Sohye membeku.
Otaknya berhenti berfungsi saat melihat Nancy yang tiba-tiba mencium Woojin tepat di depan kedua matanya. Ciuman itu singkat, tapi mampu membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Retakan yang ia coba rawat sebisa mungkin supaya tidak pecah, ternyata sia-sia.
Begitu alam sadarnya berhasil memproses apa yang sedang terjadi, bulir-bulir air mata jatuh dengan sendirinya tanpa bisa ia tahan.
Ia pun berlari. Saat ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang yang bertepuk tangan dan mengelu-elukan penampilan mereka, Sohye berlari meninggalkan tempat duduknya sambil terisak.
Hatinya terlalu perih untuk mempedulikan orang-orang yang menatapnya dengan heran.
Terlalu perih bahkan untuk mendengar teriakan teman-temannya yang memanggil namanya dengan khawatir.
***
"HYE!!!"
Terdengar suara Woojin yang memanggilnya dari belakang. Entah bagaimana caranya Woojin bisa menemukannya secepat itu, padahal Sohye yakin, Woojin pasti baru turun dari panggung saat Sohye berlari menuju gerbang keluar dengan berlinang air mata.
"SOHYE!!!"
Tanpa menoleh sama sekali, gadis yang dipanggil itu justru mempercepat langkahnya, berharap dia bisa segera menemukan taksi saat tiba di jalan raya.
Tapi Woojin terlalu cepat. Dalam beberapa langkah saja Woojin sudah bisa menggapai tangan Sohye dan menariknya kembali untuk berhadapan dengannya.
Please... jangan...
Pekik Sohye dalam hati, tapi yang bisa ia lakukan hanya memberontak dan menggelengkan kepalanya sekuat tenaga, berharap Woojin mau melepasnya kali ini.
"Hye, dengerin aku dulu, Hye..."
Ga... ga mau...
Sohye berusaha menutup kedua telinganya walau Woojin masih mencengkeram tangannya erat-erat. Sohye benar-benar tidak mau mendengarkan penjelasan apa-apa dari Woojin. Hatinya terlalu sakit. Mendengar suaranya saja hatinya sudah terlalu sakit. Sohye sungguh tidak sanggup menghadapi Woojin saat ini.
"Hye... please..."
Sohye tetap menggeleng dengan kepala tertunduk, dia bahkan tidak sanggup untuk menatap wajah Woojin walau hanya sekilas.
Kedua kaki Sohye seakan tidak kuat lagi menumpu seluruh badannya. Jika bukan karena Woojin yang masih tidak mau melepaskan tangannya, Sohye pasti sudah terduduk lemas sambil menangis.
Menyerah. Sohye benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Yang dia tahu hanya rasa sakit di hatinya dan dia tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya.
"Jin, udah, Jin..." terdengar suara Jihoon yang pelan-pelan berusaha melepaskan tangan Sohye dari Woojin, "Kasih waktu biar dia bisa tenang dulu, kasian Sohyenya kalau lo paksa kek gini..."
"Tapi, Hoon--" Woojin yang tadinya ingin menjelaskan ke Jihoon, langsung beralih ke Sohye, "Hye, demi apapun, harusnya ga ada adegan ciuman sama sekali. Aku juga ga tau kalau dia bakal senekat itu--"
Ga. Ga, ga, ga, ga, ga, ga--
Sohye ga peduli. Sohye ga mau dengar alasan apapun dari Woojin. Setiap kata yang keluar dari mulut Woojin malah membuat hatinya semakin sakit. Ga bisa. Sohye sama sekali tidak mampu buat melawan rasa sakit itu.
Melihat Sohye yang kembali menarik diri dari Woojin, Jihoon akhirnya memaksa Woojin mundur, sementara Hyungseob datang membantu Sohye untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smultronstalle | Woojin x Sohye (COMPLETED)
FanfictionSmultronstalle (n.) a special place discovered, treasured, returned to for solace and relaxation; a personal idyll free from stress and sadness. (Original story written in Bahasa)