Malah lebih sakit kalau kamu bersikap seperti aku itu orang asing buat kamu..." jawabnya jujur sambil memalingkan wajahnya lagi.
Woojin pun terdiam.
"Maaf, Hye... bukannya aku--"
"Iya, gapapa. Aku ngerti, kok..."
"Hye--"
"Kalau aku tadi ga datang, apa kamu bakal nyamperin aku kek gini? Atau kamu mau nyerah gitu aja seperti dulu?"
.
.
.
Mendengar itu, Woojin membanting setir dan menepikan mobilnya tiba-tiba.
"Ya Kim Sohye."
Tegur Woojin dengan nada rendah. Kedua tangannya mencengkeram kemudi mobil dengan sangat kencang hingga urat nadinya mencuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smultronstalle | Woojin x Sohye (COMPLETED)
FanfictionSmultronstalle (n.) a special place discovered, treasured, returned to for solace and relaxation; a personal idyll free from stress and sadness. (Original story written in Bahasa)