Chapter 20

559 22 5
                                    

"HAPPY ANNIV!!" 

Alisha menutup telinganya sambil memandang tajam sahabat sebangkunya itu. Oh siapa lagi kalau buka Valecia. Sudah dapat di duga olehnya Vale akan bertindak seperti ini setiap ia baru datang di tanggal 11 yang bertepatan hari jadinya. Sudah lima kali iya mendengarnya, yang berartikan lima bulan sudah ia berhubungan dengan Reno.

"Hehe muuph qhahqa eak," ujar Vale setelah puas melihat wajah kesal sahabatnya. Ya, walaupun ini hari bahagia untuk sahabatnya tetapi tetap saja ia tau jika Alisha akan kesal jika ia berteriak di depan kuping sahabatnya itu.

"Berisik cung! huh," ujar Alisha malas sambil menelungkupkan kepala diantara kedua tangannya. Valecia menatap bingung orang disebelahnya yang bertingkah tak seperti biasanya.

"Loh, kenapa? kan ini hari jadi lo ke 5 bulan kan? kok bete gitu sih," tanya Valecia sambil menyeringitkan alisnya.

Alisha mengangkat wajahnya menatap sahabat disebelahnya. "Masa kan biasanya Reno itu ngucapin gue pagi-pagi. Tapi pas tadi gue cek handphone, gak ada notif samasekali. Apa dia lupa?" ucap Alisha cemberut lalu menelungkupkan kepalanya lagi.

"Ya, hm mungkin dia sedikit lupa. Ya kalopun lupa juga kan gasengaja ...mungkin," ujar Vale sambil menaikan kedua bahunya. Jujur saja ia tak tau mau mau menjawab apa. Tapi hanya itu yang keluar dari mulutnya untuk mengembalikan mood sahabatnya.

 "Ih Vale ...." rengek Alisha.

Tiba-tiba Vale mendapatkan colekan di bahunya, reflek ia langsung menghindar. "Eh apan col--" ek-colek tambahnya dalam hati.

"Oh apaan si, Van? Pake nyolek segala," ujar Valecia setelah menyadari yang mencolek dirinya itu Levan.

Levan membalas dengan cara melirik Alisha yang masih sibuk menelungkupkan kepalanya. Seakan-akan berbicara 'Kenapa-dia". Valecia mengangkat bahunya sambil berkata, "Galau dia,"

Levan langsung menebak ada something diantara Alisha dan Reno mengingat sekarang tanggal 11, hari jadi mereka. Biasanya pasangan akan senang tetapi berbeda dengan Alisha yang saat ini yah terlihat hm mengenaskan? entah.

Levan lalu membalas perkataan Valecia hanya dengan anggukan tak berniat untuk mencari tau apa penyebabnya. Sudah cukup ia memperhatikan Alisha dari jarak jauh tanpa diketahui Alisha bahwa ia mempunyai 'sedikit' rasa.  Ya, seharusnya sih sedikit.

Lagi-lagi ia mengingat gelang yang dibelinya. Masih tersimpan baik di kotak yang sengaja ia beli untuk menaruh gelang tersebut. Hanya untuk gelang itu.

***

"Sotonya tiga sama teh manisnya dua ya, Pakde." pesan Alisha pada penjual soto yang menjual tidak jauh dari sekolah. Ia dan kedua sahabatnya memilih makan disini setelah pulang sekolah karena Vale yang ribut lapar ingin memakan secepatnya. Dan disinilah tempat paling dekat, lagipula soto Pakde juga tak kalah lezat dengan masakan Restaurant.

"Ohiya, dek. Tunggu sebentar ya," ujar seorang paruh baya yang menjual soto.

Alisha pun menjawabnya hanya dengan senyum dan anggukan. Lalu kembai ke meja yang sudah ditempati oleh Valecia dan Levan. Alisha mendengus melihat wajah salahsatu sahabatnya itu. Mengambil tisu di depannya, lalu ia lemparkan ke wajah Vale.

"Sabar, mupeng banget si ngeliatin si Pakde," dengus Alisha.

"Ish, gue liatin sotonya tau!" Alisha hanya terkekeh melihat jawaban sahabatnya. Sedangkan Levan hanya menampilkan senyum tipis nya melihat  itu.

Tak lama si Pakde datang membawakan soto yang diidamkan Vale daritadi. Mereka pun makan dengan diamnya sambil sesekali melihat Vale dengan melotot karena Vale yang tak bisa pelan. Dasar bule sableng.

AlishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang