8 bulan kemudian...
"Apa kau yakin tetap akan berangkat kuliah?"
Yeri menoleh dan tersenyum pada suaminya itu. Sudah ratusan kali ia melakukan senyuman seperti ini, karena setiap kali Yeri akan berangkat kuliah Jungkook selalu mengkhawatirkannya dan Yeri tentu saja selalu sabar meyakinkan suaminya itu.
"Aku masih baik-baik saja. Aku masih bisa berjalan. Aku masih bisa berpikir. Bahkan aku masih bisa menciummu." kata Yeri yang kemudian terkekeh.
"Tapi bukankah hari ini hari perkiraan lahir anak kita?" tanya Jungkook.
Yeri mengangguk. "Itu hanya hari perkiraan. Kita kan tidak tahu tepatnya kapan. Kalaupun hal itu terjadi. Bukankah kau berjanji akan selalu ada disisiku?"
Jungkook mendesah. "Ya kau benar. Tapi tetap saja..."
Yeri mencium bibir Jungkook sebelum Jungkook melanjutkan kata-katanya lagi. "Istrimu ini adalah perempuan yang kuat. Buktinya dia bisa menikah dengan badboy sepertimu."
Jungkook melepaskan tautan bibir mereka. "Tapi tetap saja. Ini sulit karena aku harus menjaga dua orang sekaligus." protes Jungkook.
Entah kenapa semenjak ia hamil, Jungkook selalu terlihat manis di matanya. Sikapnya seperti seorang anak kecil yang tengah berusaha menjadi orang dewasa.
"Kalau begitu kau harus membuktikan jika kau adalah laki-laki hebat yang bisa melindungi dua orang sekaligus." kata Yeri yang kemudian tersenyum sambil melirik jahil pada Jungkook. "Kau tidak boleh hanya semangat saat membuatnya saja."
***
"Hei? Bisa kau lepaskan tanganku? Aku harus ke kelas." kata Yeri saat Jungkook terus saja menggenggam tangannya sejak mereka tiba di Kampus.
"Aku tidak mau berpisah denganmu. Kita pulang saja bagaimana?" ajak Jungkook yang berhasil membuat Yeri emtah sudah berapa kali tersenyum pada suaminya itu dalam waktu sehari.
"Anakku ingin memiliki ibu yang pintar dan ayahnya juga." jelas Yeri. "Jadi ayo lepaskan tanganku sebelum aku terlambat." jelas Yeri yang perlahan melepaskan tangan Jungkook. "Nanti kita bertemu lagi. Percaya padaku. Anakmu dan aku akan baik-baik saja. Jadi tolong lepaskan dulu tanganmu ini Tuan Jeon."
Jungkook menyerah dan akhirnya melepaskan tangan Yeri dengan terpaksa. "Ingat kalau ada apa-apa kau harus menghubungiku."
Yeri mengangguk lagi sambil tersenyum. "Siap Kaptain."
***
"Astaga aku kira kau tidak akan datang ke Kampus hari ini." Kata Wendy yang langsung menyambut Yeri dan membantu Yeri berjalan menuju bangku nya.
Yeri tersenyum pada Wendy yang kini membantunya berjalan. Yeri memang kuat hanya saja bagaimanapun juga rasa berat saat mengandung terutama sudah sembilan bulan ini membuat ia memang kesulitan untuk bergerak tidak seperti dulu.
"Kau benar-benar perempuan tertangguh yang pernah aku temui." kata Wendy memuji Yeri setelah kini ia dan Yeri sama-sama duduk di bangku yang berdekatan. "Kau bisa tahan saat menikah dengan badboy seperti Jungkook saja sudah hebat. Apalagi sekarang kau hamil anak si badboy dan kau masih bisa kesana kemari padahal usia kandunganmu sudah sembilan bulan. Kau akan menjadi super mommy."
Yeri terkekeh mendengar pujian yang bertubi-tubi dari Wendy. Karena jujur saja sebulan ini Wendy terus mengatakan hal yang sama pada Yeri. Bosan? Tentu saja tidak. Kapan lagi Yeri mendengar pujian-pujian bagus dari orang-orang.
"Kau bisa saja. Aku menjadi senang terus jika kau terus memujiku seperti ini." kata Yeri yang membuat Wendy tertawa.
"Kau memang pantas dipuji. Terlebih kau sudah jadi salah satu penulis novel hits." Junhoe tiba-tiba ikut berada di antara obrolan mereka. "Seandainya kau belum menikah-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Bad Boy (Sudah terbit)
FanfictionKim Yerim baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atasnya dan apa yang didapatnya kini? Orang tuanya justru memberikan Yeri hadiah seorang suami. Jeon Jungkook suami Yeri yang adalah cucu dari keluarga Jeon yang merupakan salah satu keluarga terkaya d...