TKMM~17

1.8K 97 17
                                    

Suara lantunan ayat Al-qur'an terdengar begitu merdu, hanya mendekatkan diri kepada Allah swt ia merasakan ketenangan hatinya. Jam menunjukan pukul setengah dua dini hari waktu Kairo, Agatha masih setia menemani Andra. Sementara di luar terlihat Haikal yang tengah terpejam di kursi tunggu dan Shergio sudah pulang selepas Isya.

Membaca ayat Al-qur'an dengan suara bergetar menahan tangisnya, melihat kondisi suaminya semakin membuatnya merasa sangat terpukul. Tapi Agatha tidak menyesali apa yang sudah terjadi, karena semuanya sudah takdir Allah Swt yang sedang mengujinya.

Menyudahi bacaan Al-qur'annya dan ditutup kemudian di letakannya di atas nakas, tangan Agatha menggenggam tangan Andra menciumnya dalam-dalam. Beberapa saat kepalanya mulai ia tidurkan tepat di atas tangan suaminya, mata terpejam berharap ini adalah mimpi untuknya.

Suara Adzan subuh terdengar dari masjid yang memang tidak jauh dari rumah sakit, merasakan seseorang memanggil namanya. Agatha membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya, ia melihat Haikal yang berdiri di belakangnya.

"Tha, sudah subuh. Aku pamit sholat dulu, kalau ada apa-apa kamu hubungi aku, yah." Ucap Haikal yang pamit pada Agatha.

Agatha mengangguk, hal itu membuat Haikal langsung bergegas menuju masjid. Kepergian Haikal membuat Agatha melihat jam yang ada di dinding ruang ICU menunujukan pukul setengah lima pagi, bangun dari duduknya dan mendekat mengecup kening suaminya. Setelahnya Agatha bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan melakasanakan sholat subuhnya.

Lantunan ayat Al-qur'an begitu terdengar, bahkan membuat siapapun yang mendengar merasakan hatinya nyaman. Membaca surah Asy-Syifa sebagai penawar penyembuhan sakit yang kini di alami oleh suaminya.

Samar-samar Agatha mendengar sesuatu yang tak asing bunyi, menyudahi bacaannya. Dan bergegas menghampiri suaminya, dilihat saksama jemari Andra bergerak begitu juga dengan kelopak mata yang menandakan matanya akan terbuka.

Agatha tersenyum sambil menangis terharu, berharap pergerakan pada Andra bukanlah gerakan palsu. Berharap suaminya membuka mata.

"Bangun sayang, aku di sini menunggu kamu untuk bangun dari tidur kamu. Aku yakin kamu akan buka mata kamu, ayo bangun." Ucap Agatha dengan suara bergetar.

Suara mesin EKG berbunyi, ketika Agatha melihat Andra yang membuka mata tetapi tidak ada pergerakan sama sekali. Sementara suara mesin EKG yang berbunyi nyaring semakin membuat Agatha takut dengan sesuatu jika terjadi pada suaminya.

Agatha menekan tombol yang berada di atas brangkar suaminya, tombol yang digunakan untuk memanggil perawat dan dokter jika terjadi sesuatu pada pasien.

Lima menit kemudian seorang dokter dan seorang perawat datang dengan membawa perlengkapan medis mereka.
"asif , yjb ealayk alaintizar fi alkharij awlaan." Ucap seorang perawat pada Agatha. (Maaf, sebaiknya anda menunggu di luar).

Agatha pun memilih menunggu di luar, membiarkan dokter memeriksa kondisi Andra. Tidak lama kemudian seorang perawat yang menyuruh Agatha menunggu di luar pun kembali memanggil Agatha.

Melihat kondisi Andra yang terlihat membaik walau matanya masih menatap langit kamar ICU dengan tatapan kosong.

"Nyonya ! Suami anda Alhamdulilah sudah melewati masa kritisnya, kita hanya menunggu perkembangan selanjutnya. Kalau begitu saya permisi, jika ada sesuatu silahkan kembali menghubungi kami." Ucap dokter Hans yang Agatha lihat pada nametag yang ada di saku bajunya.

"Baik dokter, terima kasih." Ucap Agatha mengucapkan terima kasih.

Dokter Hans dan perawatnya pun meninggalkan ruang ICU, sepeninggalan dokter Hans, Agatha pun mendekati brangkar Andra. Duduk sambil meraih tangan Andra, sontak membuat Andra mulai memberikan respon dan menoleh ke arah Agatha yang berada di sampingnya.

Takdir Ku Memilih Mu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang