TKMM ~ 3

1.5K 90 3
                                    

Suara adzan subuh begitu menggema di telinga, meraba ke sebuah meja mencari benda yang berbunyi lantunan adzan. Di raihnya kemudian di lihat jam menunjukan pukul 04.30 waktu Cairo, melihat ke samping seketika senyum terukir. Pikiran kembali ke beberapa jam yang lalu, mengingat malamnya yang begitu indah membuat tidurnya menjadi nyenyak dari sebelumnya.

Bergerak sedikit kemudian mengecup hangat kening istrinya yang masih tertidur pulas.

"Humairah !" Andra memanggil Agatha sambil mengelus kepala Agatha dengan lembut.

Perlahan Agatha membuka matanya, menyatukan pantulan cahaya lampu yang mulai masuk ke dalam indera penglihatannya.

"Udah adzan subuh, kita bersih - bersih abis itu sholat." Ujar Andra mengelus pipi chubby istrinya.

"Kakak duluan aja, biar aku siapkan bajunya." Balas Agatha membuat Andra langsung menuju kamar mandi.

Melihat suaminya yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, Agatha mulai menyiapkan pakaian untuk suaminya pakai, kemudian Agatha pun juga bergegas menuju kamar mandi lain.

Mulai sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan, sudah lama tidak melakukan hal seperti ini untuk suaminya. Sekarang ia kembali melakukannya, sambil menunggu Andra yang menyelesaikan mengajinya setelah sholat subuh. Suara Andra mampu meneduhkan hati Agatha, lantunan ayat al - qur'an yang Andra keluarkan sudah seperti candu untuk Agatha sendiri.

Sarapan yang di buat sudah selesai tapi Andra belum juga menyudahi mengajinya, sambil menunggu suaminya Agatha memilih menunggu di meja makan dengan makanan yang sudah ia siapkan untuk suaminya.

Suara pintu kamarnya membuat Agatha menoleh, tersenyum karena mendapati Andra yang berjalan ke arahnya. Wajah cerah sehabis mengaji begitu terpancar membuat Agatha semakin merasakan jatuh cinta setiap harinya pada Andra.

"Wangi banget sih, kamu masak apa?"

"Cuma bubur aja, lagian di kulkas cuma ada yang instan." Balas Agatha sambil menuangkan air mineral untuk Andra.

"Kenapa kita enggak sarapan di luar aja, kalau tau bahan makanan belum ada."

"Jangan berlebihan kak, semalam kita udah makan - makanan di restoran. Kalau sarapan juga harus di restoran itu sama aja pemborosan, lagian bubur instan yang kakak beli itu baik kok berbeda dengan mie."

"Aku tau, humairah. Setidaknya aku cuma enggak mau buat kamu repot kalau harus masuk tanpa bahan makanan."

Agatha tersenyum karena memang Andra begitu berlebihan. "Kak, di syukuri aja apa yang ada selagi masih bisa di olah. Udah ah, jangan bahas ini terus. Terserah kakak sih mau sarapan atau tidak tapi yang jelas aku udah buatin." Ucap Agatha lalu mulai mengambil posisi duduknya.

"Oke kita sarapan !" Pekik Andra yang kemudian duduk tepat di hadapan Agatha.

Menikmati sarapan yang di buat langsung oleh Agatha, sudah kama rasanya tidak memakan masakan yang Agatha buat. Meskipun instan tapi Agatha mampu merubah rasanya bahkan restoran di luar sana rasanya pun kalah dengan apa yang di masak oleh Agatha.

"Kak !" Panggil Agatha sambil menatap suaminya.

"Iya humairah !" Andra membalas dengan menatap Agatha juga.

"Apa kakak sudah memikirkan semuanya, memilih apartemen sebagai tempat tinggal kita. Apa itu tidak berlebihan ?" Agatha mengungkapkan apa yang dari kemarin ingin ia sampaikan.

Begitu tau berada di apartemen membuat Agatha seolah berpikir apalagi yang ia tau harga apartemen tidaklah murah, jika dihitung dan di pikirkan akan sangat banyak jumlahnya. Untuk itu pagi inilah saat yang tepat untuk berbicara masalah tempat tinggal.

"Bukan apa - apa kak, kakak taukan. Harga sewa apartemen ini sangat mahal, apalagi kamarnya semewah ini. Belum kakak yang melarang aku untuk tidak bekerja lagi di tempat umi Aminah, lalu mau bayar pakai kalau kita sama - sama tidak bekerja. Biaya hidup di negera orang lebih mahal daripada di negara kita sendiri kak." Ungkap Agatha lagi membuat Andra langsung meneguk segelas air mineral dan menghela nafasnya.

