Chapter 18

560 26 2
                                    

Alisha turun dari mobil merah Brian setelah sebelumnya mencium pipi sang kakak. Ia sedikit merapihkan seragamnya lalu dengan santai masuk melewati gerbang sekolah.

"Wleee, saya enggak telat lagi kan Pak!" ledek Alisha ketika melewati Pak Udin yang sedang duduk di depan pos memperhatikan siswa-siswi yang masuk. Melongo, Pak Udin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat siswa murid yang sering telat itu melewatinya dengan bangga. Tumben tidak telat, pikirnya.

Alisha menyelonong masuk ke kelasnya yang masih sepi walaupun terlihat ada yang sudah datang beberapa, tetapi sahabat-sahabatnya itu belum terlihat. Ia bangga sekali karena ia yang notabenenya telat terus, hari ini pengecualian untuknya.

Bruk!

Setelah pantatnya mendarat di bangku dengan kasarnya, ia bingung apa yang harus dilakukan. Ia berencana nunggu sahabat-sahabatnya itu di luar kelas.

Bisa mati karena gabut disini, pikirnya.

Berdiri, Alisha melangkah keluar kelas untuk menunggu sahabat-sahabatnya. Tak lupa ia mengambil handphonenya di tas untuk menemaninya.

"Ish, ternyata dateng Pagi gaenak juga. Bete," gumamnya pelan.

Melewati pintu,

Bruk!

"Aw! Liat-liat kek! Kalo jalan!" ujar Alisha. Pagi-pagi udah ngajak ribut aja, gumamnya dalam hati.

"Sorr-- Oh elu," ujar seseorang yang menabraknya. Alisha merasa suara itu tidaklah asing ditelinganya. Mendongak, Ia mendapati salahsatu sahabatnya.

"Akhirnya! Ada temenya gue." syukur Alisha.

"Emang gue temen lo." jawab Levan datar, sangat menusuk.

Beh sakit, gumam Alisha mengelus dadanya.

"Ih!" ujar Alisha gusar.

"Tumben ga telat." ujar Levan mengabaikan Alisha yang kesal dibuatnya. Bahkan tambah kesal dengan kalimat yang ia lontarkan barusan.

"Huh! Yaiyalah gue masa telat mulu. Eh! Eh! Gue mau cerita nih," ujar Alisha berubah antusias. Levan hanya mengangkat alisnya melihat Alisha yang capat sekali berubah ekspresi dan membiarkan Alisha duduk dihadapannya.

Alisha memutar kursi mengahadap belakang agar lebih mudah menatap sahabatnya itu.

"Eh gue mau cerita nih! Hihi, mau tau ga?" ujar Alisha antusias.

"Enggak."

"Ih! Pokoknya harus dengerin!" ujar Alisha membiarkan. Belum sempat menjawab, Alisha sudah bercerita duluan.

"Nih, nih ya, semalem tuh---"

Flashback

"Ekhm, sebenernya aku mau ngomong sesuatu." ujar Reno menghentikan suasana hening itu. Alisha menengok dengan mata seriusnya.

"Apa?" tanya Alisha bingung.

"Hm, sebenernya aku cuma mau bilang kalo aku eh apa ya, duh, sebenernya aku cuma mau bilang kalo apatuh, itu, aku udah suka sama kamu. A-aku juga baru sadar waktu aku ajak kamu ke rumah aku yang di Puncak." ujar Reno gugup. Ia mencoba menahan gugupnya itu setengah mati. Tapi kelihatannya gagal, tetal saja gugup.

"Ha?" Alisha heran setengah mati mendengar itu. Jantungnya bahkan sudah berdegup kencang mendengar itu.

"Eh-iya. Kamu mau kan jadi pacar aku? Hm gitu." ujar Reno lagi.

"Gue--" ujar Alisha langsung diputus oleh Reno.

"Eh! Kalo gamau juga gapapa kok, Beneran! Sumpah!" sergah langsung terlihat panik, wajahnya sedikit berkeringat.

AlishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang