Dyandra menyampirkan tas di punggungnya dan segera menyusul Andra yang sudah mendahuluinya.
Saat berada di ambang pintu Dyandra melihat pemandangan yang tidak mengenakkan.
“Maafin gue, Dra. Gue mau kita kayak dulu lagi,” ujar Rina dengan sangat memohon pada Andra.
“Gue mau jelasin semuanya,”
“Gak ada yang perlu dijelasin lagi!” ucap Andra dan beranjak pergi.
Dyandra berlari menghampiri Andra.
“Kenapa sih sama Andra?” gumam Dyandra bingung.
Tetapi Dyandra dicegat oleh Rina dan tak dapat mengejar Andra.
“Lo kan yang buat Andra jauh dari gue?” tuduh Rina.
“Jangan sembarangan tuduh lo ya, gue gak ada hubungan apa-apa sama Andra,” bantah Dyandra.
“Halah! Bilang aja lo suka kan?” lagi-lagi Rina menduga yang tidak-tidak pada Dyandra.
“Tau ah, males ngomong sama orang kayak lo. Kenal juga enggak,” ucap Dyandra dan memutar bola matanya malas.
Dyandra pergi meninggalkan Rina.
“Gue belum selesai ngomong,” ucap Rina menarik tangan Dyandra.
“Apa lagi sih? Gue gak mau berurusan sama lo,” ujar Dyandra kembali berjalan.
“Liat aja yang gue lakuin sama lo nanti,” ucap Rina tersenyum sinis.
***
“What?! Andra ninggalin gue?” kata Dyandra terkejut ketika melihat mobil Andra melesat meninggalkan sekolah.
“Tapi, bagus juga sih. Gue gak perlu nurutin apa yang dia minta, yuhuu akhirnya gue bisa bebas,” teriak Dyandra keras sambil berjingkrak senang.
Hati Dyandra sangat senang saat ini. Hari yang begitu menyenangkan. Hari tanpa perintah dari Sang Andra.
“Gue mau pulang naik apaan tapi, naik angkot?” gumam Dyandra. “Bodo amat lah, yang penting gue senang hari ini.”
Dyandra berjalan dengan semangat penuh menuju halte sekolah. Duduk di halte menunggu angkutan yang lewat.
Dengan langkah yang cepat tak sengaja kaki Dyandra tersandung batu sehingga membuat kakinya terasa sakit kembali.
“Aww,” ringis Dyandra. “Sejak kapan tuh batu ada di situ,” gumam Dyandra sambil mengelus kakinya.
Dyandra berjalan menuju halte dengan tertatih-tatih, kakinya kembali terasa sakit karena tersandung batu tadi. Sungguh sial!
Ia mendudukkan bokongnya di halte dan menunggu angkutan yang lewat.
Sebuah angkot berhenti di depan halte dan cepat-cepat Dyandra berjalan menuju angkot tersebut sebelum terisi penuh.
Dan, sekarang di sinilah Dyandra berada. Duduk bersempit-sempitan dengan orang-orang asing. Bau pengap yang ada di angkot tersebut membuat Dyandra tak tahan. Rasanya ingin muntah. Tetapi ia sudah terlanjur memasuki angkot tersebut. Mau tidak mau ia harus menunggu angkot itu berhenti di pemberhentian dekat rumahnya.
***
“Kalo tau begitu, gue gak bakalan naik angkot tadi,” gerutu Dyandra kesal yang kini sudah berada di dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DYANDRA
Teen FictionAndra Guetta Pratama. Seorang lelaki yang dingin terhadap perempuan dan tidak banyak bicara. Ia di pertemukan dengan seorang gadis yang sangat buruk. Bisa di bilang badgirl. Tidak, bukan badgirl. Tetapi gadis yang bawel, nakal, dan tidak bisa dibil...