"Humairah, kamu tidak perlu mengkhawatirkan semuanya. Terlebih soal kehidupan kita ke depannya, percaya sama aku kalau rezeki sudah di atur. Meski aku tidak bekerja tapi aku masih bisa mendapatkan penghasilan, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu." Andra membalas dengan tatapan menyakinkan.

"Dapat penghasilan darimana kak, jangan bilang kakak mengandalkan mama dan papa untuk biaya hidup disini. Termasuk harga sewa apartemen ini?"

"Pikiran mu jangan negatif dulu, Humairah. Dengarkan penjelasan ku agar rasa kekhawatiran mu hilang." Ucap Andra dengan nada lembut bahkan sambil tersenyum ke arah istrinya.

"Kamu melupakan satu hal, Humairah. Kamu lupa kalau aku masih punya kafe di Jakarta yang saat ini di tangani oleh Haikal. Meskipun sudah tidak bekerja setidaknya aku masih dapat penghasilan dari sana, meskipun begitu aku tidak hanya mengandalkan dari sana. Dan aku berniat akan membuka cabang di sini, alhamdulilah juga semua sudah di urus oleh kang Very teman kampus ku dulu Australia. Beliau mau membantu ku karena beliau lihat kafe kita yang di Jakarta sedang ramai menjadi perbicangan dan masuk ke dalam sebuah kafe kekinian karena memang banyak banget pengunjungnya. Untuk itulah kang Very mau membantu ku membuka sebuah kafe disini."

"Kamu juga enggak perlu memikirkan biaya sewa apartemen ini, karena aku membeli apartemen ini bukan menyewanya. Semua yang ada di sini, yang aku beli semua murni uang aku. Mama dan papa sama sekali tidak ada campur tangan, kamu istri aku dan aku suami kamu. Jadi sudah seharusnya aku mencukupi dan buat kamu bahagia saat bersama aku."

Agatha terdiam mendengar semua penuturan Andra terlebih yang mengatakan bahwa suaminya justru membeli bukan menyewa. Apa yang Andra ucapkan benar, Agatha melupakan satu hal yang tidak lain adalah sebuah kafe yang Andra bangun bersama temannya jauh sebelum menikah dengannya. Apalagi saat ini kafe tersebut dengan ramai, dan belum lagi yang Agatha tahu sebelumnya kalau Andra dan teman - teman akan membuka satu cabang di daerah. Tapi tetap saja apa yang di katakan Andra membuat Agatha tidak habis pikir karena berani membeli sebuah Apartemen yang memang harganya sangat mahal.

"Apa yang masih membuat mu khawatir, humairah ?" 

"Bukan apa - apa kak, hanya saja aku ingin mengingatkan. Tidak seharusnya kakak membeli semuanya, apalagi sampai semewah ini. Jujur kak, aku merasa bersyukur dan beruntung karena punya suami seperti kakak. Selalu membuat aku merasa bahagia, tapi aku ingatkan sama kakak jangan lupa untuk terus beramal. Buat apa kita hidup mewah seperti ini dan punya segalanya, tapi kalau tidak beramal sama saja. Kakak taukan? apa yang kita punya di dunia itu hanya sementara, bahkan kalau kita mati, semua yang kita punya tidak ada satupun yang kita bawa. Untuk itulah aku cuma mengingat agar kita tidak lupa untuk beramal atau bersedekah." Jelas Agatha menatap serius semuanya.

Tersenyum kemudian bangun dari duduknya, mendekati dan kini berlulut sambil memegang kedua tangan istrinya.

"InsyaAllah aku tidak akan pernah lupa untuk hal itu, Humairah. Terima kasih karena mengingatkan ku pada akhirat, aku lebih bersyukur memiliki istri seperti mu. Jadi sekarang tidak perlu khawatir lagi yah, karena ini semua hasil uang ku. Mama, papa ataupun yang lainnya tidak ada campur tangannya di sini." Andra berucap membuat Agatha juga tersenyum.

Andra bangun dari posisinya lalu membawa Agatha ke dalam pelukannya meski saat ini posisi Agatha tengah duduk di kursi tapi Andra tetap memeluknya. Menyakinkan istrinya agar tidak perlu khawatir lagi.


~~~~~~~~~~~~~~~~

Assalamualaikum,

Selamat malam semuanya, alhamdulilah masih bisa untuk publish. Menyempatkan waktu sebelum tidur untuk publish dulu, tadi aku mau publish tapi karena harus ngerjain tugas kuliah, jadi aku undur waktu publishnya

Oke mungkin itu aja, selamat malam. Selamat membaca 😄😊😊😉
Afwan kalau banyak typo yah, karena aku enggak sempat buat ngedit lagi hehehe

Wassalamualaikum,

Shifa Rahma

Takdir Ku Memilih Mu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang