Disebuah kamar dengan nuansa black and white, tepat diatas tempat tidur terbungkus sprei motif bergaris, Sinb jatuh terlalu dalam didunia mimpinya. Bahkan jika seseorang memindahkannya pun ia tidak akan menyadarinya. Sampai ketika suara seseorang yang tak asing lagi baginya, menggema memasuki gendang telinganya.
"YAK! HWANG SINB BANGUN KATAKU!" Bentak Lisa membuat jantung Sinb ingin melompat keluar dari dadanya. Ia segera terduduk dengan memandang kesal Lisa.
"Aish, kau ini...Tak bisakah kau membangunkanku secara pelan-pelan?" Protes Sinb dan Lisa pun duduk dihadapannya, tak menghiraukan protes dari Sinb yang sering kali ia lontarkan sepanjang waktu.
"Biasanya kau bangun lebih dulu, ada apa ini sebenarnya?" Ada sesuatu yang aneh dari sahabatnya yang satu ini. Lisa pun memperbaiki posisinya duduk dihadapan Sinb yang kini telah duduk bersandar di tempat tidur.
"Aku tidak akan pergi ke sekolah untuk hari ini dan seterusnya". Terang Sinb datar
"MWO...Wae?" Lisa terkejut dan mulai heboh sendiri.
"Apa kau akan pindah sekolah? Apa Eommamu menyuruhmu pulang?" tanyanya kemudian
"Ani, Itu keputusanku. Untuk sementara waktu ini mungkin aku akan memfokuskan diriku di cafe sampai ketika aku menemukan sekolah yang baru." Kata Sinb dengan santai, namun tetap datar membuat Lisa menatapnya tak percaya. Bayangkan, Sinb berbicara dengan santainya seperti sedang mengatakan kegiatan sehari-hari yang monoton. Padahal berita ini tidak cukup hanya dikatakan dengan cara sesantai itu membuat Lisa gemas dan kesal saja.
Pletak
"Yak! Kenapa kau menjitakku?" Protes Sinb.
"YAK KIM SINB! Tak bisakah kau tak bertindak sesuka hatimu eoh? Semua tindakanmu membuatku benar-benar tak mengerti."
Lisa merasa kecewa kepada sahabatnya ini. Ia tak mengerti sama sekali jalan fikiran sahabatnya ini. Sinb tak pernah mengatakan apa yang benar-benar terjadi kepadanya dan keputusan untuk pindah sekolah adalah salah satu keputusan besar baginya, tetapi Sinb malah mengatakannya dengan santai, bagaimana ia tak merasa frustasi dengan sikap sahabatnya ini.
"Tenanglah, aku akan menyelesaikannya segera. Jadi kau tak perlu khawatir arra?" Sinb berusaha menenangkan sahabatnya ini. Mereka berteman cukup lama dan saling mengerti dengan sikap masing-masing.
"Kau selalu saja mengatakan itu, tak bisakah kau membaginya denganku eoh?" Ucap Lisa lirih, matanya mulai berkaca-kaca. Ia tak pernah menangis sebelumnya meskipun ia berkelahi dengan siapapun atau ketika orang tuanya memarahinya, tetapi akan berbeda jika itu mengenai sahabatnya ini. Menurutnya dari semua orang yang ada di dekatnya, Sinb lah yang selalu perduli padanya meskipun kelihatannya yeoja itu dingin. Sesungguhnya hatinya begitu lembut, pernah Lisa dirawat di rumah sakit karena kelelahan Sinb lah yang menjaganya sementara orang tua Lisa terlalu sibuk dengan bisnisnya.
"Jangan menatapku seperti itu, Ka...Kau sudah terlambat. Aku menunggumu di Cafe." Katanya memeluk Lisa, kemudian menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.
Lisa pergi meninggalkan Sinb di kamar itu sendirian. Sinb hanya mampu memandangi kepergian Lisa dengan sedih.
Mianhae Lisa...
—-***—-
Bel sudah berdering beberapa detik yang lalu, membuat Lisa berjalan tergesa-gesa memasuki gerbang sekolah. Ia sedikit terlambat hari ini, bagaimana tidak? sepanjang jalan ia hanya memikirkan nasib sahabatnya itu.
BRUK
Tubuh Lisa bertabrakan dengan seseorang dihadapannya. Ia mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya ia ketika menyadari sosok yang tak asing lagi baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISES | SEHUN, SINB, KAI | COMPLETE
Teen Fiction#Rank 269 in Sinb | 11-5-2018 Privat acak...Go Follow >< Memiliki masalah yang rumit, tidak lebih dari cukup bagi Hwang Sinb. Ia harus menghadapi satu hal yang lain, lingkarang setan sebut saja dengan itu karena ia harus berurusan dengan dua n...