Hari ini hari kelulusanku-ah, sebuah titik perjuangan yang panjang. Ayahku memelukku erat sambil mengucapkan kata-kata pujiannya, membuatku melambung tinggi dengan senyum yang mengembang.
Ada dua hal yang membuatku perlahan sedih disaat Ayah mendekapku. Yang pertama; karena tak ada Ibu di sampingku dan tak ada kau disini. Ibu pergi meninggalkanku ketika umurku masih belasan-ia bercerai dengan Ayah dengan alasan bahwa prinsip hidup mereka telah berbeda. Sedangkan kau-pergi bersama awan kabut yang menyelimuti kepergianmu beberapa tahun silam. Ah, aku mengingatnya lagi.
Hari itu, tepat di hari kelulusan kita-kau menghilang. Tak banyak orang tahu, kemana pergimu-termasuk Chanyeol, teman dudukmu. Aku benar-benar frustasi di tengah-tengah meriahnya anak kelas akhir mewarnai baju mereka. Chanyeol menatapku dengan lirih, ia terus memandangku yang menangis saat membaca tulisan bahwa rumahmu kini telah di jual.
"Dia-telah pergi, Yoona," Kata Chanyeol sambil mengelus pundakku.
"Dia-dia tidak pergi! semalam ia memelukku dengan erat!" Sanggahku sambil terus menyapu air mataku.
"Bisakah kau-berhenti sejenak, menyukainya?" Kata Chanyeol pelan.
Aku berhenti menangis lalu menatap Chanyeol dengan sengit, "Apa maksudmu?!"
Chanyeol menghela nafas, "Bisakah kau memberiku sedikit ruang di hatimu? Bisakah kau menganggap kehadiranku sedikit saja?"
Aku semakin frustasi, "Aku tidak mengerti Chanyeol-cobalah mengerti aku terluka di tinggalkan sahabatku," Aku merosot jatuh ke tanah-di depan pagar rumahmu.
"Yoona, apa kau masih tak sadar jika aku menyukaimu? Aku-menyukai-dirimu!"
Mataku semakin berair, kenapa hari ini penuh cobaan? Mengapa Chanyeol mengungkapkan perasaannya lagi? Apa ini arti definisi dari pepatah; sesuatu yang telah pergi, akan kembali melahirkan sesuatu yang baru-yang lebih baik dari yang pergi.
"Maaf, Chanyeol-aku, aku belum siap jatuh cinta,"
Chanyeol berjongkok lalu meraih tanganku, "Aku siap mengajarimu untuk perlahan menerima kehadiranku di hatimu,"
Aku terdiam sambil terus menghapus air mataku. Bibirku benar-benar kelu untuk menjawab tawaran Chanyeol.
"Apa hatimu sepenuhnya di isi oleh lelaki dingin itu?"
"Siapa yang kau maksud?"
Chanyeol mengerang frustasi, "Sehun! siapa lagi!"
Aku menggeleng, "Tidak-tidak, aku tidak menyukainya!"
Chanyeol sedikit mendecih, "Ah, dunia ini benar-benar membuatku muak! semuanya penuh kebohongan!"
"Tolong, berhenti membuatku semakin kacau-Chanyeol," Parauku.
"Kau yang membuat hatiku kacau Yoona! Kau selalu menolakku karena di hatimu ada Sehun-kan?"
"Aku bilang-aku tidak menyukainya!"
"Tidak menyukainya?" Chanyeol tertawa kecil, "Sahabat mana yang begitu mengkhawatirkan sahabatnya jauh daripada dirinya sendiri? Sahabat mana yang menatap sahabatnya sedalam itu?"
Chanyeol mengeratkan pegangannya pada pundakku, "Sahabat mana yang rela berkorban banyak? Yoona-persahabatan tidak ada yang benar jika menyangkut persahabatan antar lelaki dan perempuan,"
Aku benar-benar emosi, "Chanyeol hentikan!"
"Kau harus tahu defenisi ini Yoona-jika lelaki dan perempuan bersahabat, resikonya hanya dua-mereka saling jatuh cinta atau salah satu diantaranya yang jatuh cinta,"
"Aku bilang hentikan! Pergi dari hidupku Chanyeol! Aku membencimu! Aku membenci Sehun! Aku membenci kalian!"
Aku bangkit dari posisiku lalu segera berlari kencang. Tak peduli pandanganku yang terus mengabur-aku bahkan banyak menabrak sesuatu hal. Aku tidak peduli sebagaimana sakitnya seluruh benda menerpaku, karena hatiku lebih sakit sekarang. Hari itu-aku melepaskan dua hal yang berharga dalam hidupku; Kau dan Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet lies
Short Story❝i don't wanna hurt you either. this is the only way we can be. so, again i-do it again because i have no choice.❞ so, i tell her sweet lies. [ c o m p l e t e ] 07/03/18