A 12

136 11 2
                                    

***

Yuki terlihat begitu antusias melihat kedatangan Dina. Perempuan tomboy itu langsung memeluk temannya.

"Ya ampun, lo kemana aja? Berhari-hari ngilang gak ada kabar. Gila lo, ya."

Dina tertawa.

"Lo kemana? Sakit? Pak Zidan galau, tuh, nyariin lo."

"Emang iya?"

Yuki mengangguk.

"Wah, kangen juga gak liat muka gantengnya," celetuk Dina. "Yaudah, nanti deh gue temuin dia."

Dina dan Yuki berjalan beriringan menuju mereka masing-masing. Tak perduli berapa hari gak masuk, kerjaan akan semakin menumpuk. Gak masuk bukan berarti akan ada orang lain yang mengerjakan pekerjaan kita dengan sukarela.

Kedatangan kembali Dina disambut dengan tumpukkan kertas yang menggunung.

Itulah dunia kerja.

"Argh, gue nyesel gak masuk."

"Lo utang cerita, ya, ke gue."

Yuki terkekeh. Dina juga.

Dina melihat keselilingnya, ada yang berbeda dengan suasana tempatnya bekerja.

"Gue gak ngeliat makhluk-makhluk itu, kok, ya? Apa gue udah gak bisa ngeliat mereka?" gumamnya.

Matanya celingak-celinguk mencari sosok 'makhluk' tak terlihat yang biasa menjahilinya.

Bukannya melihat roh halus, ia justru mendapati Azka yang sedang berdiri di pojokkan kantornya.

Sejatinya, Azka memang tidak pergi kemana-mana. Ia hanya akan terus mengawasi Dina. Jaga-jaga kalau roh jahat kembali mengincarnya.

-

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Dina dan Yuki bersiap untuk makan siang bersama. Tapi, Zidan sudah lebih dulu menghadang mereka.

Betapa terkejutnya Dina saat tangannya dengan tiba-tiba ditarik Zidan,"Makan sama saya aku, ya."

"Huh?" Dina melirik ke arah Yuki yang sejak tadi hanya mengangguk penuh antusias.

"Bawa, pak. Bungkus bawa pulang kalo perlu," goda Yuki, yang langsung mendapat balasan tatapan tajam.

Tak perlu waktu lama, Dina dan Zidan melenggang pergi. Yuki hanya tersenyum penuh malu-malu melihat keduanya.

"Kamu makan apa?" tanya Zidan pada Dina.

"Apa aja, pak."

"Gak jawab pemakan semua lagi?"

Dina tertawa pelan.

"Mbak..." Zidan mulai memesan makanan untuk porsi dua orang.

Dina tidak henti-hentinya tersenyum sejak tadi mendapat perlakuan manis dari Zidan.

"Kamu kemana aja? Kamu gak bisa dihubungin. Saya khawatir."

"Saya...sakit, pak."

"Sakit apa? Parah? Sekarang masih sakit?" Zidan menyentuh pipi kanan Dina, dan sang empunya hanya mampu diam.

"Gak apa-apa, kok, pak."

"Lain kali, kalo sakit, bilang. Biar saya jenguk."

Dina tersenyum malu-malu,"Iya, pak."

Azka yang sejak tadi mengamati mereka berdua hanya mampu berdecih. "Dasar manusia menjijikan."

Laki-laki itu asik bersandar di bawah pohon yang tak jauh dari tempat Dina dan Zidan berada.

AzkadinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang