Arlina Putri Prameswari
Putri dari ayah dan bundanya. Ia tinggal di sebuah perumahan elit yang ada di kotanya. Walau lahir dari keluarga berkecukupan ia bukan anak yang manja dan suka buang buang uang.
Lia lebih suka menghabiskan waktunya dengan duduk di atas rooftop beratap payung pelangi rumahnya sambil membaca novel. Ia juga suka menghabiskan waktunnya untuk mengarang cerita atau puisi yang kemudian ia pajang di mading sekolahnya.
" Bundaaa " teriak anak kecil yang sedang duduk sambil menendang nendang kakinya.
" Ada apa sayang ? " seorang perempuan berumur 42 menggendong anak laki-laki yang masih berumur 3 tahun.
"Mau beli-beli " rengeknya.
"Mau beli apa sayang? Hmmm" ucap bunda sambil membereskan bantal sofa yang berserakan di lantai.
"Mau permen caca mata " ucapnya dengan gembira.
"Liaaaa ambilkan dompet bunda di kamar" teriak bunda.
"Iya ma " sahut Lia dari dalam kamar.
Lia pun segera berlari ke arah bundanya yang kini berada di teras rumah.
"Nih bun " ucap Lia sambil memberikan dompet berwarna hitam pada bunda.
Bunda dan Ardi si kecil adiknya menghampiri tukang sayur langganan yang biasa lewat di area kompleks. Lia kembali ke dalam rumah dan mengambil tas sekolahnya.
"Ayah... ayah.." Lia mencari cari ayahnya.
"Kenapa kak ?" Ucap ayahnya yang baru saja muncul dari dalam kamar.
"Lia mau berangkat sekolah" lalu mencium tangan ayahnya.
"Hati-hati di jalan belajar yang bener" ucap ayahnya lalu mengusap rambut anaknya yang dikuncir kuda.
"Iya yah " lalu Lia keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.
" Pagi pak Hasyim " sapa Lia pada sopir pribadinya yang sudah cukup lama mengantar Lia kemana pun ia pergi.
"Pagi mbak Lia. Berangkat sekarang ?" Ucap pak Hasyim.
"Yukkk pak "
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Perjalanan yang sudah biasa Lia lihat, gedung gedung tinggi, pasar tumpah, kemacetan jam kerja, asap pabrik, dan lalu lalang para pekerja dan para pelajar.
Sesampainnya di sekolah,
"Hay Li " sapa seorang laki-laki.
Lia melihat ke arah suara tersebut.
"Ehh Hay kak Rofi " balas Lia.
"Nggak ngerjain mading ?" Tanya Rofi.
Mereka pun berjalan beriringan memasuki lorong sekolah.
"Ini mau kesana " ucap Lia.
Lia pun berbelok ke arah ruang mading dan meninggalkan Rofi yang berjalan lurus menuju kelas.
Sesampainya di ruang mading.
"Hay za " sapa Lia dan duduk di sebelah Aza.
"Li ini lo tempel di mading kelas 11 ya " sambil memberi tumpukan kertas.
"Okelah. Trus si Kiara sama Ifi mana?" Tanya Lia.
"Mereka udah pada berangkat tugas" ucap Aza.
"Yauda gue berangkat juga " Lia pun pergi dari ruang mading.
Kini Lia berada di mading kelas 11 dan kemudian ia mulai mengganti kertas kertas yang tertempel di mading.
Tiba-tiba..
"Dorrrr "
Lia terkejut dan ia langsung menoleh ke orang yang membuatnya terkejut setengah mati.
"Kak Lian..." teriaknya sambil memukul Lian dengan kertas kertas usang yang akan dibuang.
"Aduhhhh sakit Li " ucap Lian sambil mengelus lengannya yang tidak sakit.
"Siapa suruh ngagetin " ucap Lia.
"Ada info baru apa ?" Ucap Lian sambil mengalihkan perdebatan.
"Info kalau ada orang nyebelin" ucap Lia dengan nada sedikit ditekan.
"Siapa ? " tanya Lian mengejek.
"Arlian Pratama Putra" ucap Lia.
"Eemm anak kelas berapa ?" Tanya Lian pura pura tidak tau.
"Anak kelas sebelas ips empat" ucap Lia.
"Emmm yang paling ganteng itu ya ?" Ucap Lian mengejek.
"Nggak wleeee " Lia tertawa terbahak bahak.
Lian hanya tersenyum kecil dan terus menatap ke arah Lia.
"Lucu ya ?" Tanya Lian.
"Lucu lahh " sambil terus tertawa.
"Yaudahlah lanjutin aja" ucap Lian sambil mengacak acak rambut Lia dan pergi.
Lia pun kembali ke ruang mading dan membuang karya karya yang sudah usang.
"Za ke kelas yuk" ajak Aza.
"Yukk"
Aza dan Lia dalah anak kelas sepuluh MIPA 1 alias lebih tepatnya anak unggulan. Sesampainnya di kelas bel masuk pun berbunyi dan KBM pun dimulai.
Tinggalkan jejak cinta kalian
Follow like coment
Thanks
By Lia
KAMU SEDANG MEMBACA
LIANLIA
Teen FictionLia adalah sosok yang dapat menarik hati Lian dan Rofi. Keduannya saling bersahabat dan pada awalnya Lian hanya merasa biasa saja. Namun waktu demi waktu Lian merasa ada yang berbeda antara dia dan Lia. Rofi sahabat Lian tetap terus mengejar dan mem...