Setelah bertengkar hebat dengan Karin, Angga memutuskan untuk menenangkan diri. Ia meninggalkan rumah tanpa tujuan yang jelas, ia tidak peduli dengan udara yang dingin pada malam itu. Ia terus berjalan mengikuti kemanapun kakinya melangkah. Sampai pada akhirnya ia menemukan tempat yang tenang, sepi, dan tepat untuk menenangkan diri, yaitu di sebuah halte yang lumayan jauh dari rumahnya.
Angga muak dengan situasi rumah yang semakin hari semakin memanas, sehingga malam ini ia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah.
Ketika Angga sedang asyik merenung, tiba-tiba seseorang menghampirinya, "Lo Angga kan?" tanya orang itu.
"Ya, gue Angga. Darimana lo tau nama gue? Emangnya kita kenal?" sahut Angga sambil menaikan sebelah alisnya. Memang fikiran Angga saat ini masih bercabang kemana-mana, jadi ia tidak memperhatikan dengan siapa lawan bicaranya.
"Sok gak kenal. Lo lupa sama gue, gue Roni, temen lo waktu SMP masak lo lupa?"
"Roni ya..." Angga masih mengingat-ingat nama Roni di otaknya. "Oh, Roni! Gila, gara-gara banyak masalah sama temen sendiri gue sampai lupa. Eh, Ron, apa kabar?"
"Baik-baik, lo sendiri gimana?"
"Ya gini, semenjak ayah meninggal dan bunda kerja ke luar negeri, ada aja masalah antara gue dan adik-adik gue."
"Tunggu-tunggu, ayah lo meninggal? Kapan? Kok gue nggak tau."
"Kurang lebih delapan bulan yang lalu. Ngomong-ngomong kok lo bisa ada disini sih?"
"Gue turut berduka cita, Ngga. Ehm, gue baru pulang dari rumah temen. Ngga, muka lo sampe kusut gitu, emangnya masalah lo berat banget ya?"
Angga menceritakan semua masalahnya dari awal sampai akhir kepada Roni. Memang sewaktu SMP, Roni adalah salah satu teman yang Angga percaya untuk mencurahkan isi hatinya. Maka dari itu, Angga tidak keberatan jika Roni mengetahui masalahnya saat ini. Karena menurut Angga, dengan berbagi keluh kesahnya kepada orang lain yang ia percaya dapat mengangkat sedikit beban yang menghimpitnya. Selama ini Angga enggan bercerita kepada teman-teman SMA nya, karena ia tidak mau teman-temannya mengetahui masalah keluarganya.
"Ngga, kalo malam ini lo nggak mau pulang ke rumah lo, seenggaknya lo mau nginep di kosan gue." tawar Roni.
"Makasih udah nawarin, tapi gue nggak mau ngerepotin lo dengan nginep di kosan lo. Malam ini gue cuma ingin sendiri, Ron."
"Ngga, lo nggak ngrepotin kok. Gue malah seneng kali lo mau nginep di kosan gue, gue jadi ada yang nemenin. Di sini udaranya dingin, entar kalo lo tidur di sini yang ada lo malah sakit. Udah ikut gue aja, ayo!"
"Ehm, gimana ya? Okelah, kalo lo maksa."
***
Di kosan Roni...
"Selamat datang di istana gue, lo udah lama nggak ke sini kan?"
"Lama banget, Ron. Tapi kosan lo kok tetep gini-gini aja, ya. Nggak ada yang lo ubah gitu?" canda Angga.
"Mau diubah jadi apa? Orang cuma ruangan 3x4 meter aja. Ngga, lo kan lagi banyak masalah nih. Lo cobain ini deh. Pasti masalah lo akan berkurang." kata Roni sambil mengambil sesuatu dari laci disamping tempat tidurnya.
"Pil?"
"Iya, cobain deh!"
"Nggak ah, Ron. Gue nggak mau mengkonsumsi yang begituan. Tunggu-tunggu, berarti lo mengkonsumsi itu?"
"Jarang sih, cuma kalo lagi banyak masalah aja. Ngga, gue tuh kasihan sama lo kayak tadi, lo cobain deh kali ini aja, agar malam ini lo bisa tidur nyenyak tanpa mikirin masalah-masalah lo." bujuk Roni.
"Nggak, Ron."
"Kali ini aja, Ngga. Sekali-kali nggak apa-apa lah. Pokoknya lo harus nyobain, gue nggak terima penolakan!" sambil menyerahkan satu butir pil kepada Angga.
"Diminum nih? Nggak apa-apa?" meskipun kurang yakin, akhirnya Angga termakan rayuan Roni. Beberapa menit kemudian, Angga merasa kepalanya pusing, semakin lama pandangannya semakin kabur dan ia pun tak sadarkan diri.
***
Sudah 2 hari Angga tidak pulang. Karin khawatir terhadap kakaknya, karena semalam Angga tidak pulang. Karin merasa bersalah karena semalam, ia tidak dapat menahan emosinya yang mengakibatkan Angga marah dan meninggalkan rumah.
"Kak Angga kemana sih? HP nya pake ditinggal lagi. Andai tadi malam aku nggak marah-marah mungkin kak Angga nggak bakal ninggalin rumah."
Ceklek...
"Kak Angga salam dulu!" Angga pulang dalam kondisi yang terlihat sangat tidak baik. Sangat berbeda dari Angga yang dulu. Angga yang selalu menampakkan raut gembira dan selalu mengucap salam ketika pulang, namun kali ini ia pulang dengan muka ditekuk dan tanpa mengucap salam.
"Apaan sih? Gue capek ingin tidur."
"Kak Angga darimana aja? Karin khawatir sama kakak."
"Lo nggak perlu tau gue dari mana, yang jelas lo nggak usah ngurusin apapun yang gue lakuin karena itu bukan urusan lo." setelah mengucapkan itu, Angga langsung meninggalkan Karin menuju kamarnya.
"Kak Angga kok bahasanya jadi kasar banget sih?"
Braakk....
"Astaghfirullah" Karin hanya bisa mengusap dadanya menghadapi sikap baru Angga, ia berfikir mungkin ini hanya karena pertengkaran semalam, dan ke depannya pasti akan kembali seperti semula.
***
"Ron, gue mau lagi dong. Lo belinya dimana?"
"Kali ini nggak usah beli deh, gue gratisin buat lo."
"Makasih, Ron. Gue otw kosan lo."
"Yoi."
Rupanya Angga telah kecanduan, ia menghubungi Roni hanya untuk meminta pil setan itu.
"Mau kemana kak? Tumben jam segini keluar."
"Bukan. Urusan. LO!"
"Kak..."
Braakk...
#tobecontinue
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home ✔
Teen FictionKeluarga adalah tempat di mana seseorang mendapatkan perlindungan, kenyamanan, serta kasih sayang. Keluarga juga merupakan tempat di mana seseorang berbagi suka dan duka. Namun bagaimana jika salah seorang anggota berusaha memecah belah keluarganya...