13. A gift

792 209 8
                                    

Hari ini benar-benar melelahkan. Aku baru saja selesai mengganti baju kelulusanku. Aku menghela nafas sambil berusaha membungkuk mengambil sebuah kotak besar yang berada di bawah kasur. Akhirnya penantianku selama beberapa tahun ini terjawab sudah.

Oh Sehun-apakah kau masih mengingat hadiahmu ini?

Kotak ini diberikan oleh Chanyeol tepat seminggu setelah aku menangis hebat mendengar kabar bahwa pesawat yang kau tumpangi menghilang dari peredaran. Kabar yang terakhir ku dengar, hanya ada dua orang yang selamat dalam kecelakaan hebat itu-tapi, sangat ku sayangkan kau bukan salah satu diantara mereka.

Chanyeol datang ke rumahku saat itu. Dia menenteng sebuah kotak besar berwarna biru seperti warna kesukaanmu. Berulang kali aku menolaknya, tetapi Ayah selalu memaksaku untuk menemuinya.

"Untuk apa kau kesini?" Tanyaku saat berada di hadapan Chanyeol.

"Aku ingin memberikan ini," Ucap Chanyeol sambil menyodorkan sebuah kotak besar kepadaku.

Aku menahan tangan Chanyeol, "Aku tidak butuh hadiah-ini bukan hari ulang tahunku,"

Chanyeol terlihat menghela nafas panjang, "Tolong, terimalah ini,"

Aku kembali menolak, "Aku bilang-aku tidak butuh hadiah,"

"Tapi-"

Aku mendengus kesal, "Jika hanya ini tujuanmu datang kesini, maka pergilah-aku tidak punya banyak waktu untuk menerima hal bodoh semacam ini," lalu aku berbalik.

Dengan cepat Chanyeol meraih tanganku. Aku terdiam cukup lama mendengar kalimat yang di ucapkan Chanyeol selanjutnya.

"Tolong terima hadiah terakhir Sehun untukmu,"

Aku mengubah posisiku menatap Chanyeol, "Apa maksudmu? Tolong, jangan bawa-bawa nama Sehun hanya untuk mengemis agar aku menerima hadiahmu,"

Chanyeol menggeleng, "Aku bersumpah! Ini adalah hadiah terakhir Sehun-tolong, jangan buat aku semakin bersalah padanya,"

Mataku berkaca-kaca, "Apa selama ini kau tahu keberadaan, Sehun?"

Dengan ragu Chanyeol mengangguk, "Aku bertemu dengannya sebelum dia berangkat-dan-"

"Mengapa kau berbohong padaku?!"

Chanyeol terdiam, aku terus memukul tubuhnya. Emosiku sudah tak tertahankan, apakah ini cara ia mencintaiku? Dia rela melihatku berhari-hari menangisimu? Mengapa kau berdua begitu tega?

"Maafkan aku, Yoona. Aku egois, aku tidak ingin kau terus menaruh hati padanya-aku-"

Aku kembali menarik baju Chanyeol sambil terus menangis, "Ya! Kau memang egois! Kau fikir aku akan mudah menerimamu dengan cara seperti ini?!"

Chanyeol menghela nafas lalu menaruh kotak besar itu di bawah lantai. Ia memegang pundakku kuat-berusaha membantuku agar tetap tenang.

"Dengarkan aku, aku memang menyukaimu-tapi, semenjak kau menangisi kepergiannya aku sadar diri,"

Aku terdiam sambil terus menyeka air mataku.

Chanyeol kembali melanjutkan ucapannya, "Tapi, dia-dia memintaku untuk merahasiakannya-dia tidak suka kau merengek menahan kepergiannya,"

Aku menatap lirih Chanyeol, "Apa dia tidak tahu, aku tersiksa-Chanyeol,"

Chanyeol mengangguk, "Aku paham perasaanmu, tapi-hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membalas pengorbanannya,"

Aku menyergit, "Pengorbanan? Pengorbanan apa?"

Baru saja Chanyeol ingin membuka suara, Park Yoora langsung datang menghampiri kami. Ia mengajak Chanyeol untuk segera mengikut dengannya karena pesawat yang mereka tumpangi akan berangkat satu jam lagi. Chanyeol mengucapkan beribu maaf padaku dan sepertinya aku harus berusaha memaafkan Chanyeol. Ia hanya di butakan oleh sikap egoisnya saja. Chanyeol akan berangkat sore itu-tepatnya di ke London, Inggris untuk melanjutkan kuliahnya disana.

Cukup lama aku mengamati kotak itu, hingga saatnya aku memutuskan untuk mengambilnya. Di atas kotak terdapat sebuah tulisan indah yang selalu menjadi ciri khas tulisanmu.

Jangan dibuka sebelum kau menyelesaikan pendidikan jenjangmu. Jangan curang-karena aku membencinya. Kamu paham, ceroboh?

Aku terkekeh kecil sambil menghapus air mataku yang entah mengapa tiba-tiba keluar seperti ini. Empat tahun lamanya aku di landa penasaran-tentang kau dan teka-teki yang seharusnya di jawab oleh Chanyeol waktu itu.

Sehun-hari ini aku akan membuka hadiah usang ini. Aku memenuhi janjiku seperti yang kau tuliskan dulu, apa sekarang kau senang di atas sana?

sweet lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang