Bab 11

154 13 2
                                    

Seminggu telah berlalu dan ulangan yang menentukan kenaikan kelas sudah berakhir. Dan tibalah saat pembagian nilai kepada semua siswa.

“Ly, gue takut deh nilai gue rendah,” lirih Dyandra.

“Tenang aja Ra, gak usah tegang gitu. Nyelow,” ucap Lyra.

“Gimana mau tenang, gue kan harus masuk kelas unggulan nantinya,” ucap Dyandra.

“Ngapain lo pengen masuk kelas unggulan?” tanya Lyra heran.

“Yee, kan gue pengen jadi anak pintar Ly. Gak mau nakal lagi,” ujar Dyandra terkekeh.

“Hahah, baguslah kalau gitu. Nanti kalau gak ada gue lo bisa belajar sendiri,” ucap Lyra.

“Jangan ngomong gitu dong Ly, gue sedih ini,”

“Jangan sedih atuh mbaknya,” ujar Lyra pelan.

Seorang guru perempuan memasuki kelas dengan membawa hasil dari kerja keras mereka itu sekaligus menentukan kenaikan kelas.

“Selamat pagi semuanya, hari ini ibu ingin memberitahukan kepada kalian dan ini merupakan kabar baik untuk kalian semua. Kabarnya adalah, kalian semua naik ke kelas 12 dengan nilai rata-rata yang cukup memuaskan,” jelas Bu Sherly selaku wali kelas XI IPS 2.

Sorak sorai terdengar seisi ruangan kelas XI IPS 2.

“Dan di kelas ini terdapat satu siswa yang memiliki nilai Matematik tertinggi di kelas ini,” ujar Bu Sherly lagi.

“Siapa?”

“Mungkin Talitha,”

“Gue ya?”

“Semoga itu gue,”

Seruan siswa-siswi menebak siapakah yang mendapatkan nilai Matematika tertinggi itu.

“Harap tenang! Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi itu adalah Dyandra Bianca Chandra,” ujar Bu Sherly.

Seketika puluhan pasang sorot mata melihat Dyandra dengan tatapan tak percaya. Bagaimana tidak? Seorang siswi yang notabene adalah seorang yang nakal, tidak pernah taat, selalu terlambat, dan di cap merah di SMA Tunas Bangsa mendapatkan nilai Matematika tertinggi.

“Apa? Gue?” tanya Dyandra tak percaya.

“Iya Ra, lo,” ucap Lyra yang masih melongo.

“Iya Dyandra, saya harap itu adalah nilai murni yang kamu dapatkan dengan hasil kerja kamu sendiri,” ucap Bu Sherly tersenyum.

Bu Sherly membagikan hasil ulangan kepada semua murid kelas XI IPS 2. Dan mereka dinyatakan naik ke kelas 12.

“Lyra, gue gak nyangka banget nilai gue setinggi ini!” teriak Dyandra senang.

“Woi, jangan teriak-teriak, pecah gendang telinga gue dengerin tuh suara lo,” rutuk Lyra pada Dyandra.

“Abis gue seneng Ly. Senengnya pake banget!” seru Dyandra.

“Ya udah yuk pulang,” ajak Lyra.

“Ayoo!” pekik Dyandra.

“Tuhkan teriak lagi,”

Sorry,” kekeh Dyandra.

***

“Yah nilai gue,” lirih Derry.

“Kenapa nilai lo?” tanya Andra.

“Nilai gue jelek Dra, huaaa. Semuanya disita udah,” ringis Derry.

“Mampus, makanya kalau mau ulangan itu belajar, jangan main game terus,” ucap Andra.

“Tau kok yang pinter,”

“Gue pinter yak? Alhamdulillah kalau gitu,” ucap Andra.

“Nanti kelas 12 gue masuk kelas mana ya? Kelas unggulan deh kalau bisa,” gumam Derry.

“Semoga aja,” ucap Andra.

“Hm, iya,”

"Woi, mau pulang gak?" tanya Andra yang saat ini sudah duduk di mobilnya.

"Hah? Sejak kapan lo ada di dalam mobil?" tanya Derry heran.

"Sejak satu tahun yang lalu," jawab Andra asal.

"Idih,"

"Lo mau ikut apa nggak? Gue tinggal nih," ucap Andra dan menyalakan mobilnya.

Dengan malas Derry memutari mobil dan membuka pintu mobil lalu menyandarkan punggungnya di sandaran mobil.

"Panas Dra," ucap Derry sambil melepas dasinya.

"Panas dari mana? Udah ada AC, bego," ujar Andra yang masih fokus ke depan.

Derry diam dan menatap ke arah luar di kaca mobil yang tertutup.

“Lah? Nih bocah kenapa? Diem-diem bae lo,” ujar Andra heran pada temannya itu, temannya yang biasa selalu aktif, bahkan bisa dibilang hyper active itu sedang diam tak bersuara.

“Dra, gue nginep di rumah lo lagi aja ya?” ujar Derry sambil memohon.

“Kenapa emang? Lo sendiri punya rumah," ucap Andra mengurangi kecepatan mobilnya.

“Gue takut dimarahin sama mama gue Dra, pasti mama bakalan marah liat nilai gue turun drastis di semester ini. Dan, yang terpenting semua barang gue pasti di sita,” ujar Derry dan Andra melihatnya iba. Lebih tepatnya, iba yang terkesan dibuat-buat.

“Lo gak mungkin kan lama-lama di rumah gue? Dan, lo juga bakal pulang pastinya,” ucap Andra mengangkat kedua bahunya.

“Tapi please, hari ini gue nginep di rumah lo ya Dra,” ucap Derry dengan nada memohon.

“Iya, tapi inget! Cuma satu hari!” seru Andra dengan tatapan tajamnya.

***

TBC!

Jangan lupa vote and comment guys...

DYANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang