"18"

25.3K 843 58
                                    


"Dira kecelakaan, bun."

Seketika itu pula air mata bunda mengalir membasahi pipi. "Sekarang Dira di mana, Rin?" tanya bunda.

"Di rumah sakit yang sama dengan kak Angga, bun. Rumah Sakit Sehat Sentosa."

Seketika bunda segera meninggalkan supermarket menuju rumah sakit. Ia ingin segera mengetahui bagaimana kondisi anak bungsunya.

***

Setelah cukup lama Karin dan bunda menanti di ruang tunggu, akhirnya dokter yang menangani Dira keluar dari ruang IGD. "Dengan keluarga Nadira Lestari?" tanya sang dokter.

"Saya ibunya, dok. Bagaimana kondisi anak saya?"

"Dikarenakan benturan yang sangat keras pada kepala saat kecelakaan, sehingga anak ibu mengalami gagar otak. Dan saat ini kondisi Nadira kritis. Kami belum bisa memastikan kapan Nadira akan siuman." jelas sang dokter.

"Ta..tapi anak saya bisa sembuh seperti sedia kala kan dok?"

"Kami belum bisa memastikan, bu. Kita tunggu saja sampai Nadira siuman. Saya permisi."

"Hiks..hiks.. Karin.. kenapa semuanya jadi seperti ini? Apa salah bunda?" racau bunda sambil memeluk Karin.

"Bunda nggak salah, mungkin saat ini Allah sedang menguji kesabaran kita, karena Allah tahu kita mampu menghadapi semua ini. Allah nggak mungkin memberi cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Jadi kita harus yakin bahwa kita mampu menghadapi semua ini, bun."

***

"Kak Angga tahu nggak?" tanya Karin. Ia tahu Angga belum siuman sejak seminggu yang lalu. Tetapi ia hanya ingin mencurahkan perasaannya kepada kakaknya untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. "Dari kemarin bunda nangis terus. Bunda sedih, kak Angga sama Dira sakit. Kakak nggak kasihan sama bunda? Kak cepet bangun ya! Supaya kita bisa menghibur bunda, supaya bunda nggak sedih lagi. Karin kangen sama kakak."

Hening. Karin mencoba menetralkan suaranya yang mulai bergetar.

"Kak, tahu nggak? Aku kecewa banget sama Dira. Aku juga baru tahu beberapa saat lalu dari temannya kalo Dira itu nggak lulus. Ternyata karena itu Dira jadi kecelakaan. Dia nggak tahu apa, kalo itu membuat beban pikiran bunda berlipat-lipat? Udah nggak lulus, kecelakaan lagi."

Meskipun Angga tidak merespon apapun yang Karin katakan, tetapi Karin tetap mengajak Angga bicara. Ia harap, dengan itu Angga bisa segera siuman.

Tanpa Karin sadari, bundanya telah mendengar semua yang ia katakan pada Angga. Sang bunda telah berada di ambang pintu. Namun ia memutuskan untuk tidak masuk agar tidak mengganggu Karin yang sedang mencurahkan isi hatinya. Ia tahu, Karin tidak bercerita kepadanya karena tidak ingin menambah beban sang bunda. Karin perlu seseorang untuknya berbagi.

Setelah Karin selesai, bunda pun menghampirinya. "Rin, gimana Angga?" tanya bunda.

"Eh, bun, sejak kapan bunda di situ?"

"Ditanya bukannya jawab kok malah balik tanya." goda bunda.

"Hehe, kak Angga masih sama seperti kemarin, belum kunjung sadar. Bun, donor ginjal buat kak Angga belum ada, ya?"

"Huft, belum. Kita berdoa saja semoga cepet ada orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya buat Angga."

"Amiinn. Semoga."

***

Dua hari pasca kecelakaan akhirnya Dira pun membuka matanya, "Bun.." panggil Dira.

Broken Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang