Kaki melangkah begitu cepat, bahkan tangan tak lepas untuk terus menggenggam. Meski langkah cepat tetap buat Andra begitu hati - hati saat berjalan. Jam di tengah malam membuat Agatha mengharuskan datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari kakak iparnya kalau kakaknya justru akan melahirkan malam ini, setengah jam yang lalu Hamas telepon memberitahu kalau Rere di larikan ke rumah sakit karena Hamas melihat darah mengalir tepat di kaki Rere.
Setelah mendapat kabar tersebut Agatha pun tidak menunda waktunya lagi, ia langsung bicara pada Andra dan minta di antar malam ini juga. Rasanya khawatir ketika mendengar kalau kakaknya sempat pendarahan, terlebih saat ini mereka sedang berada di Negara lain yang jauh dari orang tua. Perkiraan waktu melahirkan Rere padahal masih ada waktu seminggu lagi, dimana besok mereka akan kembali ke Jakarta di karenakan pekerjaan Hamas di Kairo sudah selesai.
Tapi justru perkiraan itu lebih cepat dari apa yang sudah diprediksi, tiket pulang ke Jakarta pun batal malam ini juga karena Rere harus melahirkan malam ini juga. Hamas maupun Rere tidak menyangka akan bisa melahirkan di Kairo, rasanya tidak percaya. Tapi itulah kenyataannya kalau seorang malaikat kecil yang dinantikan akan lahir malam ini juga.
"Assalamualaikum !" Salam Agatha dan Andra saat sudah bertemu dengan Hamas yang sedang menunggu Rere tepat di IGD.
"Waalaikumsalam." Balas Hamas dengan suara parau.
"Mas, gimana keadaan kak Rere?" Tanya Agatha yang khawatir dengan keadaan kakaknya.
"Mas juga belum tau, Tha. Dokter di dalam masih menangani Rere, bahkan Rere belum masih ke ruang bersalin." Ucap Hamas frustasi.
"Semoga kak Rere tidak apa - apa, mas. Kita berdoa yang terbaik untuk kak Rere ya." Ujar Andra mencoba menenangkan Hamas yang begitu cemas.
Itulah yang di rasakan Andra saat kejadian dua bulan yang lalu, dimana istrinya harus di larikan ke rumah sakit karena kecelakaan. Andra mengerti perasaan Hamas saat ini, semua akan laki - laki yang berperasaan pasti akan ikut merasakan kesakitan istrinya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.
Merangkul Hamas sambil mengusap punggung Hamas, hanya itu yang bisa Andra lakukan untuk menenangkan suami dari kakak iparnya itu.
Terdengar suara pintu ruang IGD terbuka, keluar sebuah brangkar membuat Hamas langsung bangun dari duduknya dan di ikut Andra dan Agatha. Terlihat Rere yang berbaring di sana dengan selang oksigen sebagai alat bantu pernapasannya.
Rere menoleh ke arah ketiga orang itu dan tersenyum, tangannya meraih tangan Hamas dan di genggam begitu kuat membuat Hamas merasakan dadanya pilu dan rasa takut kembali ia rasakan.
"Bi, jangan tinggalin aku yah. Apapun keadaannya nanti aku mau kamu untuk bisa ikhlas." Ujar Rere dengan suara paraunya.
"Aku akan selalu sama kamu, apapun kondisinya. Aku yakin kamu bisa dan kuat, sayang." Ucap Hamas menguatkan Rere, sementara Rere ia hanya meneteskan airmata. Rasanya sudah tidak bisa ia jelaskan lagi, saat ini ia hanya bisa berserah dengan kehendak Allah.
"asif , yjb 'an nakhudh almarid 'iilaa ghurfat alwilada." Ucap seorang perawat yang berbicara pada Hamas. (maaf, pasien harus segera kami bawa ke ruang bersalin).
"Sus, saya mohon biarkan suami saya ikut menemani saya selama persalinan." Ucap Rere yang memang tidak bisa berbahas Arab.
Sang perawat langsung mendorong brangkar Rere tanpa memperdulikan ucapan Rere, karena memang tidak paham.
"asif rahibat , 'ukhti turid zawjiha limurafaqat 'athna' almakhad." Ucap Agatha membuat sang perawat menoleh ke arah Hamas kemudian mengangguk sebagai jawaban menyetujui. (maaf suster, kakak saya ingin suaminya ikut menemani selama persalinan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Ku Memilih Mu 2
General FictionInilah kisah ku, bahkan tidak pernah menyangka kalau jodoh ku adalah orang terdekat ku. Meski baru mengenalnya beberapa bulan, tapi dialah jodoh ku. Takdir yang sudah Allah tetapkan untuk ku, rasanya masih tidak percaya dengan semua yang terjadi, ak...