Gravitasi - Walk On Memories [Part 8]

794 136 11
                                    

Originally story by beth91191 on "Seikat Chansoo"

-------------------------------------------------------------

Chanyeol memandang pantulan bayangannya di dalam cermin. Wajah itu tampak sangat cerah, namun sendu disaat bersamaan ketika ia meneliti setiap inci bagiannya. Pakaian yang ia kenakan sudah sangat tampak rapi sekali, dengan setelan jas berwarna hitam dipadu dasi berwarna biru gelap, rambut tertata apik dengan menampilkan kening lebarnya, seluruh penampilan fisiknya yang tampan rupanya tak mampu membuat kesan sempurna bagi diri Chanyeol sendiri saat ini.

Lihatlah sosok tingginya dengan dibalut jas mahal itu, amati dari ujung rambut hingga ujung kaki, seakan makhluk jangkung itu sungguh tak ada cela yang bisa disematkan. Namun demikian, sesuatu yang tak terlihat-lah yang tak akan disadari oleh siapapun, yang justru sangat mengganggunya.

Hati Chanyeol bahagia, dia tak bisa berbohong, tapi di waktu yang sama juga terasa sangat menyakitkan, dan ia bisa membohongi orang lain dengan menutupinya untuk satu hal itu. Sayang ia tak mampu berdusta pada dirinya sendiri jika ia merasakan hal yang teramat sakit di hatinya. Sesuatu terasa sungguh meremukkan bagian jiwa yang tak terlihat itu.

Masih menatap lekat-lekat bayangannya di cermin, Chanyeol bisa melihat pintu kayu berwarna putih gading di belakangnya terbuka. Seorang wanita paruh baya tampak muncul dari balik pintu. Senyum merekah di bibirnya ketika melihat anak lelakinya sudah terlihat rapi dan siap.

"Kau selalu tampan, sayang." Kata wanita itu lembut.
"Aku memang anak Eomma yang selalu tampan, bukan." Kata Chanyeol terkekeh.
"Tentu saja. Kau sudah siap?"

Chanyeol tersenyum pada sang ibu.

"Aku sudah sangat siap. Lebih dari siap." Kata Chanyeol, memutar tubuhnya untuk menghadap langsung sang ibu.

Mrs Park melangkah lebih dekat pada Chanyeol. Diusapnya wajah anak lelakinya, ekspresi haru pun menghiasi wajah berkeriput yang masih terlihat cantik itu. Rasa haru bercampur bahagia dan bangga dapat melihat anak lelaki kecilnya kini sudah tumbuh besar dan tampan, persis seperti mendiang suaminya. Dan anak lelaki kecil itu akan segera mengakhiri masa lajangnya tak lama lagi.

"Maafkan, Eomma, Chan." Bisik Mrs Park lirih. Sebulir air mata jatuh ke pipinya. "Maafkan Eomma telah membuatmu..."
"Kita sudah pernah membicarakan ini, Eomma, malah sudah sangat sering." Sela Chanyeol pelan, memotong ucapan ibu-nya. "Kumohon jangan menunjukkan perasaan bersalah lagi di depanku, karena Eomma tak harus meminta maaf padaku. Aku sudah menerima ini sebagai jalan takdirku, dan biarkan itu dijalani sebagaimana mestinya."

Chanyeol menggenggam tangan Mrs Park, lalu menghapus bulir air mata di wajah ibunya yang langsung ia peluk dengan erat.

Benar. Park Chanyeol tak mau menentang lagi apa yang sudah seharusnya terjadi, atau seperti yang tadi ia katakan, ini sudah menjadi takdirnya. Jika ini yang harus ia jalani, sesulit apapun akan ia lakukan demi semua orang yang disayanginya. Termasuk seseorang nun jauh disana yang akan tetap bersemayam di dalam hatinya sampai waktu yang tak bisa tentukan.

"Lagipula, seharusnya aku yang meminta maaf pada Eomma." Kata Chanyeol ketika ia dan Mrs Park kembali saling bertatapan. "Aku menjadi anak yang belum bisa membuatmu bangga, baik dari segi materi dan prestasi, sepeninggal Appa. Maaf untuk apa yang sudah terjadi di masa lalu. Aku akan mencoba membuat Eomma bangga padaku kali ini."
"Kau salah, sayang, sudah banyak hal yang membuat Eomma bangga padamu. Kau bisa tumbuh besar seperti ini, memiliki rekam jejak prestasi gemilang di sekolah hingga dapat melanjutkan pendidikan keluar negeri, apalagi alasan yang membuat Eomma tidak bangga padamu? Tak ada. Eomma yakin Appa-mu pasti sangat bangga melihat hasil usahanya untuk menyimpan sebagian uang agar kau dapat berkuliah tidak sia-sia. Kau sudah membuat kami bangga, sayang." Kata Mrs Park dengan senyuman hangat.
"Terima kasih, Eomma." Kata Chanyeol. "Aku sempat merasa bodoh dengan berharap Appa seharusnya ada disini sekarang bersama kita, hal yang tentu tak akan mungkin terjadi. Tapi aku yakin, di surga sana Appa sedang melihat kita berdua, dan juga turut berbahagia."
"Tentu saja. Appa-mu tentu merasa bahagia melihatmu, sayang. Eomma pun yakin akan hal itu."

Chansoo LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang