"6"

26K 1.1K 6
                                    

"Karin, tadi kakak ke kelas kamu katanya kamu nggak masuk. Kemana?" tanya Angga sepulang sekolah.

"Ehm, aku mau ngomong sesuatu sama kakak, tapi kakak jangan marah ya!"

"Asalkan kamu jujur kakak nggak akan marah."

"Sebelumnya, kakak jangan motong omongan Karin sebelum Karin selesai ngomong!" pinta Karin.

"Hm."

"Tadi itu Karin ke sekolahnya Dira. Karena... Dira mendapat surat panggilan. Kata kepala sekolah, Dira udah bolos sekolah selama 3 minggu." Karin bernapas lega, akhirnya kata-kata yang sulit diucapkannya telah berhasil ia ucapkan.

"APA?! Dira bolos sekolah sampai 3 minggu. Kamu nggak bercanda kan?" tanya Angga, ia sangat terkejut mendengar penuturan Karin.

"Nggak mungkin Karin bercanda tentang hal semacam ini. Tadi Karin juga shock mendengar hal itu dari kepala sekolah. Sebelumnya maaf, Karin tidak memberitahu hal ini sama kakak. Karin nggak mau kalo kakak sampai marah sama Dira. Setelah Karin cerita ini ke kakak, tolong, kakak jangan marahin Dira. Anggap saja ini nggak pernah terjadi." Karin mengakhiri ceritanya.

"Baiklah, kali ini kakak nggak akan marah. Tapi kalo sampai dia mengulangi perbuatannya, kakak nggak akan segan-segan memarahinya." henung beberapa saat, "Dira belum pulang?"

"Belum, kak."

"Kemana?"

"Nggak tahu, Dira nggak bilang sama Karin mau pergi kemana."

"...."

***

Menjelang pukul 10 malam, Nadira baru saja pulang, ia berjalan mengendap-endap menuju kamarnya agar ia tidak tertangkap basah oleh kakaknya, Angga. Ia sudah berkali-kali diceramahi oleh Angga, namun seakan-akan apapun yang diucapkan oleh Angga hanyalah angin lewat.

"Syukur lah udah pada tidur, jadi nggak bakal kena ceramah lagi." bidik Dira pelan.

"Ehm, darimana kamu?" tanya Angga. Tanpa diketahui oleh Dira, ternyata Angga telah menunggu kepulangannya di sofa ruang tamu. Semarah-marahnya Angga pada kedua adiknya, tetapi ia tetap peduli kepada mereka.

"Dari pesta ulang tahun temen, kak." jawab Dira, sambil memamerkan gigi-giginya pada Angga.

"Beneran? Kok nggak izin sama kakak?"

"Tadi udah izin kok sama kak Karin."

"Oh."

"Dira ke kamar dulu kak, ngantuk."

"Hmm."

"Tadi Karin bilang dia nggak tau Dira pergi kemana, tapi kata Dira dia udah izin sama Karin. Yang bener yang mana sih?" pikir Angga.

***

Suatu malam ketika Karin dan Angga sedang bersantai di ruang keluarga, Dira datang dengan pakaian yang "serba minim".

"Astaghfirullah Dira, dari mana kamu? Pakaian kamu kok gitu sih?" tanya Angga pada Dira.

"Dari pesta ulang tahun temen, kakak. Sekali-kali aku pake pakaian yang kayak gini nggak papa kali kak." ucap Dira.

"Mau sekali kek, dua kali kek, kamu tetep nggak boleh pake pakaian kayak gitu, nggak sopan, lagian aurat kamu itu lo?"

"Udah lah kak, aku capek, mau tidur. Baru pulang udah diceramahin aja." setelah itu Dira meninggalkan kedua kakaknya menuju kamar, kemudian membanting pintu kamarnya dengan keras.

Braakk...

"Karin, lihat kan adik kamu, hampir tiap hari pulang malam, mana pakaiannya jadi nggak jelas gitu. Harusnya kamu itu sebagai kakak yang juga sesama perempuan ngasih tau ke dia agar menjaga pergaulannya. Tapi apa? Dira itu perempuan, kalo sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan gimana? Kita juga kan yang nanggung." Angga menyalahkan Karin atas apa yang Dira perbuat.

"Terus aja kakak salahin Karin! TERUS! Kak Angga itu juga kakaknya Dira, jadi kakak juga berkewajiban memberi nasihat pada Dira, kakak beri perhatian ke Dira! Karin udah capek nasehatin dia, tapi apa? Dira nggak pernah dengerin apa yang Karin katakan."

Angga tidak menyadari jika Karin sudah menangis tersedu-sedu, Angga terus memarahi bahkan membentak Karin, "Kok kamu nyolot. Kamu pikir kakak nggak pernah nasehatin Dira? Dan kakak juga nggak pernah perhatiin Dira? NGGAK PERNAH, HA? Lalu, kamu pikir kakak ngapain nungguin Dira pulang sampai tengah malam? KAMU PIKIR KAKAK NGAPAIN?"

"Aku capek kakak salahin terus! Apapun kesalahan yang dilakukan Dira kakak selalu nyalahin Karin. Aku capek kak! Aku capek!"

"Kamu pikir kakak nggak capek ngadepin kalian. Kakak juga cap.."

"CUKUP! Kakak gitu ya sekarang. Kak Angga yang dulu penyayang, nggak pernah marah, kini sudah berubah. Karin benci sama kakak." dengan berlinangan air mata, Karin berlari menuju kamarnya.

Sedangkan Angga, ia merasa tidak becus menjadi seorang kakak, ia tidak mampu menjaga amanah bunda untuk menjaga adik-adiknya.

"Andai ayah masih hidup, andai bunda tidak pergi mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi." gumam Angga.

#tobecontinue

Broken Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang