"4"

27.7K 1.1K 7
                                    

Semenjak kejadian itu, Angga lebih sering mendiamkan Karin.
Berbagai cara telah Karin lakukan agar Angga percaya kepadanya. Namun hasilnya nihil. Angga tetap mendiamkannya.

Suatu ketika, Nadira meminta uang SPP kepada Angga.

"Kak Angga minta uang!"

"Buat apa lagi, Ra?"

"Bayar SPP lah kak, bulan ini kan Dira belum bayar."

"Bukannya minggu lalu uangnya udah kakak berikan sama kak Karin?"

"Masa? Kok kak Karin nggak ngasih ke Dira ya? Jangan-jangan..."

"Dira kamu nggak boleh berprasangka buruk sama Karin, siapa tahu dia lupa belum ngasih ke kamu. Coba kakak tanyakan dulu." kemudian Angga pergi menuju dapur untuk menemui Karin.

"Karin, uang SPP Dira belum kamu kasih?" tanya Angga.

"Udah kak, dari seminggu yang lalu udah Karin kasih ke Dira. Kok kakak nanya seperti itu ke Karin, kenapa kak?"

Tiba-tiba Dira datang dan menyela perkataan Karin, "Kak Karin nggak usah bohong ya, orang Dira belum nerima uang SPP dari Kak Karin kok."

"Dira, kamu kok gitu sama kakak? Kan minggu lalu udah kakak kasih ke kamu uangnya. Kak Angga, kakak percayakan sama Karin."

"Kak kalo butuh uang itu bilang aja langsung sama kak Angga, nggak usah make uang SPP orang."

"Kamu jangan fitnah kakak ya Dira."

"Emang itu kenyataannya kok."

"CUKUP!! Kakak nggak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah di antara kalian. Yang jelas kakak sudah muak dengan kalian berdua. Mulai sekarang urus diri kalian sendiri." ucap Angga dengan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun.

Angga benar-benar marah dengan kedua adiknya, dia pergi dengan membanting pintu, entah kemana tujuannya tidak ada yang tahu.

Di dalam rumah, Nadira tertawa puas telah membuat Angga marah pada Karin. Ia berhasil membuat hubungan kedua kakaknya retak.

Di lain sisi, Karin kecewa akan sikap Dira kepadanya. Ia berkata seakan-akan Karinlah yang bersalah, seakan-akan Karin menggunakan uang itu untuk keperluan Karin sendiri. Padahal kenyataannya, Dira lah yang menggunakan uang itu, untuk berfoya-foya.

Karin menangis meratapi nasibnya. Di sela-sela isak tangisnya ia teringat kata-kata bundanya, "Karin, tolong bantu kakakmu menjaga adikmu, jangan terlalu merepotkannya, dan ingatkan kakakmu apabila ia salah. Bunda tahu kamu anak yang baik, jadi jangan kamu buat bunda kecewa sama kamu."

Mengingat itu semakin membuat hati Karin seperti teriris, "Bunda, Karin sudah mengecewakan bunda. Karin minta maaf bun. Karin rindu sama bunda."

#tobecontinue

Broken Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang