READY? VOTE DULU 😘
•••••
Sesuai permintaan Keira kemarin, Dirga membereskan semua kebutuhan Keira dan memasukkannya ke dalam koper. Dirga tidak dapat mengubah jalan pikir Keira lagi, istrinya itu tetap ingin pulang ke rumahnya dan butuh waktu sendiri. Entah sampai kapan Keira akan bertingkah konyol seperti ini. Sebenarnya, Dirga merasa berat hati untuk mengizinkan Keira pulang ke rumahnya. Ia merasa menjadi pria yang tidak becus karena membuat istrinya marah besar. Tapi, mau gimana lagi? Keira yang egois dan Dirga yang tak bisa mencegahnya.
"Kamu kerja aja." kata Keira kepada Dirga saat berjalan menuruni anak tangga.
Tak ada jawaban dari pria itu. Dirga memilih bungkam dan terus menarik koper Keira hingga halaman depan, lalu memasukkan ke dalam bagasi mobil yang berada di belakang. Bersama dengan koper Bi Iyah, karena pembantunya itu akan turut menjaga Keira.
"Kei, kamu yakin?" tanya Dirga untuk kesekian kalinya.
Dan jawaban Keira adalah...mengangguk dengan penuh keyakinan.
Dirga menghela napas gusar. Kemudian, ia membawa Keira untuk duduk di jok penumpang dan Dirga berada di jok kemudi. Sedangkan Bi Iyah sudah duduk manis di belakang sejak lima menit yang lalu.
Tak ada percakapan antara Keira dan Dirga di sepanjang jalanan. Keduanya lebih menutup mulut dan sibuk masing-masing. Keira yang sibuk membaca artikel tentang kehamilan pada ponselnya, sedangkan Dirga sedang fokus pada jalanan Jakarta yang sedang macet kala itu.
Awalnya Keira bersikeras untuk tidak diantarkan oleh Dirga. Ia bisa mengendari mobilnya sendiri dengan ditemani oleh Bi Iyah. Tapi Dirga menolak semua itu. Dirga tetap ingin mengantarkan Keira hingga sampa ke tempat tujuan dan memastikan istrinya dalam keadaan selamat. Ia tidak bisa membiarkan Keira yang sedang hamil dan masih harus menjalani bed rest untuk menyetir dan menembus jalanan Kota Jakarta sendirian. Keselamatan Keira dan anak yang dikandungnya ada prioritas utama Dirga saat ini. Ia hanya tidak ingin sesuatu yang tak diinginkan menimpa istri dan anaknya.
Entah berapa lama perjalanan mereka, yang jelas Keira merasa sangat lama untuk sampai di tempat tujuan. Padahal rumahnya masih di Jakarta, tetapi itu terasa sangat lama. Hingga akhirnya Keira terlelap dalam tidur. Sedangkan tangan kiri Dirga terulur untuk mengusap lembut kepala Keira. Memberikan kenyamanan pada wanita yang dicintainya.
Akhirnya, setelah menempuh perjalan selama satu jam tiga puluh menit, mereka pun telah sampai di halaman depan rumah Keira. Dan secara perlahan, wanita itu membukakan kedua matanya lalu melihat ke sisi kanan dan Dirga sudah tak ada di sana. Ia langsung saja turun dan berjalan menuju rumahnya. Sedangkan Dirga sudah duduk pada kursi yang tersedia di teras dengan koper milik Keira.
"Aku mau kembali kerja." ucap Dirga tiba-tiba.
Keira hanya membalasnya dengan senyum samar. Lalu merogoh kunci yang merada di tasnya dan membuka pintu rumahnya. Diikuti dengan Dirga dan Bi Iyah yang dibelakangnya.
"Kamu tidurnya di kamar bawah aja. Aku nggak akan ngizinin kamu buat tidur di atas." Keira menurut saja dengan apa yang diucapkan Dirga saat itu. "Kalau terjadi apa-apa, kamu bisa telepon aku."
"Kamu kerja jam berapa?" tanya Keira. Meskipun ia sedang marah kepada Dirga, tetapi wanita itu masih punya rasa peduli kepada suaminya itu.
"Jam sebelas." jawab Dirga singkat.
"Oh." Keira membalasnya lalu berjalan menuju kamar tamu dengan menarik koper yang berada di belakangnya.
Dirga hanya memandangi punggung belakang istrinya yang memasuki kamar tamu dan menutup pintunya. Keira terlalu lelah, sehingga ia akan beristirahat sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hottest CHEF [OPEN PRE-ORDER]
Roman d'amour[ Mature Romance 21+ ] #9 in Romance, 23 Maret 2018 Book #1: PROSES TERBIT [ Tersisa PROLOG - BAB 4] Book #2: SELESAI [BAB MASIH LENGKAP] ••••• "Jadi..." Dirga kembali mengecup sekilas bibir Keira. "Mulai sekarang kamu milik saya seorang." ••••• Kei...