"5"

27.7K 1.1K 19
                                    

Semenjak pertengkaran hebat yang terjadi beberapa hari yang lalu, Angga, Karin, dan Dira jarang terlihat akrab seperti dulu, menyapa pun sangat jarang. Mereka berkomunikasi hanya jika ada sesuatu yang penting. Jika tidak mereka akan bersikap seolah-olah tidak saling kenal.

Hal itu membuat Dira bebas melakukan apapun yang ia mau tanpa ada larangan dari kedua kakaknya.

Sampai suatu ketika, pihak sekolah Dira mengirim surat panggilan kepada orang tuanya. Pihak sekolah menitipkan surat itu pada salah seorang siswa. Untuk diberikan kepada orang tua Dira.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam." jawab Karin sambil membuka pintu. "Eh, Dio, tumben mampir. Ada perlu apa?"

"Ini kak, ada titipan dari sekolah buat kakak." ucap anak yang dipanggil Dio.

"Ini surat apa ya? Kok dititipin sama kamu, kok nggak Dira sendiri yang ngasih ke kakak."

"Maaf kak, Dio juga nggak tau itu surat apa? Tapi Dio dengar Dira sering nggak masuk sekolah, emangnya Dira kenapa kak?"

Karin terkejut mendengar penuturan Dio. "Dira itu setiap hari ke sekolah Dio. Mungkin Dio salah dengar kali."

"Dio juga nggak tau sih kak, tapi Dio dengar itu dari guru-guru."

"Oh gitu. Ehm, makasih ya udah nganter suratnya ke kakak. Maaf jadi merepotkan Dio."

"Ya kak, sama-sama. Dio pulang dulu kak. Assalmu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah Dio pergi, Karin cepat-cepat membaca surat itu. Betapa terkejutnya ia, setelah tahu bahwa itu adalah surat panggilan dari sekolah untuk orang tuanya.

***

Di lain sisi, Dira sedang hangout bersama teman-temannya. Itu sudah menjadi rutinitasnya hampir setiap hari. Apapun yang ia inginkan akan dia lakukan saat itu juga.

Dira yang dulu anak baik-baik, penurut dan juga penyayang, kini, setelah ayahnya meninggal dan bunda bekerja ke luar negeri, ia menjadi sombong dan suka menghambur-hamburkan uang yang dia punya.

"Lil, beli jaket itu yuk! Biar kita jaketnya samaan." ajak Dira.

"Itu kelihatannya mahal deh, Ra. Aku nggak punya uang buat beli itu." jawab Lila. Meskipun Lila adalah teman Dira, ia tidak boros seperti Dira. Ia tahu bahwa mencari uang itu susah, jadi ia akan membeli barang-baramg yang ia butuhkan daripada yang ia inginkan.

"Kalo gitu aku yang bayar deh, gimana? Mau?" tawar Dira.

"Dira, bukannya aku nggak mau, tapi kan sayang kalo uang kamu terus kamu hambur-hamburkan, lagian jaket kamu kan juga banyak. Aku juga nggak enak sama kakak kamu, Ra. Kesannya itu aku kayak memanfaatkan kamu gitu lo."

"Kakak aku nggak usah difikirin, lagian mereka juga nggak ngelarang kok aku mau ngapain. Aku beliin ya? Pokoknya kamu harus mau, titik."

"Tapi Dir..."

"Udah lah, Lil. Aku ikhlas kok beliin buat kamu."

"Hmm, yaudah. Tapi ini yang terakhir. Janji?"

"Janji." ucap Dira sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Lila.

Drrt..drrt..drrt..

Karina Putri

Broken Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang