Chapter 8

1.2K 174 20
                                    

MING POV

Memperhatikan wajah P'Kit merupakan kesenanganku, meski tadi wajahnya pucat pasi tapi ia tetap imut seperti Copter. Aku membelai pipinya, mencium dahinya yang putih, belum lagi lesung pipitnya.

Aku tahu bahkan aku sangat sadar kalau P'Kit bukanlah Copter karena Copter sudah pergi jauh dariku.

"Kau...Mong.." kata P'Kit setelah sadar dari pingsannya.

"Good Night P. Inginnya sih bilang good morning tapi karena ini sudah malam jadi good night."

"Kau mau apa Mong ?" Tanyanya lagi.

"Oii P, apa kau yakin ingin mengetahui apa yang ku mau ?"

"Katakan padaku, jangan bertele-tele."

"Aku mau kau."

"Bajingan, kau kira aku rela menyerahkan diriku padamu."

"Hahahaa.... P lucu." Kataku sambil tertawa. " Memangnya aku pernah minta persetujuan dari P ?."

"Kau..." P'Kit menahan amarahnya, ia terlihat sungguh lucu. "Phana pasti menemukanku."

"Phana ? Dokter Phana ?"

"Iya, jika aku tak bisa dihubungi dalam sejam maka dia akan mencariku dirumahmu." Mukanya yang mengeram makin menambah keimutannya. Belum lagi kulitnya dari putih berubah merah.

"P, coba lihat sekelilingmu ?" Kit melihat ke kanan dan kekiri, terasa beda dari tempat yang dulu ia datangi. Belum lagi terdengar bunyi deru ombak. Sungguh menarik melihat raut wajah P'Kit yang berubah-ubah.

"Kalau P penasaran, maka akan kukasih jawabannya. Ini villaku P bukan rumahku. Jadi P'Phana tak akan pernah menemukanmu. Yang mengetahui villa ini hanya aku dan P'Phun. Ya Grandma juga tahu tapi aku tak peduli." Jawabanku yang mengakibatkan shock tak percaya di mukanya.

"Kau...kau menculikku !!!"

"Bingo hahaha...."

"Untuk apa Mong ?" Tanyanya kesal.

"Tentu saja untuk melayaniku P."

"Cih, kau pikir aku sudih melayanimu. Lebih baik aku mati daripada dihina olehmu."

"Hahaha... P yakin mau mati. Aku juga akan mengikuti P kok kalau P mau mati."

"Kau gila Mong... kau gila." Kulihat tatapan benci dari matanya tapi aku tak peduli.

"Terserah P mau ngomong aku apa tapi P pasti akan nurut melayaniku karena aku punya ini." Aku menunjukan sebuah foto dari chatku dengan seseorang.

***

KIT POV

Gila. Dia gila. Aku tak ingin berhubungan dengannya. Tapi aku juga tak bisa menolaknya karena dia menunjukkan foto Beam yang diikat dengan tubuh telanjang.

"KAU APAKAN DIA ?"

"Ow P santai. Dia tak apa-apa kok. Cuma kujadikan sebagai sandera agar P menurut padaku. Dan P tenang saja, sudah ada yang menjaganya." Katanya yang sungguh memuakan bagiku.

"Jika terjadi sesuatu padanya, kau akan kubunuh." Ancamku padanya. Memang Beam doyan main wanita tapi ia tak pernah sampai diculik seperti ini.

"Hahaha... aku kan bahagia sekali jika mati ditanganmu P."

'Dia benar-benar sudah gila, aku harus mencari cara agar bisa keluar dari sini dan menghubungi Phana untuk menyelamatkan aku dan Beam.'

"Bukankah kau ingin aku melayanimu, bagaimana bisa aku melayanimu kalau kaki dan tanganku diikat seperti ini. Aku tak suka bergaya dengan tubuh terikat. Aku juga ingin menikmatinya." Aku mencoba membujuknya siapa tahu berhasil.

"Hahaha... kau benar-benar lucu. Aku kira melayaniku itu berhubungan sex denganku. Tidak P, P salah sangka. Aku tak menginginkan hal itu sekarang, tapi mungkin nanti saat moodku sedang bagus."

Dia berjalan mendekatiku, aku berusaha mundur dan mengoyang-goyangkan ikatanku. Dia menciumku. Menciumku. Si bajingan itu menciumku.

"Good night P, Sleep well." Katanya lalu pergi dari ruangan ini begitu saja.

Apa yang sebenarnya ia rencanakan ?.

***

PHANA POV

Kit masih belum mengabariku setelah ia masuk kerumah Ming dan Beam tak ada kabarnya sejak semalam. Aku seperti ayah dua anak, menjaga mereka berdua.

Sudah 1 jam lebih tak ada kabar mengenai Kit, aku ingin pergi menyusul kerumah Ming tapi Wayo sedang sakit panas. Aku mulai beranjak bangun setelah melihat Wayo tertidur.

"P.." Panggil Wayo yang melihatku berjalan menghampiri pintu.

"Wayo P pergi dulu sebentar, nanti P kembali lagi." Bujukku kepada Wayo.

"P jangan pergi... please P." Pintanya memelas dengan wajah penuh keimutan.

"Tapi Wayo, Kit sedang dalam bahaya. P belum mendapatkan kabaranya sejak dia masuk ke rumah itu."

"P hikkk...hikk...sakit...." Wayo mulai menangis.

"Wayo please, P harus mencari kabar mengenai teman-teman P." Jelasku berharap Wayo mau mengerti. Aku sudah memberinya obat panas, hanya tinggal suhu panasnya menurun.

"P...hik..hik...P jahat. P tak peduli padaku." Tangis Wayo makin menjadi.

"Baiklah Wayo, P akan tinggal menemanimu." Kataku sambil memgusap kepala Wayo agar ia tenang. Aku menelepon P'Tum meminta tolong mencari keberadaan Kit dan Beam.

Setelah 1 jam Wayo mulai tertidur lelap, aku berencana pergi menemui P'Tum untuk mengetahui kabar terupdate.

LINE

To : Phana

^Ai'Phana, aku baik-baik saja. Tak usah menyusulku.^

From : Kit.

Ai'Phana ? Kit tak pernah memanggilku Ai'Phana dalam mengirim pesan. Pasti ada sesuatu yang salah.

LINE

To : Phana

^Ai'Phana ada apa ?^

From : Beam.

Ai'Phana lagi ? Apa sesuatu terjadi pada Beam ? Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka.

"Maaf Wayo, P benar-benar harus pergi sekarang. " bisikku ditelinga Wayo walau aku yakin ia sudah tertidur pulas. Aku segera mengambil kunci mobilku dan pergi menemui P'Tum.

***

WAYO POV

P'Phana mengira aku tertidur pulas dan berbisik pamitan padaku. Aku hanya terdiam membiarkan ia pergi. Aku meraih handphoneku dan mengirimkan pesan.

LINE

To : Ming

^Dimana kau ?^

From : Wayo

Tak lama Mingpun membalas pesanku.

LINE

To : Wayo

^Tempat biasa. Aku menunggumu.

From : Ming.

2. Private Doctor (Bahasa - Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang