Epilog

1.6K 246 20
                                    

From the moment you looked at me
And ever since you called my name
You've been everything that I've seen
And know I'm caught up in this game

Lagu dari M2M-Everything You Do mulai menggema dalam ruangan ini. Perlahan gadis itu mulai memasuki ruangan, ia terlihat sedikit membungkuk lalu tersenyum kemudian mulai menempati tempat duduknya.

"Bagaimana kabar nona, Im?"

Im Yoona-seorang Desainer yang tengah menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Dia termasuk salah satu Desainer muda yang membuat korean style lebih terkenal di manca negara.

"Aku baik-baik saja," Jawabnya.

"Baiklah sekarang kita kedatangan Nona, Im Yoona. Desainer kebanggaan kita," Sambut Host yang di balas dengan senyuman gadis itu.

Yoona menyampingkan rambutnya di tepi telinga, "Terimakasih,"

"Setiap kali orang melihat rancangan anda, banyak yang terpana," Krystal-host itu mulai menatap Yoona.

"Tapi, banyak sekali pertanyaan yang masuk dalam akun sosial acara ini, mereka bertanya-tanya mengapa setiap karya nona selalu ada lambang mawar di tepi busana yang anda rancang?"

Yoona terdiam sejenak, ia menatap Chanyeol yang berada di kursi paling depan. Chanyeol baru kembali ke negaranya setelah ia selesai menyelesaikan sarjana master-nya di London. Yoona tersenyum tipis, andai saja lelaki itu masih hidup-kemungkinan yang ada ia akan duduk disamping Chanyeol sambil memasang wajah datarnya.

"Mawar melambangkan rasa penghargaan saya kepada seseorang,"

Krystal sedikit meringis, "Maaf, boleh di perjelas sedikit siapa sosok itu?"

Yoona menghela nafas, "Dia-sosok yang banyak berpengaruh dalam hidup saya, dia sosok yang senang memberi kejutan dan juga kebohongan,"

Alis Krystal menyergit, "Kebohongan?"

Yoona mengangguk, "Kebohongan yang berakhir manis,"

Krystal mulai mengambil salah satu buku yabg ada di sampingnya, "Maksud anda ini?"

Yoona sedikit terperanjat saat melihat buku Sehun kini berada di tangan host. Mata Yoona mulai menalar mencari Chanyeol-lelaki itu terlihat tersenyum bodoh sambil mengangkat kedua jarinya.

"Bisa anda sedikit menjelaskan ada apa di balik buku ini?"

Yoona tersenyum tipis, "Buku itu adalah hadiah terakhir dari sahabat saya, ia merupakan korban jatuhnya pesawat L-1485 sepuluh tahun yang lalu,"

Semua penonton terdengar meringis. Kecuali Chanyeol yang hanya terdiam. Yoona tidak tahu apa yang sekarang Chanyeol fikirkan. Gadis itu tetap melanjutkan ceritanya.

"Diantara musim gugur dan musim dingin kami bersama-dan seperti kata lelaki di depan saya ini," Yoona menunjuk Chanyeol, sedangkan lelaki itu dengan percaya dirinya melambaikan tangannya.

Yoona terkekeh lalu melanjutkan, "Bahwa persahabatan antara lelaki dan perempuan tidak sepenuhnya murni, biasanya hanya dua resiko yang terjadi-mereka sama-sama jatuh cinta ataukah salah satu diantaranya yang jatuh cinta,"

Krystal mengangguk, "Lalu, apakah nona dan sahabat yang anda maksud tadi sama-sama jatuh cinta?"

Yoona terdiam, lalu detik selanjutnya ia mengangguk ragu, "Sepertinya,"

"Sepertinya?"

Yoona menghela nafas, "Awalnya saya meragukan perasaan saya terhadap dia, tetapi, setelah saya membaca buku itu-saya sadar bahwa saya tidak mencintai dia dalam hidup saya, melainkan saya membutuhkan dia dalam kehidupan saya,"

Suara penonton kembali terdengar. Masing-masing saling memeluk mendengar kisah tragis-sosok yang mereka anggap paling bahagia, nyatanya menyimpan beribu luka.

Krystal memperbaiki posisinya, "Jika nona di beri satu kesempatan-walaupun kita tahu itu mustahil terjadi, apa yang anda katakan pada sahabat anda?"

Yoona mencari keberadaan kamera. Ia menepis sedikit air matanya yang mendadak turun. Padahal sedari tadi, ia terus saja menahan air matanya. Tetapi, jika membahas tentang kesempatan kedua entah mengapa ia selalu mengeluarkan air mata.

"Sehun, walaupun kita berbeda sekarang," Yoona menepis air matanya, "Sebagaimana bahagianya kamu sekarang,"

Yoona menghela nafas, "Yakinlah, bahwa aku merindukanmu. Bahkan jika aku bisa membeli kantong ajaib doraemon seperti komik kesukaanmu-aku akan membayar mahal mesin waktunya,"

Ia kembali menepis air matanya, lalu berusaha tersenyum, "Aku ingin mengulang semuanya-mengulang semua kebohongan yang manis ini,"

"Bagaimana pun kamu sekarang, datanglah di mimpiku walaupun sesaat, setidaknya beri aku salam perpisahan disana walaupun hanya enampuluh detik-itu sudah lebih dari cukup,"

END.

sweet lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang