1 | Run [hunhan]

751 29 0
                                    

Malam ini aku, Baekhyun, dan Kyungsoo sedang makan malam bersama.

Tidak, bukan hanya aku dan BaekSoo sekarang, tetapi juga dengan pasangan kami masing-masing. Bisa dibilang, kami triple date.

Ya, meskipun alasan utamanya adalah Sehun yang naik pangkat, namun tak bisa dipungkiri bahwa pertemuan kami kini juga bisa disebut triple date.

Sehun, kekasihku, angkatan laut, naik pangkat. Entah kini pangkatnya apa, aku tak begitu mengerti. Namun yang kutau, Sehun sangat senang dan bangga akan hal itu.

Maka aku juga bangga dan senang. Ketika Sehun senang ataupun sedih, aku akan ikut merasakannya. Begitulah sistematikanya.

Jadi kubiarkan diriku yang lelah, apalagi dengan seragam blazer putih yang masih terpasang, untuk ikut Sehun merayakan kenaikan pangkatnya.

Baekhyun dan Kyungsoo juga menggunakan seragam yang sama, jadi aku tak terlalu merasa risih.

Oh, apa aku lupa mengenalkan diriku?

Aku Lu Han. Lu adalah margaku, dan aku dipanggil Luhan. Aku gadis dari Cina, dengan rambut berwarna hitam panjang tanpa poni.

Kata Sehun, aku dengan poni hanya akan membuat diriku jauh lebih muda, membuat banyak remaja yang melirikku, padahal umurku lebih tua 4 tahun dari Sehun.

Dan sekarang aku ditempat makan cepat saji yang menyediakan berbagai olahan keju.

Seperti yang kusuka.

Tetapi yang tidak kusuka adalah ketika mereka bertiga, Chanyeol, Kai, dan Sehun sedang sibuk dibawah karena Chanyeol yang berprofesi sebagai Pengacara harus bertemu clientnya sebentar.

Lalu Kai dan Sehun akan dengan soknya ikut dengan Chanyeol, dan mengatasnamakan solidaritas.

Dan aku, Baekhyun, dan Kyungsoo akan disuruh duluan ke tempat makan dan memesan.

Lebih buruknya lagi, aku ditinggal sendiri karena Baekhyun dan Kyungsok a.k.a dua cebol itu sedang ke toilet.

"Gue ke toilet bentar, ya." Kata Baekhyun. "Soo, temenin ..."

Kyungsoo hanya menatap Baekhyun malas namun tetap saja berdiri lalu menuju kamar mandi tanpa mengatakan apapun.

Baekhyun segera menyusul Kyungsoo.

Dan aku hanya bengong, tak ada yang bisa kulakukan. Tetapi setidaknya aku duduk tak jauh dari cashier, jadi aku mempunyai sesuatu untuk dilihat.

Meskipun cashier tidak begitu menarik perhatianku. Namun itu lebih baik.

"Mba, bon!" Kata Bapak disampingku.
Kutaksir umurnya 50. Lagaknya, dia tidak begitu fasih bahasa Indonesia. Terdengar dari aksen, dan kenyataan bahwa ia meminta bon dengan kalimat singkat.

Aku tak berpikir ia orang yang cukup mampu. Mungkin imigran gelap, atau mungkin tidak.

Tapi pakaiannya cukup lusuh, dan tak mampu kucium aromanya karna jarak, lalu aku cukup bersyukur atas itu.

"Totalnya 90.000, Pak." Kata Mba Pelayan yang memakai seragam hitam dengan penuh senyuman.

"What? Nine thousand?" Sudah kubilang, Bapak itu tak begitu fasih bahasa Indonesia. Malah sekarang ia tak menggunakan bahasa Indonesia.

Kulihat pelayan tersebut mengnyeritkan alis ber-eyebrow pomadenya. Sepertinya ia tak bisa berbahasa Inggris.

Sangat disayangkan, di era sekarang ini, dengan wajah secantik itu, ia tak mengerti bahasa Inggris.

Segera kuterjemahkan, "Ninety. She say Ninety thousand."

Bapak itu mengeluarkan uang 80.000 ke mejanya, lalu sedikit mendorongnya kearah pelayan tersebut, mengartikan bahwa dia sudah selesai membayar.

OmniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang