Gravitasi - Walk On Memories [Part 6]

770 132 8
                                    

Originally story by beth91191 on "Seikat Chansoo"

-------------------------------------------------------------

Seorang wanita paruh baya tengah mengiris bagian daging yang cukup besar menjadi bentuk kotak kecil, lalu sayuran hijau dan beberapa bahan makanan lainnya.  Tangan kurus dan keriputnya masih tampak terampil memainkan pisau dengan lihai meski terlihat jelas gerakannya mungkin tidak selincah saat ia masih muda dulu.

Setelah dirasa cukup dengan jumlah potongannya, ia memasukkan potongan-potongan itu ke dalam sebuah panci berukuran sedang diatas kompor yang menyala dengan air mendidih di dalamnya. Tak lupa beberapa bumbu dan penyedap rasa ia tambahkan ke dalam panci sehingga membuat aroma harum menguar dari asap yang mengepul.

Sebuah langkah menghentikan kegiatan memasaknya sejenak, dan ia pun menoleh ke arah sumber suara tak jauh darinya. Seorang lelaki jangkung muda tengah berdiri di ambang pintu, menatap ke arahnya dan melengkungkan senyum di bibirnya.

"Cepat sekali kau kembali? Kukira kau akan bernostalgia lebih lama lagi di sekolahmu." Kata wanita paruh baya itu pada sosok lelaki jangkung yang kini menarik kursi meja makan lalu mendaratkan bokongnya disana.
"Sudah lebih dari cukup, Eomma. Sudah dua tahun tak melihat lingkungan sekolah rasanya aneh berada disana ketika sudah banyak hal yang berubah. Ahh bukan dua tahun, tahun lalu aku masih kesana walau tidak lama." Lelaki itu meraih sepotong kue kering diatas piring dan melahapnya.
"Lalu apa saja yang kau lakukan di sekolahmu?"
"Tak banyak. Aku hanya berkunjung ke cafetaria, lalu ke ruang olahraga, naik ke atap gedung, dan berkeliling di sekitar lingkungan sekolah saja."
"Katamu tak banyak, tapi menyebutkan lebih dari dua hal yang kau lakukan." Eomma terkekeh, sementara si anak lelaki pun tertawa kecil.
"Aku memang tak menjelajah semua tempat, Eomma."
"Dan apa kau pergi ke sekolahmu bersama dengan Sehun? Atau kau pergi bersama-nya?"

Lelaki itu berhenti mengunyah setelah mendengar pertanyaan yang meluncur dari bibir ibunya. Kue yang tadi terasa begitu manis dan menggiurkan itu mendadak berubah menjadi sangat hambar dan pahit. Ditambah sebuah perasaan aneh langsung muncul di dalam dadanya, lebih tepatnya lagi perasaan sakit di hatinya.

"Chanyeol." Bisik Eomma pelan. Ia tahu jika pembahasan ini masih begitu sensitif untuk anak lelakinya ini. "Berusahalah lebih terbuka dengan Kyungeun. Ceritakan apapun padanya, dan buat ia lebih dekat lagi denganmu."
"Eomma, aku sedang tak ingin membicarakan hal itu lagi. Aku tak siap..."
"Lalu kapan kau akan siap membicarakan ini? Kapan kau akan mulai menyiapkan diri untuk membuka hatimu lagi untuknya?" Sergah Eomma, pelan namun tegas. "Eomma tahu ini semua adalah kesalahan Eomma, dan kau masi belum bisa untuk memaafkannya. Tapi Chanyeol ..."
"Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya. Dan aku sudah menganggap selesai saat itu." Sela Chanyeol bangkit dari kursinya.
"Tidak. Itu tidak akan selesai, dan tak akan pernah selesai jika kau terus-terusan menghindar seperti ini."
"Lantas apa yang Eomma inginkan lagi? Aku tahu aku tak bisa, tentu tak akan pernah bisa, menolak perjodohan ini sampai kapanpun, tapi bukan berarti aku sudah menerimanya. Aku butuh waktu." Chanyeol hendak berbalik namun Eomma menghentikan langkahnya.
"Sampai kapan kau akan terus menghindar seperti ini, Chanyeol? Kapan kau akan mulai melupakan lelaki itu dan mulai menerima Kyungeun?" Tanya Eomma. "Kau harus ingat, perjodohan ini tak bisa dihindari, dan kau harus menerimanya. Eomma tahu ini sulit, tapi ini yang terbaik untukmu. Untuk kita." Lanjutnya.

Chanyeol mengepalkan kedua buku jarinya disisi tubuh jangkungnya, memejamkan mata dengan dada sedikit naik turun. Apa yang disampaikan Eomma sungguh sangat menohok dirinya, membuat rasa sakit di dalam dada semakin terasa menyakitkan. Eomma-nya memang benar dan Chanyeol akui hal itu, jika dirinya tidak siap, dan akan selalu tidak siap ketika percakapan mereka membahas tentang perjodohan yang menurutnya konyol itu.

Chansoo LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang