dua puluh dua

19.1K 1.6K 28
                                    

Author's note 🐰

Jadi tuh, kan cerita ini judulnya paskib ya. Jadi kemungkinan besar konfliknya cuma dikit, aku bakal banyakin tentang paskib gitu.

Soalnya judulnya kan paskib nih, jadi yakali tentang paskibnya dikit doang. Gak nyambung dong.

Yaudah sih itu doang.
Makasi buat yang udah baca, rajin ngevote dan ngekomen.

Luv💕

Habis pulang dari taman, gua mutusin buat nonton drakor. Azka sama sekali gak ngehubungin gua. Padahal gua nungguin. Sampai jam 1 malem, gua nyerah. Akhirnya gua tidur.

 Akhirnya gua tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's POV

"Dia kenapa?" tanya Azka.

"Katanya punya asma dari kecil, udah parah banget katanya." jawab Galang.

"Ih gilak."
"Kemarin pas gua habis ngebentak dia kambuh gak? Duh, merasa bersalah nih gua." panik Azka.

"Iya kambuh lah bego, lo aja yang engga tau. Main kabur aja." Galang memukul kepala Azka pelan.

Keenan menatap kearah ruang UGD.

"Separah itukah sampai masuk UGD?"

Gaklama kedua orang tua Quina keluar. Azka langsung berdiri.

"Gimana tante?" tanya Azka.

"Quina nya lagi tidur. Udah boleh pulang kok, kamu jagain bentar ya. Tante mau ngurus administrasi dulu." kata mama Quina. Azka ngangguk, terus masuk. Gitu juga Galang.

"Lo goblok apa gimana sih Zka. Temen dari sd loh ini, punya penyakit gini gak tau." ucap Galang.

Azka hanya diam.
"Dia gak pernah cerita ke gua, goblok. Lagian gua juga gak deket lagi sama ni anak." balas Azka.

Keenan menendang kaki Azka.
"Gua tau lo gak suka pas tau dia suka sama lo. Lo gak boleh gini, kita sahabatan udah lama. Jangan sampe hancur gara-gara lo yang egois cuma karna dia suka sama lo." tegur Galang.

Azka hanya berdehem.

Taklama Quina bangun dan menatap Azka juga Galang bergantian.

"Lo dateng." kata Quina dengan suara lemah.

Azka langsung ngeliat Quina.
"Gimana?" tanya Azka.

Quina hanya tersenyum.
"Gua gak apa kok," jawab dia.

"Zka. Gua sayang sama lo. Kita sama-sama lagi ya?" pinta Quina.

Azka memejamkan matanya.
"Gua udah bilang enggak, Quina." Quina menatap Azka dengan tatapan ingin menangis.

"Lo tega ngeliat gua kayak gini zka? Lo puas bikin gua sampai masuk rumah sakit gini?" tanya Quina. Perlahan air matanya mulai mengalir.

"Lo gak pernah ngerti, Zka. Gua mendem perasaan gua sejak smp. Lo tau." tambahnya.

"Asma gua udah parah banget, gua bakal keluar dari dance. Gua takut Zka. Gua takut gua gak bisa bahagia selama hidup gua."

Azka memejamkan matanya. Quina berbicara seolah ia akan mati besok.

"Zka. Gua sayang sama lo." detik berikutnya gadis itu kembali mengalami asma. Galang langsung memencet tombol darurat ddidekat kasur Quina.

 Galang langsung memencet tombol darurat ddidekat kasur Quina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeslyn berjalan dikoridor sekolah seperti biasanya. Sudah tak ada lagi tatapan dan bisikan yang diterimanya. Sekarang semuanya tampak lebih tenang.

Tapi tidak saat tiba-tiba murid-murid dikoridor berteriak histeris.

Salah seorangnya berlari dari arah lobi dan berteriak "Azka sama Quina jadian."

Seketika jantung Jeslyn terasa berhenti berdetak. Air matanya tiba-tiba jatuh. Nafasnya terasa sesak.

Apa itu yang seharusnya ia dapat setelah Azka menyatakan perasaannya kemarin?

Jeslyn buru-buru menghapus air matanya dan berlari kearah rooftop. Ia berniat untuk bolos hari ini. Menghabiskan waktu di rooftop sendirian.

Hanya sendirian.

Vote jan lupa gaes~

Paskib ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang