Chapter 06

852 26 0
                                    

Bell pulang sekolah udah berlalu. Hari ini, gue berniat ke toko buku, mau cari novel humor. Mungkin ajak Vale aja kali ya, dia kan bisa beli novel romance juga.

Gue berniat memberi tahu Vale sekarang, tapi bunyi dering handphone Vale menyahut terlebih dahulu, mencegat gue yang ingin mengajaknya ke toko buku.

"Hallo assalamualaikum? hm ... males ikut ah ... iyadeh iya, sip." Ujar Vale pada orang yang menelepon sebelum memutuskan sambungannya.

"Sha, gue ada acara keluarga nih, jadi enggak bisa lama-lama di sekolah. huhh," kata Vale.

"Iya gapapa kok, Le." kata gue. Mau bagaimana lagi? Vale udah fix enggak bisa di ajak buat ke toko buku.

"Yaudah, Sha. Gue pulang duluan ya! gue udah di jemput!" teriak Vale sambil berlari kecil ke arah mobil sedan berwarna hitam.

Gue hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengangkat jepol gue mengisyaratkan 'okesip'.

Yah, rencananya kan mau ke toko buku, kalo enggak ada Vale, gue sendiri dong.. ah yowes toh, aku rapopo.

Kenapa gue mendadak jawa gini.

"Enggak pulang?" tanya orang bersuara berat di belakang gue. Gue pun berbalik menghadapnya mencoba melihat siapa yang bertanya.

"Oh entar," kata gue sambil tersenyum kepada Levan.

"Oke, gue duluan." Pamit Levan sebelum berjalan ke arah parkiran untuk mengambil motornya.

Semenjak gue suka ngeledekin Levan. Gue jadi -lumayan- deket sama dia. Terlebih lagi, gue udah ngasih tau aib sang Levan ke Vale. Abislah dia! diledekin gue sama Vale yang membuat mukanya merona. Tapi hal itu justru membuat kami dekat. Seperti sahabat.

Ah udah mulai sepi kan, sendiri deh. Yaudahlah.

Gue pun beranjak dari tempat dan berjalan kaki menuju toko buku. Ya, toko buku memang enggak terlalu jauh dari sini. Sekalianlah olahraga.

Mana ada olahraga tengah hari gini? gue terkekeh memikirkan hal tersebut.

Sampailah gue di Toko Buku Sinar Bumi. hah?  Yah gue akuin nama tokonya juga rada enggak masuk akal. Gue juga enggak tau siapa yang namain toko ini, tapi itu enggak penting.

Gue masuk ke toko buku tersebut, terdengar suara lonceng yang berdenting di kala gue masuk. Banyak buku yang berjejer rapih disana. Gue pun nyari ke bagian novel-novel humor. Novel yang kadang-kadang lawakannya jayus tapi sukses bikin ngakak.

Ditangan gue sekarang udah ada tiga buku. Yups, ketemu juga akhirnya novel yang menurut gue bagus. Soalnya udah keliatan dari sinopsisnya.

Gue pun menuju kasir untuk membayar buku-buku ini. Seusai membayar, gue melangkah keluar dan berjalan menuju cafe terdekat yang biasa gue datengin untuk santai dan baca-baca buku baru yang gue beli.

CaffetoDiary

Tulisan itu tercantum di depan cafe tersebut. Cafe ini menyediakan menu utama yaitu kopinya. Kopi di cafe ini enak-enak banget, bikin tenang dipadu dengan suasana cafe.

Cafe ini juga unik memiliki tempat khusus yang biasanya di datengi oleh orang-orang, dari remaja sampe yang udah tua. Yaitu tempat dimana kita bisa mancurahkan isi hari kita, mungkin ini alasan kenapa dinamakan CaffetoDiary. Kita bakal di kasih beberapa kertas unyu yang warna-warni dan kita bisa mencurahkan apa saja isi hati kita disana, setelah itu kertas akan di tempelkan di tembok-tembok ruangan khusus tersebut. Ruangan itu sangat luas dan bebas di masuki siapapun. Itu bisa jadi hiburan tersendiri menurut gue, karena bisa liat curhatan dan aib-aib orang yang aneh-aneh isi tulisannya. HAHA.

Gue melangkah masuk dan mencari tempat duduk yang terlihat tenang untuk di tempati. Akhirnya gue dapet tempat duduk yang deket jendela yang menghadapkan ke taman belakang cafe ini yang di penuhi berbagai tanaman hias untuk memperindah.

Gue memanggil pelayan, setelah pesanan gue sebutkan, pelayan tersebut berlalu dari hadapan gue setelah berucap, "mohon di tunggu".

Sambil menunggu, gue mengeluarkan novel yang tadi gue beli, dan mencopot plastik yang membungkus. Gue pun mulai fokus terhadap buku bacaan ini.

Enggak lama, Pelayan laki-laki datang membawakan piring berisi Cheese cake dengan saos strawberry di atasnya dan segelas HotChocho.

"Makasih mas," kata gue.

"Iya, apa ada yang ingin di pesan lagi?" tanya pelayan itu.

"Nggak, makasih." kata gue.

"Baik, silahkan menikmati." katanya setelah itu berlalu dari meja gue.

Gue pun membaca novel sambil terus mencomot makanan yang gue pesen tadi. Enggak terasa cakenya udah abis, padahal baca satu bab aja belom. Kebiasaan.

Akhirnya gue cuma minum sisa HotChoco gue.

Gue terus membaca hingga berenti di bab lima karena ada seseorang yang duduk di depan gue. Ternyata pelayan laki-laki yang mengantarkan pesanan gue tadi.

Gue menatapnya bingung. Dia yang menyadari adanya tatapan langsung menengok ke arah gue.

"Maaf ya mbak, saya duduk disini sebentar. Soalnya capek, bangkunya enggak ada yang kosong." kata pelayan tadi.

Gue hanya mengangguk paham. Kalo diliat dari mukanya dia terlihat masih muda dan lumayan juga gantengnya, tapi masih gantengan Levan. Kok Levan sih? ih.

"Oke mas," kata gue.

"Jangan panggil mas, mbak. Panggil aja Reno." katanya sambil mengulurkan tangannya.

Wah modus! Modus! yee

Karena enggak enak, gue menjabat tangannya terpaksa dan langsung menarik lagi.

"Kalo nama mbak siapa?" Tanyanya.

Ye gue timpuk juga nih ye

"Buat?" tanya gue sambil mengangkat alis.

"Yah gapapa. Siapa tau kita bisa jadi temen?" Kata Reno.

"hm ... Alis," kata gue.

"Hah? Alis?" Tanyanya sambil mengkerutkan dahinya.

"Iya nama gue Alis, kenapa?" Bodo amatlah. Enggak boong juga kok, nama gue kan ada 'Alis'nya. Memikirkan tentang Alis gue jadi ngebayangin benda yang ada di atas mata gue ini. Ah, abaikan.

"Oh, oke Alis, salam kenal yah." katanya.

Setelah itu gue dan Reno ngobrol sampe enggak terasa hari menjelang sore. Ternyata Reno anaknya enak di ajak ngobrol dan juga easy going. Lumayanlah, dapet temen baru. 

"Eh udah sore nih, gue pulang dulu ya." Pamit gue ke Reno. Rada bingung juga sih, apa dia enggak takut di pecat gara-gara bukannya kerja malah santai. Sedangkan pelayan lain terlihat kualahan dengan pelanggan yang semakin sore semakin ramai.

"Oh iya, hati-hati ya." Kata Reno. Gue pun meninggalkan Cafe dan pulang ke rumah setengah 6 sore.

Gue langsung duduk di sofa ruang tamu. Mama datang dari dapur dengan mangkuk merisi tumis kangkung. Mama melotot pada saat ngeliat gue. Apa ada yang salah?

"Dari mana aja kamu? kenapa baru pulang?" tanya mama sambil melotot. Gue menepuk jidat. Ohiya! lupa bilangin Mama kalo tadi mau ke toko buku dulu! ah

"Apa, huh? Lupa?" Tanya Mama masih dengan pelototannya itu.

"Iya Ma, lupa. Tadi aku ke toko buku dulu terus ke Caffe yang biasa aku datengin itu loh," kata gue.

"Yaudah kamu mandi sana. Abis itu kesini buat makan malem entar!" Perintah Mama.

"Iya iya," jawab gue malas.

*** 

A/n :

Yowes lah...

AlishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang