Ini masih aku, Im Yoona yang begitu kesepian tanpamu. Hari ini aku ditemani dengan segelas coklat hangat bersamaan dengan turunnya salju pertama.
Aku tahu mungkin saat ini kau menyukai salju. Katamu, first snow dapat mengabulkan sebuah permintaan. Dan, hari ini aku meminta satu permohonan agar kau kembali ke kehidupanku. Walaupun, kufikir ini mustahil untuk terjadi.
Aku masih merindukan moment kita, disaat kita telah resmi menjadi sahabat setelah aku menjadi korban penyelamatmu saat ingin di tonjok oleh preman jelek itu. Kau terkejut waktu itu, dan entah mengapa besoknya kau berkata satu hal paling ajaib dari mulutmu.
"Jadilah temanku,"
Aku mematung sambil memegang kepalaku, aku fikir aku kebanyakan berhalusinasi setelah tersungkur di antara tumpukan benda-benda asing di dalam gudang usang.
Kau mendengus, lalu mengetuk kepalaku, "Kubilang, jadilah temanku, bodoh,"
Aku meringis sambil memegang kepalaku yang terbalut perban, ah Ibuku memang terlalu berlebihan.
"Apa yang kau katakan ini benar? Apa aku tidak berhalusinasi sekarang?"
Kau memutar bola matamu kesal, kemudian berjalan melewatiku, "Pikirkan saja sendiri!"
Beberapa detik aku mematung meresapi suara basmu yang benar-benar membuat siapa saja berdebar. Perlahan aku tersenyum kemudian berlari kecil ke arahmu, tapi, sial aku ceroboh hari itu. Sepatuku belum sepenuhnya terikat, dan lihatlah apa yang terjadi? Aku tersungkur di atas trotoar jalanan yang sepi.
Mendengar suara ringisanku, dengan cepat kau menoleh dan berlari mendekatiku. Kau berjongkok, memeriksa keadaanku.
"Apa kau baik-baik saja?"
Kau memutar pergelangan kakiku, membuatku tertawa kecil.
"Aku hanya jatuh, bukan keseleo, lebay sekali,"
Perlahan gerakanmu berhenti, membuat tawaku mereda. Kau menatapku kesal lalu segera bangkit.
"Kau masih bisa jalankan? Pulang sendiri,"
Katamu saat itu membuatku kembali merasa kesal. Bisakah kau berlaku manis sekali saja sebagai tanda hari pertemanan kita?
"Beku! Aku kesakitan!"
"Tolong, aku tidak bisa berjalan!"
Aku kembali bersandiwara, berharap kau mendengarkanku.
"Ah, ah sepertinya pergelangan kakiku benar-benar bermasalah sekarang!"
"Ah, tidak! Apakah ini akan di amputasi?!"
Aku menghela nafas, lalu menunduk memperbaiki sepatuku. Percuma saja aku berteriak, kau juga tak akan peka sekalipun. Tapi, saat menyelesaikan tali sepatuku yang terakhir, tiba-tiba sebuah tangan meraih tanganku.
Aku mendongak, "Chanyeol?"
"Naiklah di punggungku,"
Demi apapun, aku tidak akan pernah melupakan hal itu. Satu kusesali hari itu, kenapa kau hanya menatapku di ujung sana? Bahkan kau terdiam, menghela nafas menyaksikanku tengah berpegangan erat pada leher Chanyeol. Ah, kau memang tidak punya rasa peduli!
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet lies
Short Story❝i don't wanna hurt you either. this is the only way we can be. so, again i-do it again because i have no choice.❞ so, i tell her sweet lies. [ c o m p l e t e ] 07/03/18