dua puluh enam

18.2K 1.9K 18
                                    

Jeslyn berjalan santai sambil memasang headset ketelinganya.

Langkahnya terhenti ketika seseorang menepuk bahunya pelan. Jeslyn menoleh kebelakang mendapati Quina dengan senyum tipis.

"Ikut gua bentar yuk." ajak Quina.

Jeslyn hanya pasrah mengikuti kemana gadis itu membawanya.

Sampai ditaman belakang sekolah yang jarang sekali tersentuh orang-orang. Jeslyn dan Quina duduk di kursi taman yang sudah tampak lusuh.

"Lo deket banget ya, sama tante Keana?" tanya Quina.

Wah, kesempatan manas-manasin orang nih!

Seketika ide gila itu muncul di kepala Jeslyn. Gadis itu tersenyum lebar.

"Iya kak, kenapa?" tanya Jeslyn.

"Kok bisa, sih? Lo kan anak baru. Terus baru deket dua bulan sama Keano dan Azka?" tanya Quina penasaran.

"Ya gitu ..." jawab Jeslyn. Quina menghela nafasnya.

"Kalau yang kemarin-"

"Eh kak, bentar. Nyokap gua nelfon. Ntar ya," ucap Jeslyn sambil berpura-pura mengangkat telepon. Padahal tidak ada yang menelfon. Ia hanya mengaktifkan perekam suara, takut-takut Quina menyakitinya. Jadikan kalau ada bukti, nanti ia bisa melaporkan Quina ke tante Keana.

Ceritanya balas dendam gitu, karna dia udah ngambil Azka. Hehehe. Jahat sekali-kali enggak apa kok ya?

"Lo kemarin ditanyain tante Keana kan? Mau nginep lagi apa engga, emangnya sebelum itu lo pernah nginep dan dibawa sama Azka?" tanya Quina dengan wajah mulai kesal.

"Oh, yang itu? Kemarin itu ortu gua sama abang gua keluar kota gitu. Jadinya kemarin pas pulang paksib, gua dianterin Azka karena beda komplek doang. Yaudah dia ngajakin nginep dirumah dia aja, soalnya tante Keana kesepian gitu gak punya temen, kan papa nya mereka kerja nya jauh tuh, apalagi anaknya cowok. Kan susah kalau diajak cerita." jelas Jeslyn.

"Deket banget deh kayaknya? Sampai kemarin gua mau nginep aja dia nolak, walaupun secara halus." sindir Quina.

Jeslyn ingin tertawa, tapi ia masih ingat dosa.
"Dia takut kali kak, kalau sakit lo kambuh dia gaktau mau ngapain. Kan bahaya juga...." komentar Jeslyn.

Quina hanya menaikkan bahunya seperti tidak peduli.
"Gua cuma mau ngingetin satu hal sih, jangan sok kecantikan didepan tante Keana, Azka sama Keano. Karna lo bukan apa-apa. Lo sama gua itu beda jauh banget, kids. Lo tau kan gua siapa? Yakali gak tau, gua anak pemegang saham terbesar sekolah, dan pastinya gua itu pacar Azka." Quina tersenyum remeh menatap Jeslyn.

Jeslyn tersenyum lebar.
"Apa yang lo punya sekarang gak bakal lo bawa MATI kok besok, kak. Kalau lo cuma mau ngomong kayak tadi itu, buat ngancem gua. Gua gak peduli dan gak takut sama sekali. Karna lo bukan siapa-siapa nya gua. Lo pacarnya Azka? Selagi kalian belum nikah, lo belum punya hak penuh atas Azka. Sebelumnya maaf gua kasar. Bahkan kalau lo gak sakit, pasti tante Keana bakal nyuruh Azka mutusin lo kalau dia tau lo sebenarnya begini. Tapi, ya lo tau kan. Lo sakit, dan karna itu Azka jadian sama lo, kan?" tanya Jeslyn remeh.

Quina henda menampar Jeslyn. Tapi keduluan karena Jeslyn menahan tangannya.
"Lo mau nampar gua? Siap-siap aja nama lo buruk disekolah. Oh jangan lupain, nama orang tua lo juga, Quina yang terhormat." Jeslyn tersenyum puas dan melepaskan tangan Quina.

Rupanya gadis itu tidak takut sama sekali dan malah menampar pipi Jeslyn kuat. Jeslyn tak menyangka tenaga gadis itu sekuat ini, sampai ujung bibirnya mengeluarkan darah.

Keano yang memperhatikan keduanya sejak tadi, masih diam ditempat melihat reksi Jeslyn.

Gadis itu hanya diam. Lalu mengangkat kepalanya.
"Makasih tamparannya, ketua ekskul dance yang sangat dipuja-puja lelaki sekolah. Gua gak bakal bales, karena gua masih punya nurani. Sekarang lo udah puas kan? Lo mau Azka? Ambil aja. Toh, kalau jodoh gak kemana. Anggap aja sekarang lo lagi berbuat kebaikan dengan ngejagaain jodoh orang." ejek Jeslyn. Lalu gadis itu meninggalkan Quina yang masih berapi-api.

Vote = meng-apresiasi. Menghargai = pahala

Paskib ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang