Dua Puluh Sembilan

778 96 6
                                    


Jam sudah menunjukan pukul sembilan lewat tiga puluh. Sohyun masih terjaga di kamarnya. Gadis itu tak bisa tidur. Pikirannya masih berkelana ke kejadian sore tadi, di mana Hanbin dengan bodohnya melakukan sesuatu yang menyebalkan.

Bagaimana bisa ia mengatakan hal semacam itu pada Sohyun?

Baiklah. Sohyun tahu jika Hanbin itu 'ajaib' dengan tingkahnya sendiri. Lelaki itu tak sama dengan orang lain. Mungkin, inilah mengapa Sohyun bisa jatuh padanya, bahkan saat baru pertama melihat lelaki itu.

Saat itu, saat masa orientasi, untuk pertama kalinya Sohyun melihat Hanbin. Sohyun melihat lelaki itu selalu diam dan bahkan tak terlalu peduli dengan sekitarnya. Wajahnya selalu datar dan ia sering kali tak merespon orang-orang di sekitarnya. Lelaki itu, lelaki itu hanya terus mengekor di belakang seorang gadis yang baru Sohyun ketahui sebagai adik sepupunya, Hana.

Saat itu, Sohyun mengira jika Hana adalah kekasih Hanbin. Mereka begitu dekat dan siapa saja yang tak tahu tentu akan memikirkan hal yang sama. Mereka selalu bersama, di mana ada Hanbin, di situ ada Hana dan di mana ada Hana, di situ ada Hanbin.

Dan itu, menjadi salah satu alasan mengapa Sohyun mau saja saat Sungjae memintanya pacaran. Alasan lain selain ia juga merasa nyaman karena lelaki itu.

Ah, mengingat Hanbin sore tadi, maka mau tak mau Sohyun juga mengingat Sungjae. Ia ingat, ia tak sengaja bertemu lelaki itu saat baru turun dari mobilnya. Lelaki itu lalu menanyakan kenapa ia ada di sekolah sore itu dan Sohyun menjelaskan semuanya. Dari Sungjae juga ia tahu jika Gea masih ada urusan di ruang jurnalistik karena teman sekelas Sungjae juga ada anak jurnalistik. Dan pertemuan itu berujung dengan menunggu Gea di Phoenix.

Ah, ngomong-ngomong tentang Phoenix, Sohyun juga tahu apa yang Sungjae lakukan. Lelaki itu sudah meminta ijin lebih dulu untuk membuat instastory yang ada dirinya. Tapi, Sohyun tak tahu jika Sungjae akan menulis caption seperti itu dan menyebutnya juga dalam story itu. Sohyun tak tahu apa maksudnya dan ia tak mau tahu. Karena setelah itu, yang terjadi di Phoenix adalah kedatangan Hanbin dan aksi 'jedor'nya yang menyebalkan.

Ya, walau jujur, Sohyun juga senang dengan itu. Setidaknya di sana, Hanbin telah mengatakan jika lelaki itu juga menyukainya. Dan itu membuat hatinya meringan. Seperti warna abu-abu yang tiba-tiba menjadi merah muda, Sohyun senang karena kesuraman perasaan Hanbin yang ia coba tebak selama ini, ternyata mempunyai jawaban yang manis.

Tapi, kenapa lanjutannya jadi menyebalkan? Demi apa, Hanbin benar-benar idiot!

Sohyun mengerjap saat lamunannya diganggu dengan getaran pada ponselnya. Gadis itu mendengus, merasa aneh sendiri. Siapa sih yang menghubunginya di jam seperti ini? Awas saja kalau tidak penting, ia akan membuat perhitungan dengan orang itu.






Hanbin: Ke rumah June, bisa?

Hanbin: Bentaran aja.

Hanbin: Gue mau ngomong.





Mata Sohyun membulat dan seakan ingin keluar dari tempatnya. Apa ia tak salah lihat? Bagaimana bisa ada pesan nyasar dari Hanbin yang isinya seperti itu?
Ah, rasanya Sohyun ingin sekali terbang.
Tapi, untuk apa Hanbin meminta Sohyun ke rumah Junhoe? Malam-malam pula? Huh, kalaupun masih siang juga Sohyun tak akan mau. Ingat! Dia masih kesal dengan segala kebobrokan Hanbin. Maka mengabaikan lelaki itu adalah jalan terbaik. Hem, hitung-hitung ini untuk menguji perjuangan Hanbin jika lelaki itu memang menyukainya.





Tiga menit berlalu setelah Sohyun meletakan kembali ponselnya di ranjang. Tidak ada pesan lagi, membuat Sohyun mendengus. Sebenarnya, Hanbin ini sengaja mengerjainya atau apa sih?





Leader Couple (Hanbin-Sohyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang