Chapter 12

705 24 2
                                    

Alisha POV

"Ih kakkk! Cepet buka pintunya ih! Nanti gue telat nih!!"

Ceklek!

"Lo mau liatin gue mandi? tuh gue buka pintunya."

Apa-apaan itu?

Dengan buruknya keran air kamar mandi di kamar gue mati dan sekarang gue di depan kamar mandi kak Brian nungguin dia mandi macam anak perempuan, lama banget.

Dan barusan apa. Masa iya gue bakal nungguin dia mandi sambil di buka pintunya. Nanti kalau mata gue bermasalah -bintitan- gimana? Mana Kak Brian hanya bermodal handuk dengan kepala yang masih penuh busa shampoo.

"Apaan sih lo? ew. Tutup ah!" ujar gue.

"Labil. Katanya tadi suruh buka pintunya," ujar kak Brian sambil menggosokan tangannya ke rambut untuk meratakan samphoo.

"Heh mata gue woi! Ini masih polos. Enggak baik liat macam lo gitu." kata gue sambil melirik badannya yang berotot karena memang Kak Brian suka olahraga. Enggak kaya gue.

"Eh gue sumpahin bintitan lo lirik-lirik!"

bugh! tertutuplah pintu.

"Dih! siapa juga yang mau liat badan lembek kayak gitu! pantesan mandinya lama!" teriak gue sambil menggedor-gedor pintu.

"Enggak nyambung odong!!" jawabnnya dari kamar mandi.

***

"Pak! Pak Udin! buka dong, Pak. Saya telatnya enggak sering ini kok, Pak." teriak gue pada Pak satpam sekolah yang malah duduk santai di pos.

"Enggak bisa, neng. Enggak boleh tuh sama kepseknya. Mending sih eneng pulang aja, tidur enak di rumah." ujarnya sesat.

"Yaelah Pak! kalo enggak ada ulangan juga, saya enggak bakal panik gini pak! Tolong lah Pak!"

"Peraturan di sini ya neng, kalo telat ya pulang. Enggak boleh masuk." kata Pak Udin.

"Yah pak! Saya ulangan nih!"

"Hm ... Janji ya neng, enggak telat lagi!" ujarnya.

"Enggak bisa Pak! Saya takut dosa kalo mengingkar!"

"Jadi eneng berniat telat lagi?!" tanyanya.

"Ya enggaklah. Yaudahlah, Pak. Bukain dong,"

"Yaudah. Awas telat lagi loh! Saya enggak mau bukain lagi!" kata Pak Udin.

"Iya, Pak. Iya." ujar gue.

Pak Udin pun ngambil kunci dan segera membuka pintu gerbang.

"Makasih ya Pak Udin!" teriak gue sambil berlari menuju kelas.

Berdiri mematung di depan kelas, gue liat Pak Ruli berjalan mengitari meja anak-anak, mengawasi yang sedang ulangan.

"Ash! mampus mampus mampus!" ujar gue.

Tarik nafas, hembuskan. Huhhh.

Tok! Tok!

Saat itu tatapan tajam Pak Ruli pun bagaikan menembus pintu. Gue pun membuka pintu perlahan.

"Alisha!" teriak Pak Ruli kejam.

"Y-ya Pak? Maaf pak saya telat." ujar gue terbata melihat kilatan tajam bagaikan petir di mata Pak Ruli. Dan malunya, di liatin seluruh isi kelas.

"Beri satu alasan yang terbaik!" perintahnya.

Duh apaya..

"Macet Pak!" ucap gue sambil melirik Pak Ruli yang tetap diam sambil melototi gue, "Uh tadi kamar mandi saya rusak Pak! makanya ngantri juga." lanjut gue.

Kulihat banyak yang cekikikan. Kecuali Vale dan Levan hanya diam melihat gue.

"Saya minta satu! bukan dua!" marah Pak Ruli.

"Iya, Pak. Dua-duanya bener." jawab gue.

"Kali ini. Kamu enggak diperbolehkan untuk ulangan! kamu saya hukum, lari di lapangan sepuluh kali!" suruhnya.

Se-Sepuluh?!!!!! asdfghjkl! Apa-apaan!?!!

"Ta-tapi, Pak! Nilai saya gimana?" tanya gue.

"Kamu ulangan susulan di ruangan saya!"

Shit lah.

"I-iya Pak!"

Gue pun turun ke lantai satu menuju lapangan yang luas banget kalo buat lari sepuluh kali. Astaga.

Satu ... dua .... tiga ....

hosh hosh hosh

Ini baru tiga puteran! Ya ampun! Masih ada tujuh lagi!

Begitu pun seterusnya sampe tujuh puteran. Gue udah enggak kuat. Belum lagi tadi buru-buru dan belum sempat sarapan.

Kring!!!!

Itu pasti bel istirahat.

"tiga lagi, Sha. Pasti bisa." Ucap gue lebih kepada diri sendiri.

Tiba-tiba perut gue panas. Rasa nyeri merambat hingga kepala. Rasa mual menyerang. Buru-buru gue pergi ke toilet tapi rasa nyeri di kepala dan rasa panas terus menjalar. Rasanya jalan aja udah susah. Dengan gontai, gue tetep jalan menuju toilet karena udah enggak tahan untuk mengeluarkan seluruh isi perut.

"Sha? Sha! Lo enggak-"

Sebelum melihat orang yang memanggil gue itu, gue udah jatuh. Pusing terus menyerang, membuat mata kunang-kunang, tak terlihat jelas. Gue mengerang kesakitan sambil memijat kepala berupaya agar pusing itu hilang.

"Sha!"

Semuanya pun gelap.

****

A/n: Vote and comment. Makasih ya yang udah mau baca :)

AlishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang