Mungkin kau akan bosan mendengar ceritaku. Ini masih aku, Im Yoona-seorang gadis yang ingin jadi penyanyi tetapi di batasi oleh takdir. Aku malah mengambil jurusan desain yang memang sangat berbeda jauh dengan bakatku. Aku ingin melengkapimu, kau masih ingat bukan saat aku bertanya soal cita-citamu?
"Beku, jika dewasa nanti kau ingin menjadi apa?" Tanyaku padamu hari itu.
Kau menatap ribuan bintang di atas sana, hari itu-kita memang berada di belakang rumahmu. Tempat favorite kita menghitung bintang harapan yang selalu kau beri nama.
"Beku, ayo katakan, kau ingin menjadi apa?"
"Pesepak bola,"
Aku menoleh ke arahmu, "Apa hebatnya pesepak bola? Kau hanya mengeluarkan banyak tenaga hanya untuk mengejar satu benda yang belum tentu menjadi milikmu,"
Kau tertawa smirlk waktu itu, "Setidaknya, aku bisa memilikinya walaupun dengan tempo yang singkat, setidaknya aku bisa merasakan bagaimana sulitnya memperjuangkannya hingga benda itu menjadi milikku," lalu kau menoleh ikut menatapku.
"Kalau aku ingin menjadi seorang penyanyi,"
"Kenapa?"
"Karena aku ingin menjadi penyanyi lagu kebangsaanmu ketika kau bertanding,"
Kau terkekeh kecil sedangkan aku yang menyaksikan tawa kecilmu menjadi sedikit berdebar. Itu, tawa yang indah, sungguh.
Aku yang terlalu kaku waktu itu langsung kembali ke posisiku. Aku menyipitkan mata, menatap bintang yang kau berinama seperti namamu."Beku, lihatlah! Cahaya bintang Sehun terlihat memudar," aku berfikir sejenak, "Em, padahal setiap malam ia adalah bintang yang paling berkilau, bahkan bintang Chanyeol saja ia kalahkan,"
Kau menghela nafas waktu itu, "Terkadang ia telah memenuhi masa bersinarnya, kini waktunya ia menunjukkan siapa ia sebenarnya,"
Aku memicingkan mata, "Aku tak mengerti, huh!"
Kau mendengus kesal sambil mengetuk kepalaku, "Kau memang terlalu bodoh, memangnya berapa IQ yang ada pada benda ini?"
Aku menatap sengit lalu menepis tangan menyebalkanmu, "Jangan menyentuhnya!"
Kau tersenyum tipis lalu kembali fokus menatap bintang, "Apa kau lihat dimana posisi bintang Chanyeol sekarang?"
Aku menatap hal yang sama denganmu, "Hampir berada di bintang Yoona, mungkin?"
"Kali ini kau pintar,"
"Aku memang pintar! Berhenti menganggapku bodoh,"
Kau tak membalas umpatanku, kau hanya sibuk berdiam lalu beberapa menit kemudian tanganmu mulai menari di atas langit.
"Suatu saat nanti, jika cahaya bintang Sehun sudah tak tampak-kini giliran cahaya bintang Chanyeol yang akan menerangimu, yang akan melindungimu diantara banyak bintang yang menertawakanmu,"
Aku menghela nafas, tak terima dengan teori tak masuk akalmu, "Bintang Sehun tak akan pernah redup nanti, kecuali jika ada kabut baru kau tak dapat melihatnya," belaku.
Kau menatap lurus ke arah langit, dengan helaan nafasmu yang panjang dan terdengar kau tahan agar aku tak mendengarnya.
"Ia tak akan redup, tetapi ia akan menghilang,"
Aku kembali bertanya, "Bagaimana bisa?"
"Karena ia akan berubah menjadi bintang jatuh, dan selamanya tak akan pernah kau lihat lagi,"
Kita sama-sama terdiam malam itu. Tepat di hari persahabatan kita yang ke empat tahun. Perasaan aneh mulai menghampiriku, seperti sebuah ketakutan yang tak kuinginkan terjadi di kehidupan nyata; kehilanganmu.
Oh Sehun, bagaimana kabar bintangmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet lies
Short Story❝i don't wanna hurt you either. this is the only way we can be. so, again i-do it again because i have no choice.❞ so, i tell her sweet lies. [ c o m p l e t e ] 07/03/18