Dengan penuh amarah Rofi terus berlari melewati lorong lorong rumah sakit yang cukup panjang. Dengan langkah yang tak kalah lebar Aldi pun mencoba menghentikan Rofi.
"Udahh Rof... hhh udahh mendingan kita nungguin Lia aja... hhhhaaahh dari pada ngejar si Lian" ucap Rendi terbata bata.
Dengan nafas yang masih memburu Rofi pun duduk di ruang tunggu dekat lift. Tatapan yang penuh amarah terlihat jelas di wajah Rofi.
"Ehhhhh kelewat" lalu Rendi mundur beberapa langkah dan berdiri tepat di depan Aldi dan Rofi.
"Lari lariannya udah?" Tanya Rendi.
"Lu pikir tadi lagi main huh?" Tanya Aldi.
"Yaaa gue pikir" ucap Rendi lalu duduk disebelah Rofi.
Rendi menatap Rofi lekat. Memperhatikan setiap inchi di wajahnya.
"Ren hati-hati lo jatuh cinta sama gue" balas Rofi.
"Wajah lo bagus Rof. Kalau lo berantem nggak tau dahh tu muka jadi kayak gimana" ucap Rendi.
"Ehhh dasar tukang rayu lo" ejek Aldi.
"Gue berbicara fakta. Lu mah syirik aja. Syirik tanda tak syantik coy" ucap Rendi dengan sewot.
"Wahhh ngajak berantem juga nih bocah" ucap Aldi sambil menarik jaket Rendi.
"Haaahh udah. Kalian kayak bocah aja" ucap Rofi.
"Lo juga bocah" ucap Rendi dan Aldi bersamaan.
Rofi melihat kedua sahabatnya yang bertindak aneh.
"Lu pada kenapa coba" ucap Rofi heran.
"Rof balik yuk laper nih" ucap Aldi.
"Huuu dasar perut karet" ejek Rendi.
"Haahh syirik lo" ucap Aldi.
"Lo kalau laper ke kantin lah" ucap Rofi.
"Duhhh si Dian bawa kue buat gue jadi gue mau nyamperin" ucap Aldi dengan santainya.
"Ehh itu kue gue yang bawa bego. Titipan si Rofi buat Lia" lalu Rendi tertawa terbahak bahak.
Rofi pun ikut tertawa melihat raut wajah Aldi yang seketika saja berubah kecut.
"Ahhh lu Fi malu maluin gue" ucap Aldi lalu pergi ke arah kantin.
"Woyy ngambek..dasar perawan" ucap Rendi dengan gelak tawa yang geli.
Rofi pun ikut tertawa melihat tingkah sahabatnya yang selalu membuatnya lupa akan segala hal hal yang membuatnya melakukan hal hal negatif.
Rendi dan Rofi pun menyusul Aldi ke arah kantin Rumah sakit."Gimana dok keadaan Lia ?" Tanya Dian saat suster dan dokter baru saja keluar dari ruangan Lia dirawat.
"Lia hanya mengalami darah rendah dan dia pingsan karena darahnya tiba tiba turun dan belum makan sama sekali" ucap dokter.
"Belum makan dok?" Tanya Ifi.
"Iya, barusan Lia sendiri yang cerita kalau dari kemaren dia belum sempat makan" ucap Dokter.
"Makasih dok atas bantuannya" ucap Dian.
"Sama sama. Nanti obatnya langsung ambil saja di apotik" ucap dokter.
"Baik dok"
"Yasudah saya permisi dulu" lalu dokter dan suster pun meninggalkan kamar Dian dan yang lainnya.
"Kak masuk ke dalem yuk" ajak Ifi.
"Yaudah, sekalian bawa barang barang yang lainnya" ucap Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIANLIA
Teen FictionLia adalah sosok yang dapat menarik hati Lian dan Rofi. Keduannya saling bersahabat dan pada awalnya Lian hanya merasa biasa saja. Namun waktu demi waktu Lian merasa ada yang berbeda antara dia dan Lia. Rofi sahabat Lian tetap terus mengejar dan mem...