"Kak Angga! Dira! Cepetan turun! Sarapannya sudah siap nih." teriak Karin dari ruang makan. Sejak kejadian beberapa minggu lalu, ia berusaha memperbaiki keadaan. Ia berusaha untuk tidak tersulut emosi dalam menghadapi kedua saudaranya.
"5 menit lagi, kak. Masih dandan nih." teriak Dira membalas teriakan Karin.
"Ceperan, Dira! Nanti keburu siang, memangnya kamu mau dihukum karena terlambat?"
"Kak Karin bawel banget sih. Oke, Dira turun sekarang." omel Dira sambil menuruni tangga.
"Ra, Kak Angga mana? Kok belum turun? Masak sih jam segini belum bangun?"
"Nggak tahu. Panggil aja ke kamarnya langsung, siapa tahu masih ngorok." sahut Dira ketus.
"Sebentar aku naik dulu."
Sesampainya di depan kamar Angga, Karin heran tidak biasanya jam segini kamar Angga masih sepi. "Kak Angga udah bangun? Ayo kak segera sarapan, nanti telat lo." hening. Tidak ada jawaban apapun dari Angga. "Kak..."
"Lo sama Dira sarapan duluan aja, entar gue nyusul." perintah Angga
"Ba..baiklah. Kakak nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Karin. Ia khawatir, tidak biasanya kakaknya seperti ini.
"Gue nggak papa."
Kemudian Karin turun dan menuju ruang makan. "Masih tidur ya?" tanya Dira.
"Nggak. Kak Angga udah bangun, dia nyuruh kita makan duluan."
"Oh."
Tak berapa lama setelah Karin dan Dira menyantap makanannya, Angga datang menghampiri. Ia terlihat menahan sakit sambil memegangi pinggangnya. "Arghh." desis Angga.
"Kenapa kak?" tanya Karin dan Dira bersamaan.
"Nggak. Pegel aja, kemarin jonggkok mulu gara-gara gue dihukum suruh nyabutin rumput lapangan voli. Jadi gini deh, pinggang gue pegel."
"Oh." ucap Dira.
"Beneran cuma pegel?" tidak biasanya kakaknya itu mengeluh, Karin jadi curiga ada yang tidak beres dengan kakaknya.
"Lo bawel banget sih, Rin. Udah gue bilang pinggang gue cuma pegel."
"Makannya agak cepet ya, kak. Ini udah hampir jam 7, Karin takut telat."
"Udah nih. Ayo berangkat!" ajak Angga.
***
Ketika jam pelajaran ketiga, tepatnya saat pelajaran Biologi, Angga merasakan pinggangnya sakit lagi, kali ini wajahnya juga terlihat pucat.
"Ngga, lo nggak papa? Wajah lo pucet banget." tanya Yuda, teman sebangku Angga.
"Nggak papa, Yud. Pinggang gue cuma pegel gara-gara kemarin." jawab Angga.
"Beneran cuma pegel? Wajah lo pucet banget, gue anter ke UKS ya?" Yuda khawatir dengan kondisi Angga, selama hampir tiga tahun kenal dengan Angga ia belum pernah melihat wajah Angga sepucat itu.
"Beneran, lo kok lama-lama kayak adek gue ya, bawel banget. Arghh..."
"Tuh kan. Pokoknya lo harus ke UKS sekarang!" paksa Yuda, ia tidak tega melihat Angga seperti itu.
"Pinggang gue kok rasanya sakit banget ya, Yud. Yaudah lo anterin gue ke UKS kalo gitu." Angga sudah tidak tahan dengan rasa sakit di pinggangnya. Sudah seminggu rasa sakit itu terasa, tetapi ia menahannya. Tapi hari ini, Angga sudah tidak tahan, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home ✔
Teen FictionKeluarga adalah tempat di mana seseorang mendapatkan perlindungan, kenyamanan, serta kasih sayang. Keluarga juga merupakan tempat di mana seseorang berbagi suka dan duka. Namun bagaimana jika salah seorang anggota berusaha memecah belah keluarganya...