Separation Anxiety

705 88 31
                                    

Tuuuttt.......

.

.

Tuuuttt.......

.

.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan coba beberapa saat lagi.

.

.

Sohye mengerutkan keningnya. Ini sudah kesekian kalinya dia mencoba menelpon Woojin yang berujung dengan suara mesin penjawab otomatis yang menyebalkan itu. Jangankan telpon, chatnya pun tidak dibaca.

Kemana sih orang itu? Katanya tadi mau jemput di kampus. Tapi ditungguin sampai 1 jam lebih, orangnya tidak muncul juga. Ngabarin kek kalau bakal telat atau ga jadi. Tahu gini kan Sohye bisa nunggu di perpus atau di kantin sekalian, bukannya berdiri di depan lobby fakultas seperti anak hilang begini.

Gadis itu mendengus kesal. Sejak masuk dunia perkuliahan, frekuensinya untuk bertemu si makhluk bergingsul menyebalkan itu semakin berkurang. Bukan hanya karena mereka beda kampus, tapi juga dari segi waktu yang hampir tidak pernah pas. Kalau waktu SMA dulu setidaknya mereka masih bisa pulang-pergi bareng, sekarang tidak bisa karena jadwal kuliah mereka yang tidak tentu. Kadang Sohye harus bela-belain ikut berangkat ke kampus pagi-pagi biar bisa bareng Woojin, walaupun sebenarnya dia baru ada jam kuliah siang. Woojin juga kadang menyempatkan diri main ke kampus Sohye saat dia sedang ada waktu kosong.

Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Setelah lewat 3 bulan, akhirnya mereka capek sendiri. Apalagi keduanya sama-sama ikut organisasi kemahasiswaan di kampus masing-masing, ditambah Woojin tidak mungkin melewatkan kegiatan klub dance di kampusnya, jadinya waktu dan tenaga mereka terkuras untuk kesibukan mereka sendiri-sendiri.

Karena itu, mereka akhirnya sepakat untuk saling mencocokkan jadwal agar bisa bertemu paling tidak seminggu sekali. Hari ini termasuk salah satunya.

Seseorang lalu menepuk bahu Sohye dari belakang. Sohye menoleh.

"Belum pulang juga, Hye?" tanya Kak Wonwoo, senior mahasiswa tingkat 3 yang juga merupakan ketua kemahasiswaan di fakultas teater bareng Sohye. Orangnya terkesan diam dan dingin, tapi kalau senyum... sepertinya bidadari pun langsung klepek-klepek.

Sohye membungkuk pelan, "Eh iya, Kak. Masih nungguin yang jemput," jawab Sohye jujur. Sebenarnya Sohye tidak dekat dengan Kak Wonwoo, Kak Wonwoo-nya saja yang memang terkenal ramah pada mahasiswa baru.

Kak Wonwoo mengernyit lalu mengecek jam tangannya, "Dari tadi belum datang juga?"

Sohye hanya tersenyum simpul. Pasalnya, sejam yang lalu mereka baru selesai rapat anggota untuk pembentukan panitia acara yang bakal diadakan di kampus mereka 2 bulan lagi. Terus Kak Wonwoo masih lanjut rapat lagi dengan panitia inti, sedangkan Sohye yang masih mahasiswa baru seharusnya sudah pulang dari tadi.

"Ini udah mulai gelap, loh. Yang jemput siapa, sih? Pacar kamu?"

"Hehe... iya, Kak," jawab Sohye canggung.

"Hm pantes... pacar kamu yang waktu itu bukan? Yang anak SNU?"

"Iya Kak..."

Sebelah alis Kak Wonwoo terangkat mendengar itu. Entah kenapa, Kak Wonwoo selalu ada di saat Woojin akan menjemput Sohye, jadi kedua lelaki itu memang sudah beberapa kali bertemu. Sohye tidak pernah secara resmi memperkenalkan mereka berdua, karena sikap Kak Wonwoo yang sangat dingin terhadap Woojin dan Woojin sendiri yang keburu emosi tiap kali melihat Kak Wonwoo.

Sohye bisa mengerti sih kenapa Woojin selalu emosi, soalnya diam-diam begitu Kak Wonwoo orangnya suka iseng. Ditambah ekspresi wajahnya yang sulit ditebak, membuat banyak orang bertanya-tanya sebenarnya maksudnya Kak Wonwoo itu apa.

Smultronstalle | Woojin x Sohye (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang