Seperti katamu, aku membuka hadiah itu hari ini. Perlahan, aku membuka tutup kotak itu. Air mataku juga ikut jatuh saat melihat puluhan hadiah yang ada di dalamnya. Termasuk hadiah yang tak kusangka-sangka. Sebuah Album dari grup favoriteku M2M—bahkan album ini sudah sangat langka untuk di dapatkan.
Bagaimana bisa kau dapatkan semua ini?
Aku bahkan masih mengingat kepingan kenangan dimana kau bertanya tentang selera musikku.
“Kau suka musik?”
Aku menoleh sambil memasukkan beberapa buku-ku yang tercecer di atas lantai rumahmu.
“Iya—memangnya kenapa?”
“Jenis musik seperti apa yang kau sukai?”
Aku menutup tasku lalu berfikir sejenak, “Musik lawas sejenis lagu M2M—misalnya?”
Kau hanya ber-oh ria. Sedangkan aku kini mulai berbaring di atas kasurmu sambil menyalakan tv-mu. Ah, aku memang sahabat yang tak tahu di untung.
“Aku pernah mendengar beberapa lagu M2M,” Katamu tiba-tiba.
Aku langsung terperanjat lalu menatapmu dengan intens, “Benarkah? Lagu apa yang menjadi favoritemu?”
“Aku tidak terlalu tertarik dengan lagu mereka, tetapi—sejauh ini aku menyukai lagu the day you went away,” Jawabmu kala itu.
“Kalau aku suka lagu give a little love,”
Kau kembali membuka komikmu lalu berucap, “Aku tidak bertanya,”
“Tapi, kau harus tahu!”
“Tapi, sayangnya aku tidak ingin tahu,” jawabmu di sela-sela bacaanmu.
Aku mendengus lalu mematikan tv, entah mengapa channel-nya tiba-tiba menyebalkan. Aku meraih komikmu dari arah belakang lalu segera menyembunyiannya di belakangku. Kau mendengus kesal lalu segera naik di atas kasur, berusaha mengambil komikmu yang susah payah aku sembunyikan.
“Berikan padaku, Yoona,”
“Apa imbalan yang aku dapatkan?”
“Sebuah hadiah besar—jadi, tolong kembalikan doraemon padaku!”
Aku menggeleng, “Oh—oh! Kau harus menyebut hadiahnya,”
Kau menghela nafas, “Baiklah, boneka beruang? boneka ayam? boneka anjing?”
Aku menggeleng lagi, aku senang melihatmu kesusahan seperti ini, “Bonekaku sudah banyak di rumah,”
Kau mengacak rambutmu kesal, “Yoona! Jangan membuatku marah!”
Aku menjulurkan lidah, “Setiap hari kau memang pemarah, Tuan beku,”
Aku kembali menyembunyikannya. Kau masih setia pada posisimu yang seolah memelukku. Ah, kau wangi sekali. Bahkan wangimu hampir membuatku melepaskan komikku.
Kau menghela nafas—seolah pertanda menyerah, “Baiklah, imbalan apa yang kau inginkan?”
Aku berfikir sejenak, “Sebuah hadiah manis, mungkin?”
Kau menutup matamu sejenak lalu membukanya. Aku sempat was-was saat kau kembali mendekat—aku sudah menebak bahwa kau akan membuat rencana untuk merebut komik menyebalkan ini.
Cup!
“Apa hadiah itu sudah cukup?” Katamu lalu mengambil alih komikmu.
Aku tertegun cukup lama setelah merasakan pipiku yang tiba-tiba menjadi hangat akibat sesuatu yang lembut. Kau mencium pipiku! Menyebalkan!
Kau terkekeh saat melihat ekspresiku, “Bagaimana menurut anda nona? Apakah anda menikmati hadiah manisnya?”
Demi apapun—hari itu aku ingin membunuhmu! Bahkan setelah kejadian itu—aku dan kau menjaga jarak hingga satu minggu lamanya. Itu pun jika kau tidak datang mengucapkan kata maaf, mungkin selamanya kita tidak akan saling mengenal lagi.
Sehun—aku suka hadiahmu, terimakasih untuk album ini. Tetapi, jika aku bisa meminta hadiah seperti beberapa tahun yang lalu saat aku merebut komikmu.
Aku hanya ingin meminta, “Tetaplah disini untuk waktu yang lama—di sisiku,”
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet lies
Short Story❝i don't wanna hurt you either. this is the only way we can be. so, again i-do it again because i have no choice.❞ so, i tell her sweet lies. [ c o m p l e t e ] 07/03/18