Story 1

20.1K 1.5K 4
                                    

Mata hitam bulatnya terbuka tepat setelah ia melihat dari belakang sosok dirinya bersama seorang pria tengah mengucap janji di depan altar pernikahan.

"Lagi-lagi mimpi itu." gumamnya yang kini terduduk di atas kasur merah muda miliknya.

"Hai Yeri? Kau sudah bangun?" tanya anak kecil perempuan di hadapannya.

Yeri tersenyum pada gadis yang mirip dengannya itu. Ya dia Ye eun adik kecilnya.

"Yebugi cepatlah bangun!" ledek adik kecilnya itu.

Yeri memajukan tubuhnya mendekati perempuan kecil dengan kucir kuda itu. Tangannya menggapai pipi Yeeun lalu mencubit pipi Yeeun. "Kenapa kau selalu memanggilku dengan sebutan itu hmm?"

"Sakit..." rengek Yeeun membuat Yeri melepaskan tangannya dan tertawa melihat pipi Yeeun yang memerah.

"Cepatlah mandi. Ayah akan mengantarmu." kata wanita yang kini muncul di balik pintu. Yang langsung Yeeun peluk setelah memanggilnya dengan sebutan "ibu".

Yeri mengernyitkan kening merasa ada yang aneh. "Kenapa hanya ayah yang mengantar? Ibu bagaimana? Dan kenapa hanya mengantar? Kalian tidak ingin menghadiri acara kelulusanku?" tanya Yeri tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Ibunya tersenyum lirih. "Nenek dan Kakek mengundang kita untuk datang ke rumahnya. Dan setelah acara kelulusanmu kau harus datang bergabung dengan kami."

"Nenek dan kakek? Kenapa kalian lebih memilih untuk menemui mereka yang beberapa tahun belakangan ini tidak peduli pada kita daripada datang merayakan acara kelulusanku?" tanya Yeri sinis.

"Cepatlah mandi setelah itu sarapan dan ayah akan mengantarmu." kata sang ibu seolah tidak peduli dengan protes Yeri.

Setelah ibunya meninggalkan kamar Yeri bersama Ye eun. Yeri masih terdiam di kasurnya. Ia benci pada nenek dan kakeknya. Ia tahu siapa kakek dan neneknya dan setelah kejadian beberapa tahun lalu tepat setelah dirinya baru saja menginjak kaki di sekolah menengah atas. Kejadian yang membuat ayahnya hampir tercoret dari daftar nama keluarga mereka hanya karena ayahnya difitnah oleh salah seorang pamannya Yeri. Kakek dan neneknya yang tahu kejadian sebenarnya justru lebih memilih keluarga Yeri untuk menjauh.

Namun kini apa yang terjadi?

Mengapa mereka harus menemui ayah dan ibunya di hari ini?

Yeri mendengus. Setelah mimpi menyebalkan yang belakangan ini terus menghantuinya kenapa sekarang dia harus menerima kenyataan menyebalkan ini?

***

"Tuan muda, ada telepon dari ibu anda." kata kepala pelayan sambil memberikan teleponnya dengan sopan.

Laki-laki yang baru saja terbangun dari kasur itu langsung menyambut telepon itu dan menempelkannya di telinganya setelah kepala pelayannya pergi.

"Halo ibu?"

"Hei Jeon Jungkook bagaimana kau tahu ini ibu?" tanya sang ibu dari ujung telepon sana. "Apa ini sebuah video call?"

Jungkook mendesah. "Ayolah ibu jangan main-main. Siapa lagi yang meneleponku pagi buta begini selain ibu?"

"Tapi..."

"Tapi apa bu?"

"Tapi ini sudah siang." kata sang ibu.

"Siang?" Jungkook langsung mengambil jam di atas laci samping kasurnya untuk melihat jam sekarang. "Astaga aku ahrus berangkat."

"Kau mau kemana? Jangan lupa kau ada janji dengan keluargamu."

Bukannya menjawab Jungkook justru mematikan teleponnya. Ia sudah punya janji. Walaupun ia memang bukan laki-laki baik tetapi ia paling tidak bisa mengingkari janji.

***

"Ayolah jangan menekukkan wajahmu terus." goda Joy pada Yeri.

"Tapi ini menyedihkan disaat seluruh keluarga seharusnya ada disini aku malah sendirian."

"Setidaknya orangtuamu masih lengkap." gumam Joy lirih.

Mendengar kata-kata Joy membuat Yeri merasa bersalah. "Astaga aku lupa. Aku masih memiliki seseorang."

"Siapa? Kau punya pacar?" tanya Joy dengan mata yang berbinar. "Rupanya mimpimu selama ini akan menjadi kenyataan."

Mimpi? Ah iya Yeri hampir saja melupakan mimpinya itu tetapi Joy justru mengingatkannya.

"Sudahlah jangan bahas mimpi aneh itu lagi. Aku sudah muak mengingatnya." kata Yeri kesal.

"Ah iya maafkan aku. Lalu siapa? Siapa yang kau punya?" tanya Joy menatap Yeri serius sementara yang ditatap tertawa menggoda.

"Kau. Aku masih memilikimu Park Sooyoung."

"Aahh... Yeri-ah..." kata Joy memeluk Yeri dan langsung disambut pelukan Yeri.

"Astaga dia tampan sekali." kata beberapa murid di sekitar Joy dan Yeri.

Dan mata mereka tampak tertuju kearah suatu tempat yang kini tampak cukup dikerubungi.

Joy yang penasaran menarik tangan Yeri dan menembus kerumunan.

Joy mendengus. "Rupanya benar. Karena mereka."

Yeri menatap dan melihat Yein salah satu murid terkenal di angkatannya itu tengah bersama seorang laki-laki yang tidak di kenal sementara ada enam laki-laki lain tampak berdiri di sekitar mereka.

"7 bulletproof boys." gumam Joy sementara Yeri bingung.

"Apa itu?"

"Sebuah kelompok yang berisi tujuh laki-laki yang merupakan kalangan atas dan ya salah satunya adalah kekasih Yein dan pasti dia. Jeon Jungkook cucu dari keluarga Jeon yang terkenal."

Yeri hanya melotot mendengar kata-kata Joy dan percayalah Yeri tidak mengerti. Dan akhirnya Yeri memberanikan diri untuk melihat mereka dan entah kenapa ada jeda disaat Matanya dan mata laki-laki yang berdiri tepat di samping Yein bertemu.

Laki-laki itu tersenyum. Dan jantung Yeri?

Tentu saja masih baik-baik saja. Karena Yeri bukan tipe perempuan yang suka jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Apa tidak ada hal yang lebih menarik dari ini? Aku rasa segera pulang adalah keinginanku sekarang." gumam Yeri yang hanya di tatap heran Joy.

Married to Bad Boy (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang