Chapter 12

1.2K 163 20
                                    

WAYO POV

"Lepaskan aku P." Kataku pada seseorang yang mengikatku dirumahku sendiri. Benar, dokter Phana mengikatku dirumahku sendiri.

"Tidak, sampai Wayo menceritakan semuanya maka P tak akan melepaskan Wayo." Katanya dingin.

"Apapun yang P lakukan, Wayo tetap tutup mulut." Aku tak akan kalah dari bajingan sepertimu P'Phana.

"Jika Wayo masih tetap diam, maka jangan salahkan P berbuat yang tidak-tidak pada Wayo." Aku membuang muka tetap bungkam tak mau menjawab pertanyaan P'Phana.

"Baiklah sepertinya kucing kecil ini tetep akan diam." P'Phana menarik kaosku hingga sedada, memperlihatkan nippleku dengan jelas dihadapannya.

"P mau apa ?" Kataku takut.

"Menurut Wayo, Wayo akan cerita atau P..." P'Phana segera menjilati tubuhku. Mencium dan memberi tanda ditubuhku yang putih.

"Lepasss..akhhh.." rasa aneh menjalar keseluruh tubuhku, terutama saat P'Phana mengisap nippleku kuat-kuat.

Tak berhenti sampai disitu, P menjilat nippleku yang kiri dan memainkan nippleku yang kanan dengan tangannya.

"Katakan Wayo, sebelum P kehilangan arah. P tak ingin menyakitimu." Kata P'Phana dengan suara berat dan hembusan nafas yang memburu.

"Tak akan pernah...OHH AKHHH." Jeritanku semakin menjadi saat P'Phana mengecup leher dan menjilatnya yang menjadi kelemahanku.

Nafasku semakin tak teratur, aku benci dia tapi aku juga menikmati sentuhannya. Terkutuklah badanku ini.

Aku merasakan ada sesuatu keras yang menekan diantara kakiku. Punyanya mengeras. KERAS.

Ciumannya makin menjadi liar. Tak puas dengan telinga dan leherku, ia segera menangkap wajahku dan mencium bibirku dengan penuh tekanan. Memaksaku membuka mulutku. Tidak. Tidak akan pernah kubiarkan.

Tapi apa dayaku, ia mempunyai cara yang lain membuatku membuka mulut dan membiarkan lidahnya masuk dan menari didalam mulutku.

"HMPHHH...HMPHHH..." Aku hampir kehabisan nafas tapi dia tak juga melepaskan bibirnya dari bibirku.

"Wayooo....Wayooo...." bisiknya ditelingaku berkali-kali setelah membiarkanku bernafas.

"Lepaskan aku bajingan." Kataku setelah bisa berbicara dan mengatur nafas.

"I want you Wayo.." matanya memancarkan penuh nafsu. "Arghh.." dia mengerang kesakitan.

"P, Wayo akan bicara. Lepasakan Wayo...Akh...akh..." aku sudah menyerah. Aku hanya ingin terlepas darinya. Aku sudah mengibarkan bendera putih tapi ia tak menghiraukannya.

P'Phana malah membuka celanaku dan mengulumnya seakan-akan itu ice cream yang enak.

Kecupan, jilatan bahkan isapannya membuat bawahku semakin tegang dan berdiri tegak.

"Lepas hah..akhh..lepas..." kataku yang makin tak jelas. Hatiku berkata ini salah tapi tubuhku berkata lain. Tubuhku menikmatinya, menginginkannya. Aku sungguh tak dapat berpikir lagi, hanya pasrah dengan apapun yang ia lakukan padaku.

SKIP

"Jadi Ming itu sepupumu yang sudah kau kenal dari kecil." Katanya menginterogasiku setelah melakukan apa yang ia inginkan. Tenang dia tak sampai masuk kedalamku, aku menangis saat ia mencoba memasukannya. Akhirnya P'Phana tersadar dan menghentikan aktivitasnya yang melecehkanku.

Aku hanya mengangguk terisak-isak menjawab pertanyaanya.

"Kenapa kau memyembunyikan dariku Wayo ?" Tanya P'Phana yang melembut setelah melihatku menangis.

"Karena aku membenci P." Wajahnya menunjukkan keterkejutannya tapi hanya sesaat, setelah itu ia memasang tampang datarnya kembali.

"Kenapa ?" Tanyanya masih dengan suara pelan.

"Karena P membuat P'Copter sengsara."

"Siapa Copter ? P tak mengenalnya."

"Siapa ? P bilang siapa ?" Kataku meninggi. "Copter adalah orang yang penting bagiku dan Ming tapi P menyakitinya. Membuat P'Copter bunuh diri. Semua gara-gara P."

"Apa ? Bunuh diri ?. P sungguh tak mengenal Copter. Wayo ceritakan lebih detail agar P mengerti."

"P'Copter mencintai P'Phana tapi P'Phana menolaknya dengan kejam. P'Phana mengejeknya."

"Tunggu Wayo, apa maksudmu ? Siapa Copter ? P sungguh tak ingat."

"Kenapa P tak mengingatnya ? Apa P merasa jijik ada seorang laki-laki yang mencintai P. P'Copter orang yang baik, ia selalu bermain denganku dan Ming. Ia.. ia..." Aku tak sanggup menceritakannya, setiap kali aku mengucapkan nama P'Copter maka aku selalu mengingat kenangan indah semasa kecil dulu dimana aku dan Ming bahagia.

Kenapa P'Copter harus jatuh cinta pada orang yang kejam ? Kepada tidak menyukai orang lain saja. Walau kami mendukungnya cinta pertamanya tapi kami juga tak tahu kalau itu akan berakhir dengan tragedi yang membuat aku dan Ming sangat terluka.

"HUAAA...HUA..." Tangisku makin menjadi jadi mengingat nama Ming. Aku tak mampu menyelamatkan Ming untuk keduakalinya. Aku teman yang gagal. Aku sungguh tak berguna.

"Wayooo... P sama sekali tak berbuat apapun pada Copter." Kata P'Phana memelukku yang sedang menangis ini. "Percayalah pada P. P menyayangimu Wayo."

Aku tak memperdulikannya dan tetap menangis. Apalagi setelah apa yang ia lakukan padaku.

"Wayo.. P akan membantumu. Ceritakanlah." P'Phana terus membujukku.

"Jika P mau membantu, selamatkanlah Ming." Aku benar-benar ingin tahu sampai mana kepura-puraanya terus berlanjut.

"Kenapa dengan Ming ?"

"Ming disekap oleh grandma dirumahnya. P harus mengeluarkan Ming dari sana. Apapun caranya." Kataku menantangnya. Seperti pepatah yang berbunyi melempar satu batu kena dua burung. Jika Ming dapat keluar dari rumah itu maka aku juga dapat mengetahui kesungguhan dari P'Phana.

"Baiklah P akan mencoba mengeluarkan Ming dari sana." Aku hanya menatapnya dalam diam, masih tak mempercayainya.

"Tapi P ada satu syarat. Wayo harus menjadi milik P jika P berhasil mengeluarkan Ming." Aku mengangguk, tak peduli apapun syaratnya Ming harus terbebas dulu. Urusan bahwa aku akan menjadi miliknya akan kupikirkan belakangan.

"Ok, Jika Wayo setuju. Apa P boleh bertanya ?" Aku hanya menganggukan kepala.

"Bagaimana rupa Copter biar P dapat mengingat kejadian sebenarnya ?". Aku hanya mengambil handphoneku dan menunjukkan foto P'Copter.

"Ini..." katanya ragu. "KIT."

2. Private Doctor (Bahasa - Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang