2 bulan kemudian...
"Kak Angga, minta uang." rengek Dira.
"Bukannya kemarin baru kakak kasih?"
"Udah abis kak. Dira itu lagi ada tugas keterampilan dari Bu Siska, jadi uang yang kemarin buat beli alat-alatnya. Minta dong kak ?" rayu Dira sambil memasang puppy eyes nya.
"Sebentar." Angga sedang fokus belajar, jadi ia sedikit mengacuhkan Dira.
"Maunya sekarang."
"Brisik!"
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dira kesal terhadap sikap Angga yang mengacuhkannya. Ide jail muncul di benaknya, ia mengambil buku yang sedang dibaca oleh Angga dengan paksa.
"DIRA!!! Mau kamu apasih?" Angga marah terhadap Dira yang mengganggunya belajar.
"Minta uang." jawab Dira dengan menengadahkan tangannya kepada Angga.
"Kamu itu taunya cuma uang, uang, dan uang. Kamu lihat nggak sih kakak lagi belajar?"
"Abis kakak lama sih."
"Kakak gak mau ngasih uang sama kamu. Kamu terlalu boros Dira. Kita itu harus hemat."
Mendengar keributan antara Angga dan Nadira, Karin pun menghampiri mereka.
"Kak Angga nyebelin! Kak Karin, kak Angga jahat!" rengek Dira.
"Kak Angga bener Dira, kita itu harus hemat."
"Kalian nyebelin, aku benci sama kalian, seandainya ayah masih hidup semua yang aku mau pasti dituruti."
Setelah itu muncul niat buruk di benak Dira, ia akan mengambil uang kiriman bunda di laci Angga.
"Kalo Kak Angga nggak mau ngasih uang, aku akan ngambil uang itu sendiri. Siapa suruh pelit sama Dira." pikir Dira.
Sesampainya di kamar Angga, ia langsung mengambil uang yang ada di laci meja Angga.
"Woah, banyak banget! Mau diapain ya?" pikir Dira.
Dira benci kepada kedua kakaknya, akhirnya ia berniat untuk mengadu domba keduanya. Ia menaruh setengah uang yang ada di laci meja Angga ke lemari Karin.
"Biar tahu rasa kak Karin, siapa suruh nggak belain Dira."
***
"Kak anterin Karin belanja ya!" pinta Karin.
"Bentar, kakak selesaiin dulu tugas kakak."
"Ya kak."
"Kamu ada uang apa nggak?"
"Kemarin kan kakak belum ngasih."
"Oh iya, kakak lupa. Sebentar kakak ambil di kamar."
Betapa terkejutnya Angga setelah melihat lacinya tinggal setengah.
"Karin, Dira! Sini kalian!"
"Iya kak, ada apa?" jawab Karin dan Dira bersamaan.
"Uang yang kakak taruh dilaci kok tinggal segini, apa ada yang ngambil?"
"Aku nggak tahu kak, dari kemarin aku nggak masuk kamar kakak." ucap Karina.
"Aku juga nggak tahu kak, kemarin aja kakak nggak ngasih." sahut Nadira.
"Beneran kalian nggak tahu! Jangan bohong ya kalian! Kalo nggak ada yang ngaku kakak akan periksa kamar kalian."
"Silahkan kakak periksa kamar kami, yang jelas kami nggak ngambil uang kakak." jawab Karina dengan tegas.
Setelah memeriksa kamar Karin betapa terkejutnya Angga melihat setumpuk uang di lemari pakaian Karin. Ia tidak menyangka bahwa adiknya yang ia kira baik dan jujur mengambil uang yang bunda nya berikan untuk keperluan mereka selama dua bulan.
"Karin, ini apa?"
"Sukurin, kamu kak. Haha." batin Dira.
"Kok bisa! Demi Allah kak, Karin nggak ngambil uang itu."
"Kamu pikir uang bisa jalan sendiri?"
"Tahu nih kak Karin, tampangnya aja baik tapi kok gitu ya." Dira merasa puas karena rencananya berhasil.
"Diam kamu Dira! Bukannya kakak nggak percaya sama kamu Karin, tapi buktinya ada di lemari kamu. Kalo bukan kamu yang ngambil terus siapa? Kalo kamu butuh uang kan bisa minta ke kakak nggak perlu gini caranya Karin."
"Aku nggak ngambil uang itu kak, aku berani sumpah." Karin tak kuasa membendung air matanya, baru kali ini Angga memarahinya.
"Kakak kecewa sama kamu Karin."
Setelah Angga dan Dira keluar dari kamarnya, Karin menangis sejadi-jadinya. Ia tidak habis pikir bagaimana uang itu bisa berada di kamarnya.
#tobecontinue
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home ✔
Teen FictionKeluarga adalah tempat di mana seseorang mendapatkan perlindungan, kenyamanan, serta kasih sayang. Keluarga juga merupakan tempat di mana seseorang berbagi suka dan duka. Namun bagaimana jika salah seorang anggota berusaha memecah belah keluarganya...