Dua bulan berlalu setelah Angga memperbaiki hubungan dengan kedua saudaranya, namun mau dinasehati seperti apapun Dira tetap tidak ada perubahan, dia tetap berbuat semaunya sendiri.
Di lain sisi, kondisi Angga semakin memburuk. Ia memutuskan untuk berhenti melakukan cuci darah, karena menurutnya dengan melakukan cuci darah hanya membuang-buang biaya toh kondisinya juga semakin memburuk. Ia juga tidak mau menyusahkan keluarganya.
Hari ini adalah hari di mana bunda akan pulang. Angga dan Karin sangat antusias untuk menjemput bunda, mereka tidak sabar untuk bertemu dengan bunda. Lain halnya dengan Dira, ia tidak suka dengan kepulangan bundanya, ia merasa jika bunda pulang ia tidak akan bisa bebas.
"Kak Angga cepatan, nanti bunda kelamaan nunggu di bandara." teriak Karin tidak sabar.
"Sebentar Karin, kamu kok tergesa-gesa banget sih. Ini baru pukul tujuh sedangkan bunda sampek nya pukul sembilan. Arghh...." Angga kembali merasa kesakitan, hal ini membuat Karin khawatir.
"Kak Angga kenapa?"
"Enggak, tadi malam mungkin posisi tidur kakak salah, jadi pinggang kakak sakit."
"Oh... Kirain kakak sakit?"
"Nggak, kamu nggak usah khawatir. Dira cepet turun, nantu keburu macet!"
"Iya kak, sebentar."
***
Di bandara....
Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya pesawat yang ditumpangi bunda tiba di bandara. Tak lama kemudian bunda menghampiri mereka di ruang tunggu.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya bunda.
"Alhamdulillah baik bun, bunda sendiri bagaimana?" tanya Angga balik.
"Seperti yang kalian lihat, bunda baik-baik saja."
"Karin kangen banget sama bunda, bunda jangan pergi lagi ya!" setelah berucap demikian, Karin memeluk bundanya untuk melepas rindu, begitupun Angga.
"Dira nggak mau peluk bunda?" sebenarnya bunda sudah tahu bagaimana sikap Dira saat ini, namun ia berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa.
"Dira kangen sama bunda." ucap Dira, meskipun itu hanya sebagai topeng.
Setelah dirasa cukup lama berpelukan akhirnya mereka berempat melepas pelukannya.
"Angga kok muka kamu pucet, nak? Kamu sakit?" tanya bunda khawatir.
"Nggak apa-apa bun, Angga cuma pusing aja. Tadi malam Angga tidur kemalaman."
"Kalo gitu kita segera pulang saja supaya kamu bisa istirahat."
"Baik bun."
***
Seminggu setelah bunda pulang ke Indonesia, Dira mulai menampakkan sifat aslinya. Ia suka berbuat semena-mena terutama kepada Karin.
"Bun, belikan Dira motor dong! Sebentar lagi kan Dira sudah melaksanakan ujian nasional, yang artinya Dira akan masuk SMA, jadi Dira ingin bisa naik motor sendiri ke sekolah." rajuk Dira.
"Kalo kamu mau naik motor kan bisa pakai motor bunda." tawar bunda.
"Nggak mau, pokoknya Dira mau motor baru, motor bunda kan jelek." Deg, bunda merasa sakit hati karena perkataan Dira, ia tidak menyangka jika Dira akan seperti itu. "Kok bunda diam? Kalo bunda nggak mau ya udah, Dira nggak usah sekolah sekalian."
"Oke, bunda akan belikan kamu motor, dengan syarat kamu tidak boleh berbuat semena-mena pada kakak kamu."
"Makasih, bun. Bunda baik deh." kemudian tanpa izin dan mengucap salam Dira langsung pergi meninggalkan rumah.
"Dira benar-benar keterlaluan." gumam bunda.
#tobecontinue
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home ✔
Teen FictionKeluarga adalah tempat di mana seseorang mendapatkan perlindungan, kenyamanan, serta kasih sayang. Keluarga juga merupakan tempat di mana seseorang berbagi suka dan duka. Namun bagaimana jika salah seorang anggota berusaha memecah belah keluarganya...